Alasan itu juga yang menjadi salah satu alasan saya meninggalkan iPhone dan perangkat lain dalam ekosistem Apple. Masa ya dalam satu ekosistem saja, Apple memaksa kita menggunakan charger berbeda? MacBook dan iPad menggunakan charger USB Type C, sementara iPhone dan Airpods kudu pakai lightning port.
Kini setelah beralih ke ROG dan Samsung, ya saya cukup butuh satu charger untuk dibawa-bawa. Mau isi daya laptop, hape, tablet, TWS, ya cukup pakai satu charger dan satu kabel. Praktis, tanpa harus repot. Bahkan saat kelupaan bawa charger, tak perlu repot cari pinjaman karena banyak orang sudah menggunakan charger USB Type C, bahkan untuk Apple User dengan MacBook-nya.
Kenapa Apple ngotot?
Pertanyaannya, kenapa Apple segitu ngototnya tidak mau menggunakan charger USB Type C pada iPhone? Secara prinsip ya demi cuan. Walau kepada publik Apple mengatakan jika mereka tak mau mengganti lightning port karena alasan lingkungan. Sama seperti alasan mereka tak lagi mau menyertakan kepala charger pada paket penjualan iPhone.
Katanya sih kalau ganti ke charger USB Type C, bakal menambah sampah elektronik karena orang kabel lightning port tak lagi terpakai. Nantinya kabel-kabel lightning bakal jadi sampah elektronik. Gitu katanya. Padahal ya kalau ganti ke USB Type C di produk terbaru kan nggak semua orang juga langsung ganti hape. Itu teman saya sampai sekarang masih ada yang pakai iPhone 5s, kok.
Alasan yang sama juga dinyatakan Apple ketika merilis iPhone terbaru tanpa kepala charger di paket penjualannya. Katanya, nanti kepala charger yang lama bakal jadi sampah elektronik. Padahal yang gonta-ganti iPhone setiap tahunnya juga kan mesti menyertakan kepala charger buat hape yang dijual. Ibarat kata, kalau COD-an ya kudu lengkap biar harganya nambah.
Alasan lingkungan yang digunakan Apple jelas cuma gimmick perusahaan. Ya jelas alasan utamanya buat nambah cuan. Mengingat hak paten charger USB Type C ini bukan punya Apple, jadi mereka nggak bisa memonopoli penjualan aksesoris charger seperti sekarang. Kalau pun ada third party, tentu harus bayar paten agar bisa Apple Certified-kan.
Nggak bisa monopoli
Karenanya, ketimbang pake Type C, katanya sih Apple lebih baik mengeluarkan iPhone tanpa port. Hal ini dilakukan karena mereka sudah punya MagSafe yang patennya juga mereka miliki. Menggunakan Magsafe, iPhone bisa melakukan pengisian daya tanpa kabel. Sayangnya, hingga saat ini, pengisian daya tanpa kabel masih belum bisa optimal. Pengisiannya masih lamban dan membuat ponsel cepat panas.
Itulah kenapa, sepertinya Apple mau tak mau akan mengeluarkan iPhone seri baru tahun depan menggunakan Type C. Mengingat regulasi di Eropa, dan pasar mereka besar di sana, kemungkinan mereka harus pasrah untuk meninggalkan lightning port. Namun, sebagai catatan, ini masih kemungkinan loh ya. Karena kalau cuma regulasi, Apple mah sering mangkir.
Sebagai contoh, di Brasil, Apple sudah pernah dipaksa menjual iPhone-nya dengan menyertakan kepala charger. Bahkan, Apple telah didenda Rp293 miliar karena tak sertakan charger. Namun, hingga kini, Apple masih juga tidak menyertakan charger di paket penjualan. Hal ini juga yang membuat ratusan iPhone yang dijual tanpa charger disita pemerintah Brazil.
Tetap saja bandel
Jadi, seandainya nanti Apple tetap menggunakan lightning port di iPhone 15, ya saya nggak bakal kaget. Soalnya Apple ini memang keras kepala kalau urusannya tentang cuan. Lalu, seandainya pun ikut aturan Eropa, saya tetap nggak kaget kalau yang pakai charger USB Type C ini cuma iPhone untuk pasar Eropa. Untuk pasar US dan lainnya bisa jadi tetap pakai lightning. Indonesia ya kebagian ampasnya aja.
Jadi, walau dunia teknologi sedang menuju ke jalan semua pakai Type C, bisa jadi Apple tetap membandel demi cuan. Entah kenapa, sekarang saya melihat Apple ini cuma “cuan cuan cuan” aja sih. Apalagi setelah ditinggal Steve Jobs.
Ya, dulu produk Apple nih selalu mahal. Tapi, ada inovasi yang bisa kita terima. Namun sekarang, inovasi tak ada uang jajan sirna, karena cuan adalah segalanya buat Apple.
BACA JUGA Sejarah iPhone Tunjukkan, jika Hari Ini Apple Dihujat, toh Besok Ia Tetap Ditiru dan analisis menarik lainnya di rubrik KONTER.
Penulis: Aditia Purnomo
Editor: Yamadipati Seno