Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Aktual

Sebagai Mahasiswa HI UGM, Saya Takut Kerja di Pemerintahan yang Menyimpan Banyak Rahasia Negara, Apalagi Setelah Kematian Misterius Diplomat Kemlu

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
10 Juli 2025
A A
Sebagai Mahasiswa HI UGM, Saya Takut Kerja di Pemerintahan dan Menyimpan Banyak Rahasia, Apalagi Setelah Meninggalnya Diplomat Kemlu.MOJOK.CO

Ilustrasi - Kampus UGM.(Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Meninggalnya diplomat Kemlu secara mendadak dan misterius menimbulkan duka sekaligus trauma. Albert, seorang mahasiswa HI UGM, mengaku khawatir dengan masa depannya, jika menjadi “orang bersih” di pemerintahan malah mengancam nyawa.

***

Kabar meninggalnya seorang diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Arya Daru Pangayunan (ADP), telah mengguncang publik. ADP ditemukan tewas di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025).

Peristiwa tragis ini tak hanya menyisakan duka mendalam bagi keluarga dan korps diplomatik, tetapi juga memicu spekulasi luas. Lokasi penemuan jenazah dengan wajah terlilit lakban dan tubuh tertutup selimut, menimbulkan tanda tanya besar.

Lulusan HI UGM ini meninggal karena menyimpan rahasia besar pejabat?

Desas-desus berembus kencang, menyebutkan bahwa lulusan HI UGM itu tak sekadar meninggal dunia karena sebab alamiah. Ada rumor kuat yang beredar, meskipun belum dikonfirmasi resmi oleh pihak kepolisian, bahwa ia tewas dibunuh karena diduga menjadi saksi kunci dalam kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). 

Rumor ini, yang menyebar cepat di media sosial, menciptakan kegelisahan tersendiri mengingat sensitivitas dan bahaya yang melekat pada penanganan kasus kejahatan transnasional, seperti TPPO.

Pihak kepolisian sendiri, melalui keterangan resmi yang dilansir Antaranews, telah melakukan serangkaian penyelidikan intensif. Sejumlah saksi telah dimintai keterangan, serta rekaman CCTV di sekitar lokasi juga telah diperiksa. Menariknya, sidik jari pada lakban yang melilit kepala korban diklaim milik korban sendiri. 

Namun, hingga saat ini, hasil autopsi yang diharapkan bisa mengungkap penyebab pasti kematian belum juga diumumkan secara gamblang.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by AntaraTV (@antaratv)

Bikin calon diplomat lain takut

Kabar kematian ADP, bak petir di siang bolong bagi banyak calon diplomat, termasuk Albert (bukan nama sebenarnya). Bagi Albert, seorang mahasiswa Hubungan Internasional (HI) UGM, berita ini bukan hanya sekadar headline, melainkan pukulan telak terhadap idealisme yang selama ini ia pegang teguh. 

“Sejak kecil, saya selalu terpesona dengan gagasan diplomasi,” ujarnya kepada Mojok, Kamis (10/7/2025). 

Iklan

“Melihat bagaimana para diplomat bekerja di garis depan untuk mewakili negara, menyelesaikan konflik, dan membangun jembatan antarbudaya, itu selalu terasa begitu mulia,” imbuhnya.

Impian Albert tidak tumbuh dari ruang hampa. Ia tumbuh besar di tengah keluarga yang aktif di berbagai kegiatan sosial dan kemasyarakatan. 

Ayahnya, seorang dosen ilmu politik, seringkali berbagi cerita tentang tokoh-tokoh besar yang membentuk dunia melalui negosiasi dan dialog. Sementara ibunya, aktif di berbagai LSM Hak Asasi Manusia, mengajarkan betapa pentingnya membantu sesama.

“Sebelum masuk kuliah, saya sudah terpikir nanti akan jadi apa. Diplomat itu jadi top of mind,” ungkapnya.

Belajar “diplomasi adalah kekuatan” di HI UGM

Oleh karena itu, Albert memilih kuliah di jurusan Hubungan Internasional. Pilihan untuk kuliah di Hubungan Internasional (HI) UGM pun bukan tanpa alasan. 

