MOJOK.CO – Sebelum memutuskan membeli Samsung Galaxy M32, ponsel layar AMOLED FHD termurah, sebaiknya kamu baca panduan ini dulu.
Bagi kita yang sering berada di bawah teriknya sinar matahari, layar AMOLED dengan kecerahan lebih tinggi mutlak dibutuhkan. Jika kita menggunakan layar IPS LCD, konten akan sulit terbaca meskipun tingkat kecerahan digeser maksimal. Kondisi ini tidak bisa ditoleransi oleh sebagian besar pekerja lapangan, pengusaha dan pemasar properti, serta mereka yang bekerja dengan berkendara mobil atau motor di jalan.
Bagi mereka yang memiliki uang lebih, tentu bisa memilih anggota keluarga Samsung Galaxy S21 dan iPhone 13, atau alternatif berupa Samsung Galaxy Z Flip3, atau Galaxy Note 20 Ultra. Sebaliknya, jika uang terbatas, perkara menjadi lebih sulit.
Kita tentu tidak ingin mengorbankan performa, tetapi ponsel baru yang masih berada dalam line up andalan brand paling tidak dihargai sekitar Rp2 jutaan. Bayangkan jika kita tidak bermasalah dengan panel layar AMOLED, ponsel seharga ratusan ribu pupiah pun sudah bisa dibawa pulang jika memenuhi kebutuhan.
Beralih ke perangkat bekas juga bukan solusi karena keandalan baterai sudah menurun dan layar AMOLED rawan burn-in. Samsung Galaxy S7 milik para anggota keluarga saya misalnya, kotak yang berada di favorites tray (icon di bagian bawah layar ketika kita ada di home screen) membekas dan selalu muncul di aplikasi apa pun setelah empat sampai lima tahun pemakaian meskipun tingkat brightness hanya diatur dalam rentang 25% sampai 50% dan screen on time hanya lima sampai tujuh jam per hari. Samsung Galaxy A80 yang dijadikan live demo unit di gerai resmi lebih miris, burn-in sudah terjadi pada umur enam bulan karena dinyalakan seharian dengan tingkat brightness maksimal.
Setelah Redmi Note 10 dihentikan produksi dan penjualannya, Redmi Note 10s menjadi ponsel layar AMOLED termurah yang masih dijual oleh toko resmi. Dengan harga Rp2,7 juta, prosesornya pakai Helio G95, dipadukan RAM 6GB, memori internal 64GB, daya pengecasan 33W, dan sudah mengusung fitur NFC itu memang cukup menarik.
Namun, kita tentu tahu sadar kalau notifikasi iklan di produk-produk Redmi itu mengganggu. Belum lagi, mereka lebih memprioritaskan update MIUI dibandingkan versi Android itu sendiri.
Samsung Galaxy hadir dengan varian khusus untuk penjualan online-nya yaitu M22 6GB/128GB seharga Rp2,8 juta. Ini adalah ponsel termurah kedua dengan layar AMOLED yang masih menjadi line up brand untuk dijual sendiri.
Fitur NFC juga sudah tersedia, tetapi sayangnya, resolusi layar masih HD. Jika kita menginginkan resolusi FHD, kakaknya yaitu Samsung Galaxy M32 6GB/128GB menjadi pilihan termurah dengan harga resmi Rp3 juta. Apakah worth it?
Pertama-tama, seperti biasa, saya akan membahas kekurangannya terlebih dahulu selain dari konektivitasnya yang masih mentok di 4G karena banyak ponsel lebih mahal yang nasibnya pun masih sama. Jika hal-hal di bawah ini menjadi dealbreaker bagi Anda, tentu keputusannya sudah jelas untuk tidak membeli ponsel ini.
Samsung Galaxy M32 jelas tidak untuk bergaya
Samsung Galaxy M32 jelas bukan untuk mendukung penggunanya dalam bergaya. Penempatan empat lensa kamera belakangnya mirip dengan Reno 4F yang menjadi andalan midrange dari Oppo dua sampai tiga generasi yang lalu. Penempatan lensa kamera depan yang menggunakan waterdrop notch dengan label marketing bernama Infinity-V display itu juga bukan lagi sesuatu yang istimewa ketika ponsel sekelas yaitu Oppo A53 sudah mengusung punch hole display.
Kebetulan, saya memegang punya Samsung Galaxy M32 dengan warna biru dan di bodi belakangnya terdapat garis-garis yang dapat memunculkan efek warna pelangi. Penampilannya memang unik dan cantik, tetapi penggunaan bahan yang mudah menyimpan bekas sidik jari membuat semua kecantikan itu sirna. Kesimpulannya, ponsel ini memang bukan untuk bergaya.
