MOJOK.CO – Usut punya usut, istilah unicorn dipakai untuk mengacu pada sebuah perusahaan rintisan (startup) milik swasta dengan valuasi 1 miliar dolar.
Dalam debat capres kedua yang diselenggarakan Minggu (17/2) lalu, capres nomor 01, Joko Widodo alias Jokowi, bertanya kepada capres nomor 02, Prabowo Subianto, soal unicorn-unicorn di Indonesia. Kalimat pertama yang diucapkan Prabowo setelah mendengar pertanyaan ini adalah: “Yang Bapak maksud unicorn? Unicorn? Maksudnya—apa itu—yang online-online itu?”
Tawa penonton pecah diam-diam—mungkin kamu pun juga ikut tertawa. Padahal, apa yang dipertanyakan Pak Prabowo bisa jadi adalah bentuk penasaran kita semua: memangnya, apa sih unicorn itu???
Dalam kisah fantasi, unicorn adalah kuda—atau kadang digambarkan sebagai kambing—berwarna putih dengan sebuah tanduk di tengah dahinya. Konon, kepalanya ungu, matanya biru, sedangkan satu tanduknya di kepala tadi juga membuatnya disebut sebagai badak India (Indian Rhinoceros).
Lantas, apa hubungannya unicorn yang bertanduk satu dan lucu dan menggemaskan ini dengan sesuatu yang “online-online” seperti kata Pak Prabowo???
Usut punya usut, unicorn—atau juga ditulis dengan nama ‘unikorn’ dalam bahasa Indonesia—adalah istilah yang dipakai untuk mengacu pada sebuah perusahaan rintisan (startup) milik swasta dengan nilai kapitalisasi lebih dari 1 miliar dolar Amerika Serikat. GO-JEK, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka di Indonesia adalah contoh unicorn yang bisa kita amati secara langsung.
Meski begitu, dikutip dari marketeers.com, Chief Marketing Officer GDP Venture Danny Oei menyebutkan bahwa parameter 1 miliar dolar sesungguhnya tak sepenuhnya relevan. Baginya, jika ada ‘perusahaan berbasis teknologi’ (istilah ini merupakan keterangan yang lebih teknis dan formal dari istilah ‘yang online-online itu’ ala Prabowo) yang bisnisnya telah dimanfaatkan di seluruh dunia, ia telah pantas disebut unicorn.
Pencetus istilah unicorn pertama kali adalah Aileen Lee, seorang pemodal dan investor asal Amerika, pada tahun 2013.
Tapi, Bu Aileen, kenapa harus unicorn, Bu? Kenapa harus makhluk fantasi nan mistis ini? Gimana bisa kami membayangkan hubungan antara perusahaan, keuangan, dan…
…makhluk kecil lucu berwarna putih dengan satu tanduk warna pelangi???
Ternyata, Saudara-saudara, dipilihnya istilah unicorn dalam dunia finance ini tidak terlepas dari harapan agar perusahaan rintisan tadi bisa sukses di masa depan. Karena kesuksesan adalah sesuatu yang tergolong langka, istilah unicorn pun dipilih karena ia juga merupakan karakter yang “langka”. Yah, saking langkanya, adanya pun hanya di kisah-kisah fantasi.
Teori ini bukan hanya dipikirkan asal-asalan. Istilah unicorn yang cuma muncul di cerita dongeng adalah gambaran kesuksesan bisnis Google, Apple, dan Facebook kala itu yang dianggap ‘sulit untuk disaingi’. Keberhasilan ketiga lini bisnis tersebut dinilai sebagai sesuatu yang ada di awang-awang dan sulit dicapai yang lain karena melesat terlalu cepat.
Teori lain, istilah unicorn ini mengacu pada fenomena yang terjadi pada proses perekrutan kandidat. Umumnya kandidat-kandidat ini diharapkan dapat memberi sumbangsih besar yang tergolong tidak mungkin sehingga, bagi para perekrut, adanya perekrutan sumber daya manusia adalah sesuatu yang mistis dan tidak realistis, atau digambarkan dengan karakter unicorn.
Gimana? Mashook, nggak?
O, dan jangan lupa: istilah unicorn bukanlah satu-satunya hal yang perlu kamu—dan Pak Prabowo—ketahui kalau ingin menyelami dunia keuangan. Nyatanya, selain unicorn, ada pula perusahaan-perusahaan yang memiliki julukan lain, yaitu decacorn dan hectocorn.
Duh, apaan tuh???
Decacorn, dalam dunia keuangan, adalah perusahaan dengan valuasi mencapai 10 miliar dolar Amerika Serikat, sementara hectocorn memiliki valuasi sebesar 100 miliar dolar Amerika Serikat. Sejauh ini, telah ada 15 perusahaan dunia yang ‘naik kelas’ dari tingkatan unicorn ke level decacorn.
Terakhir, kalau kamu berniat mengakhiri bacaan ini dengan harapan akan menemukan jokes semacam “sebodo amat sama uniCORN, yang penting kita makan popCORN”, kayaknya kamu bener.
Yah, mau gimana lagi? Sebodo amat sama unicorn, decacorn, atau hectocorn. Toh, lebih enakan popcorn, apalagi yang dimakan bareng orang terkasih, terdekat, dan tentu saja terpercaya karena—hey, apa gunanya sayang dan cinta kalau dia ternyata nggak bisa dipercaya sama sekali?