Pendidikan seksual bukan soal hubungan biologis semata
Banyak orang menyamakan pendidikan/edukasi seksual sebatas soal hubungan biologis semata. Itulah yang, menurut Holy, membuat pendidkan seksual menjadi sesuatu yang tabu.
Padahal, terang Holy, pendidikan seksual pada anak sejak dini justru berfokus pada pemahaman tubuh, privasi, batasan diri, serta mengenali bentuk-bentuk sentuhan yang tidak pantas.
“Anak perlu tahu bahwa tubuh mereka adalah milik mereka sendiri, dan mereka berhak mengatakan tidak, bahkan kepada orang dewasa,” beber Holy.
Sayangnya, masih banyak orangtua yang masih merasa canggung, takut, bahkan menolak membicarakan pendidikan seksual. Padahal, ketidaktahuan justru membuat anak menjadi rentan.
Orangtua tak cukup jadi penyedia sandang dan pangan saja
Terakhir, bagi Holy, peran orangtua tidak cukup hanya menjadi penyedia sandang dan pangan saja. Orangtua juga harus mengambil peran sebagai pendengar yang aman dan penuh keterbukaan.
“Anak harus merasa nyaman bercerita, tanpa takut dimarahi, direndahkan, atau tak dipercayai,” tutur Holy.
Orangtua pun harus peka terhadap gejal-gejala tidak biasa yang terjadi pada anak. Misalnya, jika anak menjadi korban kekerasan seksual, biasanya akan menunjukkan perubahan perilaku, seperti menjadi murung, mudah marah, takut bertemu orang tertentu, mengalami gangguan tidur, atau tiba-tiba menolak disentuh.
“Perubahan ini sering kali diabaikan atau disalahartikan sebagai “fase nakal” atau “pubertas”. Padahal, bisa jadi itu adalah bentuk trauma dan respon alami anak karena tidak tahu harus melakukan apa dan bagaimana,” tutup Holy.
Jika fantasi hubungan sedarah (inses) itu jadi kenyataan…
Viralnya grup Facebook Fantasi Sedarah itu juga mendapat perhatian dari Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni. Dia meminta Polri dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) agar segera menindak grup Facebook yang memfantasikan hubungan sedarah (inses) tersebut.
“Ini sangat menjijikkan. Karenanya saya minta Polisi dan Komdigi telusuri dan tindak para pengelola maupun anggota grup kotor tersebut,” ujar Sekretaris Fraksi Partai NasDem tersebut dalam keterangan resmi di kanal partai, Kamis (15/5/2025).
Sahroni mengatakan, jika grup Facebook Fantasi Sedarah tersebut tidak lekas ditindak, maka perbuatan menyimpang (hubungan sedarah) bisa menjadi marak.
“Kalau tidak kita hentikan dan sampai fantasinya jadi kenyataan, ini akan menyebabkan pidana kekerasan seksual yang luar biasa menghancurkan korban,” ucap Sahroni.
“Jadi mereka harus dicari, dan dibina secara psikologis, dan kita hentikan mereka sebelum kejadian,” sambungnya.
Lebih lanjut, Sahroni mengimbau agar para pelaku inses tidak diberi ruang di media sosial (medsos) maupun di kehidupan sehari-hari. Seluruh celah interaksi mereka harus ditutup.
Dia meminta masyarakat langsung melapor ke pihak berwenang jika mendapati hal-hal menyimpang seperti itu.
***
Saat berita ini naik, Mojok mencoba menelusuri keberadaan grup Facebook yang dimaksud. Namun, grup tersebut sudah lenyap. Beberapa warganet yang memburu keberadaan grup meresahkan itu juga banyak yang mengaku kecele: kehilangan jejak.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Beban Menjadi Perempuan Aceh: Hidup dalam Ketakutan dan Dikuasai Laki-laki, Tak Ada yang Bantu saat Kena KDRT atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












