Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Konter

Sony Ericsson J105i Naite yang Disayang Lalu Ditinggalkan

Is Harjatno oleh Is Harjatno
16 Desember 2017
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

[MOJOK.CO] “Lupakan Blackberry dan Windows Phone, Nokia yang paling bagus itu ternyata Sony Ericsson.”

Sore itu di pengujung 2009, ketika seorang pengusaha paruh baya menghadiahkan sebuah telepon seluler terbaru kepada saya dalam rangka pergantian tahun. Hadiah itu bentuk penghargaan atas masukan saya pada suatu pertemuan sebelumnya terkait kondisi perusahaan mereka, ”Usul saudara itu membuka wawasan kami yang tua-tua ini,” ucap beliau saat itu.

Saya sendiri lupa apa tepatnya usul saya itu. Remeh, pokoknya. Jika tak salah, sekadar saran-saran global dan motivasional seputar regenerasi, perbaikan kesejahteraan pekerja dan mitra, serta soal ekspansi bisnis menyambut ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area). Terpujilah Hermawan Kertajaya dan Dale Carnegie yang pandangan-pandangannya banyak saya kutip secara tak tahu diri waktu itu.

Adapun ponsel itu, nama lengkapnya: Sony Ericsson J105i Naite, biasa disapa Naite. Sebagai seorang gaptek yang baik, tentu saja ponsel itu tidak buru-buru saya puja-puji melainkan saya cuekin dulu.

Selain kurang familiar dengan navigasi dan fiturnya, juga karena saya masih sayang dengan ponsel Nokia 3310 jadul saya. Kegaptekan saya saat itu mungkin setara dengan orang-orang mendadak sporty zaman now yang underestimate terhadap kualitas sepatu Asics generasi Gel.

Penampakan Sony Ericsson J105i Naite
Penampakan Sony Ericsson J105i Naite

Perlu waktu bagi saya untuk mempelajari Naite, seiring kolapsnya sang 3310. Setelah mencoba browsing, akhirnya saya tiba pada sebuah kesimpulan: HP satu ini adalah sebuah mahakarya yang tersembunyi. Ponsel untuk manusia yang berakal dan mendapat petunjuk: ”Mona Lisanya ponsel zaman ini!” pikir saya sembari terperanjat penuh kagum.

Selayaknya aura kesederhanaan nan indah dari potret Mona Lisa, desain ponsel ini pun simpel namun eksotik. Dimensinya 108 x 47 x 12,6 mm dengan berat 84 gram, layar 2,2 inci, dan keypad sembilan tombol. Sangat enak digenggam. Tak ubahnya memegang ucapan teman setia yang tak akan ingkar janji.

Memori internalnya lumayan untuk ponsel zaman itu dan tentunya sangat kecil jika dibanding pasaran memori internal ponsel zaman now, yakni 100 MB. Cukup untuk menyimpan hingga 1000 nomor kontak dan bejibun aplikasi serta teknologi bawaannya yang keren-keren melampaui zamannya (generasi GreenHeart adalah pembuka jalan bagi Soner yang merupakan salah satu pelopor platform Java untuk memasuki era Android).

Sedangkan memori eksternalnya bisa menampung hingga 8 GB. Kemampuan surgawi bagi saya yang segera memenuhinya dengan ratusan lagu, ratusan foto, puluhan video dengan mayoritas di antaranya adalah bokep-bokep pilihan, dalam format 3GP yang legendaris itu. Resolusinya juga cukup bagus, 240 x 320 piksel. Cukup memanjakan bagi seorang ”Bokepolog zuhud” macam saya.

Kelebihan berikutnya tentu ada pada kamera dan suaranya, termasuk speaker dan earphonenya. Sony pada saat itu adalah raksasa dalam dunia teknologi kamera dan audio. Tak sulit bagi mereka mengadaptasikan teknologi itu ke dalam Naite.

Apalagi saat itu mereka masih mesra-mesranya dengan Ericsson, salah satu penguasa industri perponselan Eropa. Sehingga dengan sendirinya mutunya sudah tak perlu lagi dipertanyakan. Tersesatlah mereka yang mengingkari kedigdayaan Sony (dan Ericsson) dalam dua hal itu.

Puncak dari segala hal terluhur dari ponsel ini adalah komitmen SE untuk lebih ramah lingkungan melalui perilisan seri-seri ponsel bertajuk GreenHeart dimana Naite adalah salah satunya: berbahan dasar plastik daur ulang, cat berbahan dasar air, material bebas bahan kimia berbahaya, fitur e-manual yang tertanam dalam ponsel untuk mengurangi penggunaan kertas, serta daya tahan baterai yang tergolong paling irit di kelasnya.

Sungguh, wahai para pecinta, bagaimana mungkin hati kalian bisa demikian keras hingga tak terketuk oleh ponsel cakep, pintar, berhati mulia, hemat, sanggup multitasking dan tidak rewel ini?

Maka, berbekal ponsel istimewa inilah, saya, ketika berkarir sebagai manajer operasional (baca: penunggu) toko ponsel di kampung halaman saya di jantung Kalimantan, sanggup dengan jemawa menertawakan orang-orang yang membanggakan BlackBerry ataupun Samsung Corby-nya.

Nokia? Di masa itu mereka sudah berada di tubir senjakala, meskipun pada masa itu di kampung saya, kata Nokia sempat menjadi kata ganti untuk ponsel itu sendiri, sebagaimana Honda untuk sepeda motor dan Aqua untuk air minum kemasan.

Iklan

Kemesraan dengan Naite masih berlanjut hingga awal 2012, ketika terjadi tragedi itu: soket untuk pengisian baterai sekaligus untuk menancapkan earphonenya aus akibat terlalu sering digunakan bergantian. Lalu saya membawanya ke seorang tukang servis ponsel terkutuk yang dengan sotoynya mengebor dinding penyangga soket tersebut.

Hal itu semakin parah kala pada suatu pagi yang kelam di pertengahan 2014 saat saya sudah pindah ke Surabaya, si cantik berhati mulia ini untuk ke sekian kalinya tercebur ke dalam bak mandi, dan kali itu saya terlambat menyadarinya.

Alhasil, baterai yang sudah sulit diisi ulang pasca pengeboran brutal, jadi tak bisa di-charge akibat kerusakan pada sirkuitnya. Beberapa tombolnyapun mulai tak merespon. Sempat saya upayakan bolak-balik ke WTC dan THR guna mengobatinya, namun tiada yang menyanggupi lantaran dinding soketnya sudah terlanjur jebol akibat dibor penyervis durhaka di kampung halaman, yang tak lama sesudah peristiwa terkutuk itu kiosnya terbakar ludes.

Maka Naite kesayangan itupun saya semayamkan dan jasadnya masih saya simpan dengan khidmat hingga kini. Sesudah itu saya masih sempat dua kali membeli Naite lagi, seken, lewat toko daring.

Namun keduanya itu tidak bertahan lama. Yang pertama mendadak rusak. Si penjual dengan liciknya tidak memberitahu kondisi ponsel itu yang pernah terendam air dalam jangka waktu lama. Sedangkan yang kedua, terjatuh di jalan raya. Bersama sekumpulan bokep kesayangan, tentu saja. Sempat juga mencoba model di atasnya, yakni Cedar dan Elm, tetapi rasanya tidak seindah dengan Naite. Apa boleh bikin.

Saya bahkan nyaris saja akan membeli sekenan lagi untuk ketiga kalinya, andai bukan karena ultimatum langsung direktur utama tempat saya bekerja saat itu yang mewajibkan semua kepala departemen untuk menginstall aplikasi WhatsApp.

Akhirnya kisah cinta itupun usai. Namun rasa sayang pada Naite merah mungil itu tak mungkin enyah. Di balik segala kekurangannya, mulai dari navigasi dan teknologinya yang kurang familiar bagi masyarakat awam, soket charger yang bergabung dengan earphone, hingga penyakit legendaris ponsel Sony yaitu purnajual yang keparat, hingga detik ini segala keandalannya masih mengiang dalam ingatan. Terutama kualitas audionya yang berkharisma, bening dan detail, berpadu dengan kemuliaan sebagai ponsel ramah lingkungan.

Bahkan hingga saat ini masih membekas jelas dalam ingatan, ungkapan kagum seorang PNS tua yang dengan bersemangatnya memuji ponsel Sony Ericsson kepada teman-temannya saat berkunjung ke toko ponsel saya, setelah saya prospek soal keunggulan Naite dibanding BB idamannya dan para koleganya.

Saking kagumnya, bahkan sampai nyaris headbanging, bapak itu menjerit histeris: ”Nokia yang paling bagus itu, ya, Sony Ericsson!!!”

Terakhir diperbarui pada 16 Desember 2017 oleh

Tags: BlackberryNaiteNokia 3310Samsung CorbySony Ericsson
Is Harjatno

Is Harjatno

Artikel Terkait

BlackBerry Mati Meninggalkan Rasa yang Biasa Saja MOJOK.CO
Pojokan

BlackBerry Mati, tapi Nggak Ada yang Sedih

5 Januari 2022
Samsung Galaxy S 2010, Cikal Bakal Samsung Menguasai Dunia, Hape Favorit Buat Nobar Bokep Waktu SMA MOJOK.CO
Konter

Samsung Galaxy S 2010, Cikal Bakal Samsung Menguasai Dunia, Hape Favorit Buat Nobar Bokep Waktu SMA

13 November 2020
Nokia E75: Niatnya Melawan Invasi Blackberry, tapi Malah Menyajikan Kemewahan Palsu
Konter

Nokia E75: Niatnya Melawan Invasi Blackberry, tapi Malah Menyajikan Kemewahan Palsu

9 Oktober 2020
Esai

Sebuah Kisah Klasik Blackberry Messenger untuk Masa Depan

20 April 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.