Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan

Penjual Peti Mati Cerita Tanda-tanda di Luar Nalar Sebelum Dagangannya Laku

Sediakan peti mati gratis untuk yang tidak mampu.

Agung Purwandono oleh Agung Purwandono
31 Agustus 2023
A A
Penjual Peti Mati Cerita Tanda-tanda di Luar Nalar Sebelum Dagangannya Laku MOJOK.CO

Ilustrasi Pak Tumiyo, penjual peti mati yang cerita tanda-tanda di luar nalar sebelum dagangannya laku. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Mitosnya sebelum sebuah peti mati laku terjual, penjualnya akan mendapatkan tanda terlebih dulu. Benarkah?

***

Di sebuah kampung, tepatnya Dusun Kemukus, Desa Tanjung Harjo, Kapanewon Nanggulan, Kulon Progo seorang buruh bangunan memilih banting setir membuka usaha jualan peti mati. Namanya Tumiyo (49), sudah dua setengah tahun ini ia banting setir buka usaha yang tak semua orang mau melakukannya.

Penjual peti mati yang ingin belajar digital marketing

Selasa 8 Agustus 2023 malam saya bersama mahasiswa Rekognisi Pembelajaran Lampau Jurusan Ilmu Komunikasi UNY berkunjung ke rumahnya. Malam itu sebenarnya rombongan mahasiswa itu hanya ingin berkenalan dan penasaran, mengapa seorang penjual peti mati ingin belajar digital marketing. 

“Sekarang kan jamannya digital, orang bisa jualan dari mana saja. Saya ingin orang lebih tahu tentang usaha saya. Meski harus belajar lagi, nggak papa, saya mau,” katanya meyakinkan kami. 

Setelah kami ngobrol banyak, ada salah seorang kawan yang menanyakan hal yang sebenarnya kami semua penasaran. Benarkah ada tanda-tanda ketika sebuah peti mati sebelum laku terjual?

“Ada…selama ini pasti ada tanda-tandanya,” kata Tumiyo tertawa. Pertanyaan yang oleh sebagian dari kami mungkin sesali karena bukan waktu yang tepat. Pertama, kami baru bertemu sekali dengan Pak Tumiyo. Pertemuan malam itu sendiri lebih direncanakan sebagai kulonuwun dan perkenalan. 

Kedua, situasinya saat itu malam hari dan sebagian besar dari kami harus menempuh perjalanan sekitar 45 menit dari Kota Jogja. Jadi terbayang imajinasi kami pasti akan kemana-mana setelah mendengar cerita dari Tumiyo yang di luar nalar. 

Sebelum Tumiyo menjelaskan tentang tanda-tanda gaib atau di luar nalar, sebaiknya saya perlu cerita dulu tentang sosoknya. 

Buruh bangunan yang banting setir jadi penjual peti mati

Tumiyo sudah puluhan tahun bekerja sebagai kuli bangunan. Hidup seorang anak dan istrinya yang kini sudah almarhum bergantung dari keuletannya mengolah kayu, batu, semen, dan pasir. Pekerjaan yang membuatnya kadang harus berhari-hari tidak bersama keluarga. 

Sampai kemudian ia mendapat pekerjaan untuk merenovasi rumah seorang pengusaha peti mati di Kota Yogyakarta. Pengusaha ini tergolong penjual peti mati besar dengan pasar kalangan menengah atas.

Saat bekerja merenovasi rumah itu, pandemi menghantam. Tentu saja, salah satu usaha yang ‘diuntungkan’ saat itu adalah jualan peti mati. Bahkan ada situasi, orang-orang kesulitan untuk mencari peti mati karena banyaknya permintaan.

Pembuat peti mati jelaskan tanda-tanda barang dagangnnya akan laku MOJOK.CO
Tumiyo di tempatnya membuat peti mati, Rabu (30/8/2023) (Agung P/Mojok.co)

Pemilik rumah memberikan tawaran untuk belajar membuat peti mati kepada tiga tukang di rumahnya. Namun, hanya Tumiyo yang mau mengambil tawaran pemilik rumah. Singkat cerita, pemilik rumah kemudian memberikan ilmu membuat peti mati. Bukan hanya memberi ilmu, Tumiyo juga mendapat bantuan bahan dan modal. 

