MOJOK.CO – Hubungan antara Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dengan Presiden Jokowi dinilai sudah renggang. Ini lantaran manuver NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden yang berseberangan dengan visi koalisi pemerintahan Jokowi.
Kendati demikian, Surya Paloh mengaku bahwa pihaknya sebenarnya masih ingin berada di koalisi pemerintahan Presiden Jokowi. Namun, menurutnya, semua keputusan soal koalisi ini tetap berada di tangan presiden.
“NasDem ingin tekankan ini: dia [Partai Nasdem] ingin tetap jadi seorang sahabat sejati dalam suka duka seorang Presiden Jokowi,” ujar Paloh, dalam pidatonya di Puncak Perayaan HUT ke-11 Partai Nasdem pekan lalu, dikutip Senin (14/11/2022).
“Sekarang terserah. Bola ini ada di tangan Presiden Jokowi,” sambungnya.
Paloh juga menegaskan, bahwa selama ini posisi NasDem sudah sangat jelas bersama dengan pemerintahan Jokowi. Akan tetapi, hal itu akan berbeda jika Jokowi yang ingin berpisah dari NasDem.
Ia pun mengaku, “perpisahan” dengan koalisi pemerintah jelas bukan merupakan keinginan NasDem. Ia menilai perpecahan itu diinginkan oleh pihak-pihak yang tidak ingin hadirnya stabilitas nasional untuk melanjutkan pembangunan.
“Jadi kalau ada yang coba usik, meng-frame bahwa ‘Jokowi emoh pada NasDem’, pasti menurut saya upaya-upaya yang dilakukan secara sistemik dan sengaja untuk merusak hubungan yang sudah terjaga sedemikian rupa,” ujarnya.
Lantas, hal-hal apa saja yang disinggung Surya Paloh selama gelaran Puncak Acara HUT ke-11 Partai NasDem, Jumat (11/11/2022) lalu. Berikut Mojok telah merangkumnya.
#1 Jika 2024 gagal, dia siap meninggalkan Nasdem
Surya Paloh mengatakan siap keluar dari Partai NasDem seandainya pencapaian partainya pada Pemilu 2024 nanti gagal total.
Ia mengakui, bahwa dirinya akan mengoptimalkan kepemimpinan di NasDem untuk membawa partainya berhasil mencapai satu lompatan yang lebih jauh di Pemilu 2024. Namun, jika hasilnya tetap mengecewakan, Paloh menilai dirinya harus keluar.
“Saya katakan, jika tidak ada tambahan kursi [di Pemilu 2024], artinya nakhodanya harus ‘out’,” tegasnya.
“Tolong dicatat. Jangankan menurun atau tidak lolos parliamentary threshold, tidak ada tambahan angka kursi parlemen satu pun itu artinya nakhoda yang berbicara ini sudah tak layak lagi memimpin NasDem,” sambung Paloh.
Sebelumnya, beberapa lembaga survei seperti Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) dan LSI Denny JA mengeluarkan hasil survei serupa: elektabilitas Partai NasDem amat rendah. SMRC mengemukakan bahwa elektabilitas NasDem hanya di angka 5,4 persen, urutan tujuh dari seluruh partai kontestan pemilu. Sementara menurut LSI Denny JA, elektabilitas NasDem 3,9 persen alias tidak lolos parlemen.
#2 Singgung “Jatah Anies”
Surya Paloh juga mengaku tengah menunggu Presiden Jokowi mengatakan bahwa Pilpres 2024 nanti adalah jatah mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Pernyataan ini ia sampaikan sebagai respons dari pernyataan Jokowi sebelumnya, yang menyebut Pilpres 2024 jatahnya Prabowo Subianto.
“Kali ini [ucapan ‘jatah Pilpres’] diberikan kepada Pak Prabowo, tapi kan bisa saja besok bukan Pak Prabowo [yang menerima ucapan],” ujar Paloh.
“Ada Airlangga yang juga capres, mungkin juga Erick Thohir, atau Pak Ganjar. Kita tunggu-tunggu kapan dikasih [ucapan] ke Bung Anies,” sambungnya.
Paloh juga menilai, pernyataan Jokowi yang menyebut Pilpres 2024 jatah Prabowo sekadar diplomasi tingkat tinggi yang ingin membesarkan hati Prabowo. Ia memandang tidak ada yang salah dari langkah Jokowi memberikan motivasi itu.
“Itu posisi kepala negara. Dengan catatan yang perlu kita ketahui, Indonesia hari ini dengan pengamatan saya sebagai Ketua Umum NasDem, inflasi politisi tapi defisit negarawan. Itu yang perlu kalian tahu,” tuturnya.
#3 Bandar Pilpres
Di akhir acara, kepada para wartawan Surya Paloh juga menyinggung terkait “Bandar Pilpres”. Hal ini merespons pernyataan Fahri Hamzah sebelumnya yang menyebut koalisi NasDem, Demokrat dan PKS batal deklarasi karena ada bandar yang belum sepakat. Paloh pun menyinggung penangkapan mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo saat merespons isu itu.
“Saya sudah katakan bandar apa itu? Yang jelas Sambo memang sudah ditangkap,” ucap Paloh, diiringi gelak tawa.
Sebelumnya, Fahri menyebut semua orang tahu jika deklarasi koalisi pro-Anies batal karena bandar belum sepakat. Fahri juga menyinggung angka 20 persen yang belum terkumpul.
“Deklarasi tanggal 10 November sudah gagal, gara-gara bandar belum sepakat. Sudahlah, kita kan sudah tahu semua kan, bandar belum sepakat, duit belum terkumpul, 20 persen belum terkumpul, ya gagal,” ujar Fahri, dikutip Detik.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi