Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kotak Suara

Alasan Kartini Berikan Beasiswa Pendidikannya Kepada Agus Salim

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
22 April 2023
A A
Kartini berikan beasiswanya untuk Agus Salim. MOJOK.CO

Ilustrasi Kartini (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kartini pernah mengalihkan beasiswa pendidikan, yang telah lama ia dambakan, kepada Agus Salim. Beasiswa yang ia dapat harus dibatalkan. Tapi karena tak mau sia-sia, Kartini ingin mengalihkannya ke seseorang yang dianggap punya kecedasan yang luar biasa.

Seperti yang sudah diketahui, pada awal abad ke-20, Kerajaan Belanda membuat kebijakan Politik Etis. Kebijakan ini berangkat dari rasa tanggung jawab moral Ratu Wilhelmina atas wilayah jajahannya, termasuk Hindia-Belanda.

Melalui kebijakan Politik Etis, pemerintah merangkum tiga program dalam Trias van de Venter,  yang meliputi irigasi, emigrasi, dan edukasi.

Melalui program edukasi, Politik Etis memberikan kesempatan bagi warga pribumi untuk menempuh pendidikan—meskipun sebenarnya masih dalam kerangka kepentingan pemerintah kolonial.

Kartini sendiri merupakan sosok yang tidak hanya dikenang sebagai peletak emansipasi perempuan di era kolonial, tapi juga pejuang di dunia pendidikan.

Semangat juangnya terhadap dunia pendidikan, khususnya kaum perempuan pribumi, tidak diragukan lagi. Sebagai seorang priayi, ia mengajari para perempuan pribumi cara membaca, menghitung, dan menulis, bahkan membuka sekolah pada saat dirinya dipingit—menunggu untuk dilamar.

Ada kalanya, juga Kartini hampir mendapatkan kesempatan menimba ilmu ke negeri Belanda.

Kartini dapat beasiswa, tapi tidak jadi diambil

Kartini, memang diketahui pandai menulis dan berbahasa Belanda. Ia belajar secara autodidak melalui membaca dan menulis sejumlah surat kepada sahabat-sahabatnya yang berasal dari Belanda.

Salah satunya adalah Rosa Abendanon. Mengutip Gelap Terang Hidup Kartini (2017), dari surat menyurat dengan Abendanon, Kartini sering membaca buku-buku dan koran Eropa, yang bikin kemampuan menulis dan berpikir kritisnya makin terasah.

Bahkan, Kartini juga sering mengirimkan beberapa tulisan. Salah satunya kepada majalah perempuan Belanda yang ia baca, yaitu De Hollandsche Lelie, tentang hak-hak perempuan pribumi dalam merengkuh pendidikan mereka.

Keinginan Kartini untuk menempuh pendidikan ke negeri Belanda juga sangat kuat. Asa ini pun terbuka setelah suami Rosa Abendanon, yakni JH. Abendanono—yang saat itu menjabat Direktur Departemen Pendidikan, Agama, dan Industri Hindia-Belanda—menjanjikan beasiswa bagi Kartini dan saudara-saudaranya untuk belajar ke Belanda.

Pemerintah pun mengabulkan permohonan beasiswa tersebut. Melalui SK Gubermenen yang terbit pada 17 Juni 1903, pemerintah akan memberikan beasiswa 4.800 gulden untuk Kartini menyelesaikan pendidikannya di Belanda.

Sayang sekali, Kartini pada akhirnya terpaksa batal ke Belanda karena harus menikah. Jadi, agar beasiswa itu tak sia-sia, ia ingin beasiswa itu dialihkan ke orang lain yang ia anggap punya kemampuan dan kecerdasan luar biasa.

Ingin dialihkan ke Agus Salim

Selanjutnya, Kartini pun kembali menulis sepucuk surat kepada Rosa Abendanon untuk membujuk suaminya, JH Abendanon, agar mengalihkan beasiswanya kepada Agus Salim.

Iklan

Alasannya, Kartini tahu bahwa Agus salim merupakan siswa yang cerdas. Selain itu, Agus Salim juga tengah mengajukan beasiswa ilmu kedokteran ke Belanda.

“Saya punya suatu permohonan yang penting sekali untuk nyonya, tapi sesungguhnya permohonan itu ditunjukan kepada Tuan (Abendanon). Maukah Nyonya meneruskannya kepadanya?”, tulis petikan surat Kartini pada Abendanon pada 1903, yang dinukil dari buku Seratus Tahun Haji Agus Salim (1994).