Samsung Galaxy M32 solid dalam genggaman
Samsung Galaxy M32 punya baterai berkapasitas 5000mAh. Jadi tidak heran jika ponsel ini terasa lebih berat bagi saya yang selama ini menggunakan Redmi 4X dengan baterai 4000mAh. Bodi belakang tidak licin dan ketebalannya pas sehingga dia terasa solid dalam genggaman tanpa perlu menggunakan casing tambahan. Sayangnya, ponsel ini terasa kurang nyaman untuk digunakan dengan satu tangan.
Samsung Galaxy M32 terasa sedikit terlalu lebar sehingga sudut kanan bawah ponsel cukup menekan bagian telapak tangan di bawah jempol jika dipegang dengan tangan kanan. Ketika digunakan untuk mengetik dengan dua tangan, saya kaget dengan pengaturan dasar keyboard terpisah yang jarak antara huruf “t” dan “y” cukup lebar.
Namun, rasanya masih lebih baik jika dibandingkan keyboard full di mana jari Anda perlu bekerja sedikit lebih keras untuk menjangkau huruf “q” dan “a”.
Bagi penggemar gaming yang turut menikmati audio, posisi lensa kamera Samsung Galaxy M32 yang menonjol alias bump dan speaker tunggal di sudut kanan bawah ponsel membuat posisi bermain menjadi kurang nyaman. Jika camera bump diposisikan di tangan kanan ponsel, lubang speaker akan tertutup. Jika camera bump diposisikan di tangan kiri ponsel, keberadaannya akan terasa mengganggu. Tidak sampai di situ, ternyata camera bump ini juga menyebabkan ponsel tidak bisa diletakkan dengan sepenuhnya datar di atas meja.
Suara bass sedikit berlebihan
Ketika diajak menonton video YouTube dan Tiktok, Samsung Galaxy M32 mengeluarkan suara bass yang sedikit berlebihan sehingga yang muncul cuma efek surround. Efek ini tentu bagus jika digunakan untuk menonton film atau mendengarkan lagu dari penyanyi yang suaranya memang merdu, tetapi tidak pada tempatnya jika kita ingin mendengarkan konten yang suaranya harus benar-benar jelas.
Apalagi jika kita mendengarkan suara yang cempreng. Ponsel ini semakin menunjukkan kecemprengan tersebut dengan nyata.
Kemampuan deteksi NFC yang kurang afdal
Samsung sudah menyediakan aplikasi Samsung Pay yang salah satu fungsinya adalah bisa mengecek saldo kartu e-money memanfaatkan NFC. Permasalahannya, ia hanya bekerja pada bagian ponsel setengah ke atas dan itu pun sering gagal terbaca jika bukan ditempelkan tepat di posisi camera bump. Tentunya, hal ini cukup disayangkan karena kita pasti menjaga agar lensa kamera tidak kotor dan tidak baret.
Konsumsi baterai cukup boros
Redmi 4X saya yang prosesornya berfabrikasi 28nm dan kapasitas baterainya 4000mAh mengonsumsi daya dari penuh hingga habis dalam waktu sebelas jam. Selama itu, ponsel terus terhubung ke jaringan 4G, diajak berkeliling kota, dan digunakan secara intens untuk berkomunikasi, membaca buku, browsing, menonton video di YouTube, mengakses media sosial, sampai memainkan game online LINE Get Rich. Ketika Samsung Galaxy M32 yang prosesornya berfabrikasi 12nm ini hadir dengan baterai 5000mAh, tentu saya berharap lebih banyak.
Sayangnya, ketika diberikan koneksi WiFi yang stabil untuk menonton video di YouTube dan TikTok, baterai turun sebanyak 28 persen dalam sekitar dua jam dan 40 persen sekalipun refresh rate dibatasi dalam 60Hz oleh power saving mode (bukan 90Hz seperti kemampuan maksimumnya).
Tingkat kecerahan pun sudah saya batasi di seperempat. Menurut pengujian Jagat Review yang belum pernah saya coba sendiri, ponsel ini akan berhenti memutar konten ketika baterainya menyentuh level empat persen. Berarti, penggunaan seperti saya tadi hanya akan bertahan selama sembilan jam? Cukup menyebalkan.
Ditambah lagi, pengisian baterai berdaya 15W itu tidak kencang-kencang amat. Durasi yang dihabiskan untuk mengecas dari 26 persen ke penuh adalah 1 jam 34 menit, ya kira-kira jika dari kosong sampai penuh membutuhkan waktu sekitar dua jam. Meskipun memang lebih cepat dari Redmi 4X saya yang di awal kepemilikan pun membutuhkan waktu hingga tiga jam karena daya pengisian yang hanya 10W, tetap saja Samsung Galaxy M32 belum membuat saya puas.
Setelah puas membedah kelemahannya, kini kita juga membahas kelebihannya. Tentu saja, di luar layar AMOLED yang sudah bisa dipastikan memberikan tampilan yang lebih terang dan indah itu ya.
