MOJOK.CO – Menjelang Pemilu 2024, berbagai lembaga survei membagikan risetnya. Dalam laporannya, istilah popularitas dan elektabilitas kerap digunakan. Namun, apa sebenarnya arti dan perbedaan kedua istilah itu?
Popularitas dan elektabilitas adalah dua hal yang berbeda, tapi banyak orang yang masih salah kaprah. Seseorang yang memiliki popularitas tinggi belum tentu memiliki elektabilitas yang tinggi pula.
Popularitas artinya tingkat keterkenalan seseorang di mata publik. Sosok yang populer belum tentu layak pilih. Oleh karena itu elektabilitasnya bisa saja rendah. Sementara sosok yang punya elektabilitas baik sehingga sebenarnya layak pilih, bisa saja tidak rakyat pilih karena kurang populer.
Melansir tulisan berjudul “Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014“, elektabilitas adalah tingkat keterpilihan yang disesuaikan dengan kriteria pilihan. Istilah ini banyak diterapkan untuk orang, badan, ataupun partai menjelang pemilu. Padahal aslinya, istilah ini biasa digunakan untuk barang ataupun jasa.
Ambil contoh, sebuah survei mencatat elektabilitas partai x tinggi. Kalimat itu berarti partai x memiliki daya pilih yang tinggi. Untuk meningkatkan elektabilitas, objek elektabilitas harus memenuhi kriteria keterpilihan dan juga populer.
Lantas, apa itu populer dalam konteks survei politik? Objek yang menyandang popularitas tinggi berarti memiliki keterkenalan di mata masyarakat. Keterkenalan itu bisa dipicu oleh profesinya yang kemudian berkaitan dengan frekuensi muncul di muka umum.
Popularitas dan elektabilitas bisa saling terkait. Popularitas penting karena bisa menjadi bekal untuk memperoleh elektabilitas. Oleh karena tidak sedikit yang menyebutkan seorang calon pemimpin kemungkinan akan mempunyai tingkat keterpilihan yang tinggi apabila sudah memiliki popularitas dahulu sebelumnya. Yang perlu diingat, popularitas bukanlah satu-satunya jalan memperoleh elektabilitas.
Sebaliknya, sosok yang memiliki elektabilitas memungkinkan tidak terpilih karena kurang publikasi sehingga tidak diketahui oleh masyarakat luas. Untuk memperbesar peluang keterpilihan calon-calon dengan tingkat keterpilihan yang tinggi tadi, perlu iklan politik yang dikemas dengan baik.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi