Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Ulasan Smokol

Tiga Karakter Orang Minang yang Ada Pada Rendang

Kurnia Gusti Sawiji oleh Kurnia Gusti Sawiji
3 September 2016
A A
Tiga Karakter Orang Minang yang Ada Pada Rendang

Tiga Karakter Orang Minang yang Ada Pada Rendang

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sebagai seorang anak yang memiliki amak orang Minang, rendang adalah makanan yang sudah lebih dari sering masuk ke dalam mulut ambo.

Dari dulu saat masih di Indonesia sampai sekarang saat sudah di Malaysia, rendang amak tetap tidak berubah; kering agak kental, cokelat menyelerakan, dan punya rasa yang begitu kuat. Satu-satunya perbedaan pada rendang amak ketika di Indonesia dan di Malaysia adalah dulu amak kerap menambahkan kentang bulat kecil seukuran ibu jari yang juga ia aduk bersama dengan daging.

Kini tidak ada, karena kentang seperti itu harganya mahal minta ampun di Malaysia.

Di Malaysia, sebenarnya juga ada rendang. Tapi amak sangat enggan menyebutnya rendang. Amak lebih suka menyebutnya sebagai kalio daging. Memang, rendang khas Malaysia hanya namanya saja rendang, namun jauh berbeda dengan rendang asli Minang. Amak pernah mencoba memberikan rendang masakannya kepada salah seorang kawan Melayunya. Hasilnya? Yah, kurang berkesan di hati amak.

“Rendang ni sedap jugak. Tapi saya rasa over-fried ni, kering sangat. Lepas tu, rendang tak bagi kerisek ke? Kenalah bagi kerisek,” begitulah kata si kawan.

Kerisek adalah sejenis pasta atau “mentega” khas Malaysia yang dibuat dari kelapa yang diparut lalu dipanggang, menghasilkan minyak-minyak timbul dari hasil panggangan itu. Kerisek biasa dicampur dalam gulai-gulai untuk lebih menguatkan lagi rasa agak berminyak pada gulai dan sedikit rasa manis ala kelapa, seperti pada kerabu.

Namun untuk ditambahkan ke rendang asli Minang, kerisek bukanlah pilihan yang bagus karena dapat mencegah rendang untuk bisa dimasak sekering mungkin dalam waktu yang lama. Kerisek malah akan membuat rendang (Minang) yang biasa (dan seharusnya) dimasak dalam waktu yang lama tenggelam dalam minyak.

“Membuat rendang Minang ini bukan sembarang memasak. Orang-orang dulu bisa membuat rendang sehari penuh, bahkan tiga hari, terus mengaduk campuran bumbu-bumbu dan daging sehingga kering. Rendang Malaysia adalah rendang masak cepat, mereka ingin menimbulkan rasa minyak dengan cara cepat, namun dengan mengurangi esensi bumbu-bumbuan, menghasilkan rendang yang lebih layak kita sebut gulai daging biasa. Maka itulah, mereka menggunakan kerisek,” ujar amak.

“Memangnya, seberapa pentingnya rendang yang kering dan berasa bumbu-bumbu kuat itu?” tanya ambo.

“Kalau kata nenek ang dulu, rendang itu semakin kering, semakin terlihat Minangnya. Rendang kering adalah jati diri orang Minang, di dalamnya ada sifat-sifat orang Minang yang patut dirasakan orang ketika memakannya. Jadi bukan sekadar memasak gulai daging dengan cepat saja. Orang Minang yang memasak rendang haruslah memasukkan jiwanya ke dalam makanan yang ia masak.”

“Memangnya, sifat-sifat orang Minang mana yang ada di dalam rendang, sehingga spesial sekali rendang Minang itu dari rendang lain seperti rendang Malaysia?”

“Yah, adalah beberapa. Tapi, biar amak jelaskan tiga di antaranya…”

Ketelatenan: Rela Menanti Asalkan dengan Tujuan yang Jelas

Sifat pertama yang dijelaskan oleh amak kepada ambo adalah ketelatenan orang Minang.

Iklan

Rendang sepintas terasa seperti sebuah makanan yang cara memasaknya sederhana; aduk bumbu-bumbu dasar seperti bawang merah, bawang putih, cabai giling dan lainnya sehingga rata, campur dengan air dan santan kelapa, panaskan, masukkan daging, lalu aduk terus sehingga campuran bumbu mengering.

Tapi kenyataan di lapangan (baca: dapur) selalu lebih susah. Potongan daging harus pas, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal. Hal ini untuk memastikan esensi bumbu benar-benar menyerap ke daging tanpa menghancurkan daging itu sendiri karena terlalu lama tenggelam dalam campuran bumbu dan santan.