Baginya, UGM dengan reputasi akademiknya yang kuat dan tradisi kebangsaan yang kental, adalah pilihan paling logis. Apalagi, jurusan ini kerap melahirkan duta besar bagi Indonesia.

Sebut saja Agung Cahya Sumirat (KBRI Kamerun), Muhsin Syihab (KBRI Kanada), dan Witjaksono Adji (KBRI Kenya), yang belum lama ini dilantik. Atau, paling terkenal adalah Hidayat Mukmin, diplomat yang juga mantan Wakil Gubernur Lemhanas

“Banyak alumni UGM yang sukses di kancah diplomasi internasional, itu juga jadi motivasi besar buat saya,” ungkapnya.

Di jurusan HI UGM juga, Albert belajar bahwa “diplomasi adalah kekuatan”. Sejarah bicara bahwa kemerdekaan suatu bangsa, termasuk Indonesia, tak lepas dari upaya-upaya diplomasi dengan negara lain.

“Ibarat orang lagi perang, diplomat itu pembawa pesan di garda depan untuk perdamaian. Itu yang selalu diajarkan. Makanya, di UGM ini keinginan saya buat jadi diplomat terus dipupuk.

Namun, realitas tak seheroik itu

Tapi itu dulu. Setelah mendengar kabar meninggalnya diplomat Kemlu, idealisme-nya mulai terkikis, keberaniannya juga mulai memudar seiring dengan muncul anggapan bahwa menjadi “orang bersih” itu berbahaya.

Apalagi, diplomat Kemlu yang meninggal merupakan alumni HI UGM, yang jelas memiliki “ikatan tak terlihat” yang bikin dia merasa berduka, marah, tapi juga takut dalam satu waktu.

Apalagi, desas-desus yang beredar menyebutkan bahwa diplomat tersebut “dirumorkan” meninggal karena dibunuh. Dibunuh karena tugas mulia.

“Ini bukan lagi sekadar berita duka biasa.” kata dia. “Jika benar ada korelasi antara tugas dan kematian beliau, maka pekerjaan itu memang berisiko. Apalagi kalau sudah berurusan dengan rahasia negara dan isu-isu sensitif.”

Bagi Albert, ketakutan ini terasa nyata. Sebab, ancaman keselamatan itu memang terasa begitu dekat. Saat ini, ketakutan ini bukan lagi soal kegagalan dalam karier, melainkan ketakutan akan konsekuensi terburuk dari pengabdian itu sendiri.

“Apakah harga yang harus dibayar untuk idealisme ini sepadan dengan potensi risiko yang mengintai?  Mungkin sudah saatnya mempertimbangkan jalur karier lain,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Kuliah di Kampus Besar Seperti UGM Bukan Hanya Soal Gengsi, Salah Satunya Cari Aman dari Dosen Problematik atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 10 Juli 2025 oleh

Tags: diplomat kemludiplomat kemlu meninggalhi ugmhubungan internasional ugmkematian diplomat kemlumahasiswa ugmpenyebab kematian diplomat kemlu
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Gaji Fresh Graduate Alumni UI, UGM. MOJOK.CO
Kampus

Kuliah di Universitas Terbaik Malah Merasa Gagal: Kampus Sibuk Naikkan Ranking Dunia, tapi Melupakan Nasib Alumninya

2 Oktober 2025
mahasiswa kedokteran ugm.MOJOK.CO
Ragam

“Jatuh, Bangkit Kembali”: Lagu HiVi! yang Jadi Soundtrack Hidup Mahasiswa Kedokteran UGM Melawan Badai Kehidupan

28 Juli 2025
Perjuangan ibu hingga antar anak jadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), jadi pembuktian untuk ayah yang telah meninggalkan keluarga MOJOK.CO
Kampus

Bisa Kuliah UGM karena Perjuangan Ibu, Bertekad Buktikan Kesuksesan ke Ayah yang Pergi Tinggalkan Keluarga

21 Juni 2025
kuliah di ugm.MOJOK.CO
Kampus

4 Tahun Pura-pura Jadi Mahasiswa UGM demi Bahagiakan Ortu, padahal Kuliah di Kampus Tak Terkenal Jogja

10 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.