“Kami tertarik sekali kepada seorang anak muda, kami ingin melihat dia dikaruniai bahagia. Anak muda itu namanya Salim, dia orang Sumatera asal Riau, yang dalam tahun ini mengikuti ujian penghabisan sekolah menengah HBS, dan ia keluar sebagai juara. Juara pertama dari ketiga-tiga HBS. Anak muda itu ingin sekali pergi ke Negeri Belanda untuk belajar menjadi dokter,” sambungnya.

Sayang sekali, lanjut Kartini, kondisi keuangan keluarga Agus Salim tidak memungkinkan. Kata dia, upah ayah Agus Salim hanya 150 gulden sebulan, sementara biaya pendidikannya sekitar 8.000 gulden.

Maka dari itu, Kartini ingin memberikan beasiswa pendidikannya ke Agus Salim. Menurut SK Gubermenen tertanggl 17 Juni 1903 yang ia terima, beasiswa itu sebesar 4.800 gulden.

“Alangkah indahnya andai pemerintah bersedia membiayai seluruh pendidikannya yang berjumlah kira-kira 8000 gulen. Bila tak mungkin, kami akan berterima kasih, seandainya Salim dapat menerima jumlah 4800 gulen yang disediakan untuk kami itu. Untuk sisa kurangnya kami dapat meminta bantuan orang lain,” pinta Kartini.

Agus Salim menolak

Sayangnya, Agus Salim menolak pengalihan beasiswa tersebut. Ia mengaku sungkan karena merasa beasiswa tersebut bukan lantaran penghargaan atas kecerdasan dan jerih payahnya, melainkan karena usul orang lain.

“Kalau pemerintah mengirim saya karena anjuran Kartini, bukan karena kemauan pemerintah sendiri, lebih baik tidak,” kata Agus Salim dalam Seratus Tahun Haji Agus Salim (1994).

Sejak peristiwa ini pun, Agus Salim memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan sekolahnya. Pada 1906, ia berangkat ke Arab Saudi untuk bekerja sebagai penerjemah di konsulat Belanda.

Di sana, Salim memanfaatkan waktu luang untuk berguru kepada Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, imam besar Masjidil Haram, guru Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan Hasyim Asyari (pendiri NU).

Sepulang dari Arab, Agus Salim mendirikan sekolah, bekerja pada pemerintah, lalu keluar dan aktif sebagai politisi di PSI.

Sementara Kartini, pada 12 November 1903, melangsungkan pernikahan dengan Bupati Rembang KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Saat sudah menjadi istri bupati, Kartini boleh membangun sebuah sekolah perempuan bagi kaum pribumi.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Seumur Hidup Melawan, Mengapa Kartini Akhirnya Mau Dipoligami? dan tulisan menarik lainnya di Kanal Pemilu.

Terakhir diperbarui pada 22 April 2023 oleh

Tags: Agus SalimbeasiswaKartiniPemilu 2024Surat Kartini
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Kisah mahassiwa beasiswa KIP Kuliah Aliya Eka Lestiyanti, ibu meninggal kala ia masih berjuang, sampai akhirnya jadi harapan keluarga usai jadi sarjana cumlaude MOJOK.CO
Kampus

Ibu Meninggal kala Saya Masih Berjuang, Jadi Titik Terendah Hidup tapi Bangkit demi Jadi Sarjana Pertama Keluarga

3 November 2025
mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah ISI Jogja dihujat. MOJOK.CO
Kampus

Mahasiswa Penerima Beasiswa KIP Kuliah ISI Jogja Dihujat karena Flexing dan Dianggap Glamor, padahal Hidupnya Nelangsa

30 Oktober 2025
Kerja keras bawa Annes kuliah di Universitas Brawijaya (UB) Malang gratis hingga kerja sebelum wisuda MOJOK.CO
Kampus

Universitas Brawijaya (UB) Bawa Saya Kuliah Tanpa Biaya, Bisa Kerja Sebelum Wisuda buat Tebus Masa-masa Berat Sekolah Sambil Kerja Sejak Remaja

15 Oktober 2025
Beasiswa, UB Malang.MOJOK.CO
Kampus

Menolak Berbagai Beasiswa PTS demi Kuliah di UB Malang: Dulu Menyesal, Kini Bersyukur Dapat Banyak “Berkah”

22 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.