Lalu yang paling utama adalah cara mengaduk. Selang waktu antara satu adukan dengan adukan selanjutnya harus teratur. Lalu, besar apinya juga harus diatur secara berkala. Untuk mencapai sebuah derajat kekeringan yang “sempurna” tanpa membuat rendang terasa gosong, api harus dikecilkan ketika rendang sudah mulai kering. Adukannya pun tetap harus teratur supaya panas api dapat menyebar secara menyeluruh ke dalam seluruh daging.

Di sinilah ketelatenan orang Minang berada. Mereka adalah orang-orang telaten yang rela dan sabar melakukan sesuatu, asalkan dengan tujuan dan alasan yang jelas. Gampang bicaranya, dalam kesabaran mereka yang nampaknya begitu lembut, ada keyakinan kuat terhadap sebuah prospek bahwa dengan semakin lama mereka mengaduk rendang, semakin baiklah hasilnya.

Kalau kata orang barat, soft on the inside, hard on the inside.

Ekspresif: Senang Beramai-Ramai dan Bermain dengan Perasaan

Yang paling menggoda dalam rendang tentu adalah campuran rasanya yang menggoda. Hingga kini, ambo tidak bisa mengekspresikan dengan jelas rasa sebuah rendang, namun satu yang ambo tahu adalah rendang asli Minang itu lamak bana.

Campuran bumbu yang diaduk bersama santan itu adalah sebuah kesatuan rasa yang sungguh harmonis bagi lidah. Hasilnya pun membuat rasa rendang terpaku pada satu jenis rasa saja. Di sini, terlihat bahwa orang Minang itu juga perasa.

Maklumlah, untuk sebuah suku yang dikepalai seorang bundo kanduang, tentulah orang Minang memiliki sensitivitas seorang ibu. Dalam rendang, prinsip yang bekerja adalah “dari lidah, turun ke hati.”

Ramainya rasa rendang juga menjadi simbol kesukaan orang Minang untuk bakumpua basamo dan saling mangota, atau saling berbicara dengan perasaan masing-masing. Rendang seakan menjadi sebuah rumah gadang yang dijadikan oleh berbagai rasa sebagai tempat baralek dan bermain dengan lidah si penikmat.

Hemat: Selama Masih Ada, Makanlah Itu Dahulu

Yang ini ambo rasa tidak perlu dipertanyakan. Rendang, semakin kering ia semakin tahan lama. Itu pulalah alasan amak tidak mau menggunakan kerisek yang akan menenggelamkan rendang ke dalam genangan minyak. Sari minyak dari rendang timbul bukan dari minyak goreng, tetapi dari campuran bumbu dan santan, sehingga lebih tepat disebut sari bumbu.

Rendang kering dapat tahan selama beberapa minggu jika ditaruh di kulkas, dengan terus menerus dipanasi sebelum konsumsi. Karenanya tak usah heran jika suatu saat anda makan rendang di rumah makan Padang, anda akan merasa lebih tua, sebab rendang yang anda makan bisa jadi adalah rendang yang dibuat beberapa minggu sebelumnya.

Biasanya sekali amak masak rendang, ambo dan adik akan tetap menyantap rendang selama seminggu penuh. Apakah kami bosan?

Indak, doh. Lamak bana!

Terakhir diperbarui pada 30 Juni 2017 oleh

Tags: featuredkarakterKulinerminangrendang
Kurnia Gusti Sawiji

Kurnia Gusti Sawiji

Artikel Terkait

Gara-gara Kakek dari India, buka nasi biryani MOJOK.CO
Kuliner

Gara-gara Kakek dari India, Suami Istri Buka Rumah Makan Nasi Biryani di Jogja

9 September 2025
3 Dosa Penjual Gudeg yang Merusak Rasa dan Bikin Wisatawan Kapok Kulineran di Jogja Mojok.co
Pojokan

3 Dosa Penjual Gudeg yang Merusak Rasa dan Bikin Wisatawan Kapok Kulineran di Jogja

18 Agustus 2025
warung nasi padang asli, masakan padang.MOJOK.CO
Ragam

Sulit Mencari Masakan Padang di Jogja yang Pas bagi Lidah Orang Minang, Rendang Terasa Manis

15 Agustus 2025
Pertama kali makan masakan di warung nasi padang. Kenyang meski menyesal MOJOK.CO
Kuliner

Pertama Kali Makan di Warung Nasi Padang: Jadi Katrok, Kenyang dalam Penyesalan, Hingga Obati Nasib Malang Masa Kecil

5 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.