MOJOK.CO – Laptop Toshiba Satellite L300 punya saya ini memang sudah renta. Namun, ia kokoh, kuat, dan setia seperti Giant, temannya Doraemon. Siap diadu sama laptop lemah zaman sekarang.
Setelah menyelesaikan pekerjaan di suatu sore, laptop Toshiba Satellite L300 berukuran 15,4 inci di depan saya tiba-tiba terlihat lebih gagah dari biasanya. Laptop keluaran tahun 2008 itu, nggak tau kenapa, kayak lebih mewah aja gitu. Karena efek cahaya? Tapi masa ,sih.
Setelah mengarungi bahtera kehidupan selama empat tahun bersama, hari itu, laptop saya kayak ngeluarin aura terpendamnya. Ia seolah membusungkan dada sambil berkata “Kieu-kieu ge aing mah kuat!”
Laptop Toshiba Satellite L300 ini saya beli bekas dengan mahar Rp1,5 juta dari seorang kawan. Saya sempat ingat, sebelum acara ijab Kabul pernikahannya, kawan saya bercerita bahwa sebelumnya laptop ini berprosesor AMD dengan RAM 1 GB. Namun, ketika saya cek lewat dxdiag, tertera informasi bahwa prosesornya adalah Intel Core 2 Duo.
Selidik punya selidik, kawan saya menjelaskan panjang lebar. Jiwa salesnya secara otomatis keluar dan mengisahkan bahwa papan induk dari laptop tersebut telah dibongkar, termasuk prosesornya. Tak hanya itu, RAM-nya juga di-upgrade menjadi 2 GB.
Saya seperti terhipnotis. Apalagi, di tongkrongan anak-anak STM (Sekolah Teknik Menengah) dulu, saya kerap dicekoki kalau Intel lebih dingin dan memiliki daya tahan lebih baik dibandingkan AMD. Ditambah, teman saya ini juga menggaransi jika ada apa-apa dalam durasi 1 atau 2 bulan, ya tinggal kontak aja.
Tak dinyana, dari momen bersejarah tersebut hingga saya menulis ini, tak pernah ada masalah hardware. Kayak jalanan saat social distancing, lancar jaya. Pengecualian terjadi pada sisi software karena beberapa kali sempat saya instal ulang lantaran terserang virus.
Nah, dengan perawakannya yang lebih besar dibanding laptop-laptop sekarang, di mata saya, laptop Toshiba Satellite terlihat kuat dan kokoh. Bikin saya teringat sosok Giant di kartun Doraemon yang juga memiliki persamaan dengan laptop Toshiba Satellite L300 ini: besar, kuat, kokoh, dan siap menghadapi aral-melintang. Pokoknya ini laptop Giant banget.
Meski begitu, bukan berarti laptop yang saya sayangi ini tanpa kelemahan. Seiring usia yang kian renta, mobilitasnya pun terbatas. Adaptor charger dan kabelnya mesti dililit 27 putaran untuk memastikan terkoneksi listrik. Baterai? Ya jangan ditanya. Udah nggak ada fungsinya. Tetap saya pasang biar kelihatan pantas aja.
Beberapa teman sering meledek secara terang-terangan. Untungnya, seolah telah bersinergi menjadi satu dengan laptop Toshiba Satellite ini, saya selalu kuat menghadapi ledekan tersebut.
Pernah suatu kali saya membuka laptop Toshiba Satellite L300 ini dengan kepercayaan diri dalam sebuah perkumpulan.
“Hen, ieu laptop atau TV?” Ejek Irfan, teman saya.
“Lain TV anjir, kulkas!” sahut Arip.
“TOSHIBA. Tos Hideung Bau,” beber Upi yang diakhiri tawa menggelegar teman-teman lain.
“….,” saya tak menimpali. Diam.
Sejak itu, saya sempat minder dan nggak bakal lagi mengeluarkan Si Giant ini di keramaian. Tapi kemudian saya berpikir. Hampir semua teman saya menggunakan laptop berprosesor core i-5 yang tipis kayak tempe keripik. Laptop mereka terlihat cantik dan anggun. Namun, kalau kelak IC power laptop mereka “kena”, saya bakal syukuran. Bodo amat dianggap jahat!
Berkat pemikiran yang menenangkan itu, saya urung ganti laptop. Bukan hanya karena sudah kadung sayang sama laptop Toshiba Satellite ini.
Bagi saya, laptop ini masih bisa bertarung sesuai dengan kebutuhan saya. Masih tangguh menjelajah dunia via Internet. Berpindah dari satu IP address ke IP address lainnya. Kalaupun mentok karena imbauan Internet Positif, tinggal gunakan VPN.
Pekerjaan saya juga tidak menuntut saya untuk berpisah dengan Si Giant. Lha wong saya nggak perlu berkutat dengan aplikasi berat semacam Auto atau Corel Draw. Bukankah cinta itu sederhana. Cinta itu melengkapi. Ketika kita membutuhkan, ia selalu ada. Bahkan Tangguh untuk menemani kita berjuang di kehidupan ini.
Secara tampilan, laptop Toshiba Satellite ini mungkin kalah cakep sama laptop kepunyaan teman saya. Tapi, dari segi ketahanan, saya bahkan berani menyejajarkan sama Lenovo Thinkpad kepunyaan Fidocia Wima Adityawarman.
Wahai kalian, ingat, bukankah barang elektronik itu sejatinya diperuntukkan sebagaimana kebutuhan masing-masing? Tsaaah~
Kini, saya semakin bangga dengan laptop Toshiba Satellite L300 kepunyaan saya ini. Kenapa? Saya kasih tau alasannya: bukankah barang elektronik yang ideal itu yang nggak bikin cilaka kantong? Ya iyalah, Si Giant ini terbukti minim perawatan. Nggak perlu gonta-ganti ini dan itu. Sangat pengertian melebihi semua gebetan pokoknya.
Kelak ketika harus ganti laptop, sepertinya saya tak akan berpaling dari Toshiba. Ia telah menyatu dalam diri saya. Hahaha…apa kamu lihat-lihat laptop saya! Mau meledek!
BACA JUGA Derita Anak IT, Kuliah Mahal Cuma Buat Disuruh Servis Laptop atau curhatan soal rasa cinta kepada gadget lainnya di rubrik KONTER.