“Saat itu saya mikir, saya sudah capek jadi buruh bangunan, kepanasan, kehujanan. Sementara, meski usaha jualan peti mati itu nggak biasa, tapi bisa dikerjakan di rumah. Dan saya lihat saingannya masih bisa dihitung,” kata Tumiyo.

Iklan

Pengusaha itu memberikan keterampilan pembuatan peti mati ke Tumiyo bukan agar laki-laki tersebut jadi pegawainya. Namun, agar Tumiyo membuka usaha pembuatan peti mati. Pengusaha itu bahkan di awal menyediakan dan mengantar mengantar bahan hingga rumah Tumiyo. Ia yang sama sekali nol pengetahuan tentang peti mati ‘dipaksa’ belajar untuk menjadi seorang pembuat dan penjual peti mati.

“Saya itu dalam posisi belum paham betul pekerjaan pembuatan peti mati. Saya bahkan nggak tahu belanja bahan-bahannya seperti kain, busa, paku kecil itu di mana. Yang penting saya punya semangat,” tegasnya.

Seiring waktu, pengusaha itu makin totalitas untuk memberi tahu semua A-Z bisnis peti mati. Bahkan, Tumiyo diberitahu tempat-tempat biasa pengusaha itu belanja bahan-bahan yang dibutuhkan.

Usaha yang jelas ada pasarnya

Saat pandemi sedang puncak-puncaknya dan kebutuhan peti mati sangat banyak, Tumiyo tidak kesulitan untuk memasarkannya. Ia menjadi mitra dari pengusaha peti mati yang mengajarinya. “Saya kemudian juga belajar untuk mencari pasar sendiri. Selain jadi langganan RSUD Wates saya juga jadi mitra tempat-tempat usaha jualan peti mati di daerah Kota Yogyakarta dan Bantul.

Bagi Tumiyo, meski nggak biasa, menurutnya usaha peti mati itu pasarnya jelas. Selama ada orang meninggal pasti ada orang yang membutuhkan. Namun, ia tidak menutup mata ada orang-orang yang menganggap usaha jualan peti mati seolah-olah berdoa agar orang mati. 

“Padahal tidak seperti itu, orang kan pasti akan mati, pasti ada orang yang akan membutuhkan,” kata Tumiyo.

Tumiyo juga bersyukur, usahanya itu bisa bermanfaat bagi tetangga-tetangganya. Peti mati yang ia buat, bukan sekadar kotak kayu, tapi juga komplit dengan hiasannya. Karenanya, ia dibantu tetangga-tetangganya, terutama ibu-ibu.

“Kalau urusan menghias, ibu-ibu kan teliti. Awalnya mereka juga takut, tapi kan ada duitnya, bisa untuk penghasilan tambahan keluarga,” kata Tumiyo tertawa. Dalam sebulan, rata-rata Tumiyo bisa menjual sekitar 25 peti mati ke mitra dan rumah sakit. 

Baca halaman selanjutnya…

Cerita-cerita di luar nalar dari Tumiyo, sang penjual peti mati

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 25 September 2023 oleh

Tags: cerita di luar nalarkematianpenjual peti matipeti mati
Agung Purwandono

Agung Purwandono

Jurnalis di Mojok.co, suka bercocok tanam.

Artikel Terkait

Wanita Rembang Menanti Suami yang Tenggelam di Laut MOJOK.CO
Catatan

Pilunya Wanita Rembang, Tetap Menanti Suami Pulang Meski Telah Tenggelam di Laut dan Tak Pernah Ditemukan

29 Februari 2024
Tanda-Tanda Ganjil Peti Mati yang Bakal Laku Buatan Tumiyo
Video

Tanda-Tanda Ganjil Peti Mati yang Bakal Laku Buatan Tumiyo

25 September 2023
Kok Ada Ayat Jangan Mati kecuali dalam Keadaan Muslim? Lah Kan Mati Bukan Kita yang Ngatur?
Khotbah

Kok Ada Ayat Jangan Mati kecuali dalam Keadaan Muslim? Lah Kan Mati Bukan Kita yang Ngatur?

5 November 2021
Donasi Peti Mati yang Dibuat Relawan dengan Berat Hati
Liputan

Donasi Peti Mati yang Dibuat Relawan dengan Berat Hati

11 Juli 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.