Tak cuma kafe, warung makan di Jogja pun lama-lama bisa bangkrut karena ulah para mahasiswa. Pasalnya, banyak mahasiswa di Jogja yang aji mumpung: tak tahu diri padahal pemilik warung makan sudah sangat berbaik hati.
***
Belakangan viral di media sosial seorang pemilik kafe di Jogja yang berkeluh kesah atas kelakukan para mahasiswa di Kota Pelajar. Banyak mahasiswa Jogja yang kalau nongkrong atau nugas di kafenya tidak pesan apa-apa. Alias cuma numpang tempat dan WiFi-an doang.
Bahkan si pemilik kafe juga menyebut pernah ada sekitar 30 mahasiswa Jogja yang ke kafenya untuk keperluan rapat. Namun, dari 30 mahasiswa tersebut, hanya 10 mahasiswa saja yang pesan. Itu pun cuma es teh.
Atas hal tersebut, si pemilik kafe di Jogja itu sampai dua kali membuat video berisi keluhan hingga viral. Karena ulah mahasiswa tersebut membuat kafenya rugi.
Selain kafe, para pemilik warung makan di Jogja ternyata juga terancam bangkrut karena ulah meresahkan mahasiswa Jogja. Bahkan dari kampus top sekalipun ada yang berulah layaknya orang kere. Ada saja mahasiswa yang ambil makan banyak tapi tak mau membayar.
Setidaknya ada tiga warung makan di sekitar kampus Jogja yang pernah saya temui dan mengeluhkan hal tersebut.
Warung makan Jogja korban mahasiswa UMY
Pada awal Juni 2024 ini, saya sempat mampir ke Warung Makan Laris a.k.a Warung Basuki di Jl. Kemangi, Tamantirto, Jogja. Berada di samping belakang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Warung makan di Tamantirto tersebut menggunakan sistem prasmanan. Alias pembeli bisa bebas ambil sendiri. Itulah kenapa warung itu selalu ramai dari pagi hingga jam 8 malam. Di samping juga karena tempatnya yang asyik serta masakannya yang enak.
Namun, pemilik warung makan yang buka sejak 2012 tersebut lambat laun mulai merasa jengah dengan ulah beberapa oknum mahasiswa UMY. Sebab, sudah teramat sering ada oknum mahasiswa UMY yang makan tapi tak bayar. Mirip-mirip dengan kasus di kafe, kan?
“Tapi ya mau gimana lagi. Kalau ngambilin satu-satu nggak ngatasi tenaganya,” ungkap Bu Basuki (42) selaku pemilik warung makan di Tamantirto, Jogja, itu.
“Itu tanggung jawab masing-masing lah, mau bayar atau nggak,” sambungn perempuan asal Gunungkidul itu lesu.
Di hari itu, saya juga mendengar kesaksian dari salah seorang mahasiswa UMY yang tengah makan di warung makan Bu Basuki. Ada yang terpaksa makan tak bayar karena memang sedang tidak punya uang. Tapi ada juga yang makan tak bayar, padahal sehari-hari gayanya elite.
Warung makan Jogja dicolong mahasiswa UIN
Mundur ke belakang, pada akhir Mei 2024 saya mendengar keluh kesan dari Pak Ndut, pemilik warung makan di Gondokusuman, belakang UIN Jogja.
Buka sejak 2015 dengan sistem prasmanan, belakangan Pak Ndut menyadari bahwa warung makannya sangat sulit untuk cari untung. Setelah ia telisik, ternyata ada saja oknum mahasiswa yang ambil makan banyak tapi ujung-ujungnya tak bayar: kabur begitu saja.
“Tapi sekarang kalau nggak prasmanan ya nggak laku. Wong saya naikkan harganya saja pendapatan sudah turun 30 persen,” keluh Pak Ndut yang bernama asli Wagimin (54).
Pria asal Boyolali, Jawa Tengah, tersebut bahkan mengaku sempat menangkap basah seorang oknum mahasiswa UIN Jogja yang berhari-hari makan tapi tak bayar. Kerugiannya sangat terasa bagi Pak Ndut karena si mahaiswa itu ambil lauk dobel-dobel.
Saya juga mendengar cerita dari teman oknum mahasiswa UIN Jogja yang sering nyolong di warung makan Pak Ndut.
Misalnya dari Haqi (23). Ia mengatakan kalau temannya sudah berulang kali makan tak bayar. Bahkan tega juga nyolong sebungkus rokok dari warung makan milik Pak Ndut.
“Sudah saya tegur, tapi bilangnya pasti ‘Alaaah’,” ujar Haqi. Ia tak segan menyebut oknum mahasiswa tersebut sebagai mahasiswa sialan.
“Ada satu teman yang bolak-balik kalau makan nggak bayar. Malah bangga aja orangnya. Seolah-olah aksi beraninya itu suatu kebanggaan. Ia ceritakan ke mana-mana, kalau ia berani loh makan nggak bayar,” tutur Jon (22), juga mahasiswa UIN Jogja.
Baca halaman selanjutnya…