Aspect ratio dan resolusi layar lebih tinggi, berkegiatan jadi lebih nyaman
Ponsel ini memiliki layar yang besar, yaitu 6,4 inci. Ditambah lagi dengan aspect ratio 20:9 dan resolusi Full HD+ yang digunakan, Samsung Galaxy M32 sangat nyaman untuk membaca tulisan panjang atau melihat foto yang diperbesar tanpa banyak melakukan scrolling. Penggunaan dua aplikasi sekaligus melalui fitur split screen berjalan menyenangkan bukan main.
Kamera cukup mengesankan
Samsung Galaxy M32 memiliki empat lensa kamera belakang dengan dua bintang utamanya adalah lensa utama beresolusi 64MP f/1.8 yang secara default-nya menggunakan mekanisme quad Bayer dan lensa ultrawide beresolusi 8MP. Kualitas fotonya cukup baik dengan menangkap cukup banyak cahaya dan hasil yang diberikan cukup tajam.
Jika dibandingkan Galaxy S7, flagship Samsung lima generasi lalu, Samsung Galaxy M32 bisa melakukan zoom hingga 5,2x sebelum layar mulai menunjukkan tampilan semutan ketika S7 mentok di 3.7x. Resolusi foto yang dihasilkan secara default oleh lensa utama adalah 16MP (3:4), 12MP (9:16 dan 1:1), serta 9.6MP (9:20).
Untuk lensa ultrawide, resolusi fotonya adalah 8MP (3:4), 6MP (9:16 dan 1:1), serta 4.7MP (9:20). Sayang memang, kemampuan perekaman videonya mentok di FHD 30 fps ketika Infinix Note 8 yang prosesornya sama-sama MediaTek Helio G80 bisa mencapai 2K meskipun sama-sama dengan frame rate 30 fps. Jika mau diaktifkan oleh Samsung, prosesornya pun mendukung FHD 60 fps.
Kamera depan beresolusi 20MP juga tidak mengecewakan, baik dalam menghasilkan foto dengan cahaya yang cukup maupun ketajaman untuk menangkap detail pada wajah. Jika digunakan dalam mode selfie sendirian, resolusi foto yang dihasilkan sama dengan hasil tangkapan kamera ultrawide. Jika digunakan dalam mode group selfie, resolusi foto yang dihasilkan adalah 12MP (3:4), 9MP (9:16 dan 1:1), serta 7.2MP (9:20). Sama seperti kamera belakang, maksimum resolusi video yang bisa direkamnya adalah Full HD dengan frame rate 30 fps.
Performa mencukupi kebutuhan
Selama tidak digunakan untuk memainkan game berat, Samsung Galaxy M32 sudah terasa cukup kencang sekalipun digunakan dalam power saving mode. Prosesornya seperti tadi disebutkan adalah MediaTek Helio G80 dan RAM-nya 6GB, persis seperti spesifikasi minimum yang saya sebutkan di artikel sebelumnya untuk tahun 2022 ini.
Ketika tidak menjalankan aplikasi, Samsung Galaxy M32 akan mengonsumsi RAM sekitar 2,3GB. Untuk penggunaan normal, konsumsi RAM sulit untuk menembus 4GB. PUBG bisa digunakan dalam setting Smooth-Ultra dan Mobile Legends mendukung High Frame Rate, cukup ya untuk ponsel midrange.
Ditambah memori internalnya yang besar, mencapai 128GB, dan masih bisa ditambah dengan kartu MicroSD tanpa mengorbankan kemampuan dual SIM, mantaplah. Sistem operasi dan aplikasi dasar sendiri telah mengonsumsi ruang sebesar 21GB, sedangkan aplikasi e-commerce, social media, dan lainnya yang digunakan sehari-hari mengonsumsi 13GB ruang tambahan. Ujungnya, ya tetap masih lega.
Demikian pandangan saya mengenai Samsung Galaxy M32. Ya, untuk ponsel layar AMOLED FHD non-Xiaomi yang harganya mirip, sulit untuk mencari yang benar-benar lebih baik dari Samsung Galaxy M32. Oppo A74 misalnya, prosesor setara-setara saja dengan Qualcomm Snapdragon 662, fingerprint sudah in-display alih-alih di samping seperti M32, daya pengecasan di 33W, tetapi minus NFC dan harganya lebih mahal Rp400 ribu.
Ya begitulah jika kita menolak pilihan dari Xiaomi. Menurut saya, jangan tolak jika alasan kita hanya anti produk Cina. Soal iklan, itu bisa dimatikan secara manual.
Namun, jika kita merasa kurang nyaman dengan MIUI dan tidak berniat untuk mengoprek, membutuhkan jaminan layanan pascapenjualan yang lebih luas, serta tidak bermain games yang lebih berat, Samsung Galaxy M32 ini wajib dipertimbangkan.
BACA JUGA Poco X3 NFC, Hape Kelas Menengah Paling Recommended dan ulasan menarik lainnya di rubrik KONTER.
Penulis: Christian Evan Chandra
Editor: Yamadipati Seno