Restoran Ayam Goreng Widuran Solo memang tak asing bagi pecinta kuliner, karena terkenal memiliki rasa yang lezat. Apalagi, rumah makan legendaris ini sudah berdiri sejak tahun 1973. Namun, namanya kembali viral karena ternyata menu yang disajikan tergolong non-halal.
***
Isu tentang status kehalalan Ayam Goreng Widuran Solo mencuat usai beberapa pelanggan mereka menduga bahan yang dipakai untuk memasak adalah minyak babi. Sayangnya, informasi non-halal tersebut tak pernah diumumkan secara terbuka.
Menanggapi banyak komentar dari warga net, rumah makan Ayam Goreng Widuran Solo akhirnya membuat pernyataan tertulis lewat akun media sosial Instagramnya. Mereka menyampaikan permohonan maaf atas informasi gaduh dan membuat para pelanggan kecewa.
“Sebagai langkah awal, kami telah mencantumkan keterangan NON-HALAL secara jelas di seluruh outlet dan media sosial resmi kami. Kami berharap masyarakat dapat memberi kami ruang untuk memperbaiki dan membenahi semuanya dengan itikad baik,” ujar Manajemen Ayam Goreng Widuran Solo dikutip pada Jumat (23/5/2025).
Sontak, pernyataan tersebut membuat kaget netizen. Mereka merasa pihak manajemen tidak bertanggungjawab karena baru membuka informasi tersebut sekarang. Beberapa pelanggan muslim kelewat membeli karena sebelumnya tak ada reklame non-halal di outlet, akun media sosial resmi, hingga Google Maps.
Ayam Goreng Widuran Solo ternyata nggak halal
“Jancok jancok, gek aku tau mangan ning kono sisan, diamput.” Ujar Alex (30), salah satu pelanggan muslim yang mengaku kesal dengan pihak restoran Ayam Goreng Widuran Solo.
Pria asal Jogja itu mengunjungi restoran tersebut pada tahun 2024, usai pulang ngantor dengan beberapa orang rekan kerjanya. Ia memang terbiasa bolak-balik Jogja-Solo karena tuntutan pekerjaan.
“Jadi kebetulan ada rekan kerjaku dari kantor cabang Jakarta datang. Justru mereka yang merekomendasikan ingin makan di Ayam Goreng Widuran Solo karena katanya pernah coba dan pas di lidah,” tutur Alex kepada Mojok, Sabtu (24/5/2025).
Alex pun sepakat dan tiba di sana sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu, ia tak menaruh curiga sedikit pun, karena tak ada tulisan non-halal yang terpampang di outlet. Pada jam tersebut, pelanggan juga sudah ramai, bahkan di sebelah meja makannya ada sekelompok orang yang berjilbab dan ikut memesan.
Alex pun memesan satu ekor ayam goreng kampung dengan harga Rp130 ribu. Meski harganya terbilang pricy bagi dia, tapi Alex mengaku lega karena rasanya tak mengecewakan.
Tak ada soal juga dari segi pelayanan. Malahan, kata Alex, pegawai di sana terkesan ramah.
Oleh karena itu, bulan ini, ia sudah punya rencana untuk mengajak keluarganya makan di sana. Eh, tidak tahunya ia malah mendengar berita yang tak sedap soal Ayam Goreng Widuran Solo.
“Saya sudah membayangkan mau pesan ati ampela, karena kayaknya patut dicoba. Tapi setelah kejadian ini, saya rasa tidak jadi. Terima kasih,” kata Alex.
Setengah abad berdiri, tapi kenapa baru sekarang?
Jujur saja, usai mendengar kabar jika menu di restoran Ayam Goreng Widuran Solo tergolong tak halal, Alex jadi naik pitam. Ia merasa ditipu oleh pihak manajemen, mengingat restoran tersebut sudah berdiri lama. Tak ada peringatan juga dari pegawai jika produk tersebut non-halal.
“Permintaan maaf dan klarifikasi saja saya rasa tidak cukup, pemerintah harus memberikan tindakan tegas,” kata Alex.
Tak hanya Alex, sejumlah pelanggan menyayangkan berita tersebut.
“Wah parah, harusnya diproses hukum itu karena baru kali ini ngasih tahu setelah viral,” tulis akun Instagram @Raz********.
“Minta maafnya karena buat gaduh, bukan karena bohong. Shame on youuu,” tulis akun @aul*******.
“Ini jujur, kacau sekali. Pekerjanya juga nggak pernah ingetin pelanggan, padahal sudah jelas-jelas banyak yang ke sana pakai hijab,” tulis @akh*******.
Melansir dari Kompas.com, rumah makan Ayam Goreng Widuran Solo sudah eksis selama lebih dari 50 tahun. Ia terkenal karena menawarkan ayam kampung asli yang digoreng dengan bumbu rempah tradisional khas Indonesia.
Sejumlah pecinta kuliner juga mengakui keistimewaan rasa dari menu rumah makan tersebut. Ada yang bilang tekstur daging ayamnya sedikit basah, tapi tetap empuk dan gurih, serta kremesan ayamnya yang terasa renyah dan cocok di lidah.
Untuk sepotong ayam, pelanggan perlu membayasar Rp130 ribu, setengah ayam potong dan kepala dipatok harga Rp71 ribu dan jika tanpa kepala seharga Rp66 ribu. Sedangkan untuk potongan paha atau dada seharga Rp33 ribu, dan kremesan seharga Rp25 ribu.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Pengalaman Pertama Orang Surabaya Mencicipi Soto Bening di Pasar Gede Bu Harini Solo yang Sudah Berdiri Sejak Empat Generasi atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.








