MOJOK.CO – Mojok Institute melakukan sensus kepada para netizen Twitter, Facebook, dan Instagram untuk mencari tahu cara mereka menghadapi teman curhat kalau lagi depresi.
Melihat respons Sensus yang lumayan banyak, kami menduga memang tidak sedikit dari teman-teman yang pernah menjadi tempat curhat temannya yang mengaku sedang mengalami depresi. Tapi, entah sedang menjadi “trend” atau seperti apa. Nyatanya, pengakuan orang bahwa dirinya mengalami depresi semakin tinggi.
Hal ini akhirnya menjadi pertanyaan, apakah jumlah orang yang mengalami depresi memang bertambah. Atau sebetulnya, jumlahnya tidak jauh berbeda, hanya saja semakin banyak orang yang aware dengan kesehatan mentalnya sendiri.
Meskipun, sering kali yang menyedihkan, klaim bahwa dirinya mengalami depresi hanya berdasarkan infografis yang tersebar di media sosial. Membuat orang yang membacanya kemudian mencocok-cocokkannya dengan dirinya sendiri. Apakah dari tanda-tanda yang disebutkan di situ ada yang sama dengan yang terjadi dengan dirinya? Akhirnya, anggapan merasa depresi pun, hanya sebatas self diagnosing saja. Bukan, diagnosis dari orang yang lebih kompeten di bidang itu. Semisal, psikolog atau psikiater.
Terlepas dari, bagaimana teman curhat kita mengetahui kalau dirinya sedang mengalami depresi, soal kesehatan mental ini memang tidak dapat disepelekan begitu saja. Maksudnya, kalau dia datang ke kita dan mengatakan demikian, itu artinya dia lagi “kode” sedang membutuhkan bantuan.
Nah, karena merespons cerita semacam ini juga bukan suatu hal yang mudah. Oleh karena itu, Mojok pun bertanya pada jamaah Mojokiyah melalui Twitter, Facebook, dan Instagram. Kira-kira, jika ada teman yang datang dan curhat kalau dia lagi depresi, bakal gimana, ya? Ya, siapa tahu jawaban yang Mojok rangkum di sini, bisa ngasih “pandangan” ke teman-teman yang lain jika mengalami hal serupa.
Hasil Sensus
Dia datang dengan wajah tidak seperti biasanya. Wajahnya kusut. Seperti ada setumpuk beban yang tidak mudah untuk diselesaikan. Dia bilang kalau sedang depresi. Tidak lagi kuat menghadapi permasalahannya. Apa yang bisa kita lakukan untuknya?
Mendengarkan Curhatnya
Percayalah, memberi tempat untuk dia bercerita mungkin terlihat sederhana. Akan tetapi, ini menjadi hal yang cukup membantu seseorang yang memang butuh teman untuk tempatnya berkeluh kesah. Mungkin sebelum dia membuka cerita panjangnya, kita bisa “mengkondisikan” suasana menjadi lebih nyaman. Misalnya, dengan menyediakan amunisi seperti kopi atau teh, membelikan tempe goreng, lalu bersiap mendengarkan ceritanya.
Sebetulnya amunisi itu bukan hanya untuk dia saja. Tapi juga untuk kita. Betul-betul mendengarkan itu, menguras energi. Dan kita butuh asupan juga untuk tetap kuat dan baik-baik saja.
Setelah itu, fokuslah untuk dengerin, ngasih saran, dengerin, ngasih saran, dengerin, ngasih saran. Gitu terus sampai kafenya tutup atau salah satu di antara kalian ngantuk. Ingat, jangan pernah sekali-kali nge-judge ceritanya. Dia butuh didengarkan. Nggak butuh di-judge. Jangan pula memasukkan “keakuan” dalam saran tersebut. Ini bukan tentang kita. Ini tentang dia.
Btw, saran yang kita sampaikan itu sebetulnya hanya buat bumbu obrolan aja, kok. Biar dia nggak ngiranya, nggak kita dengerin. Hehe.
Kasih Bantuan Sebisa dan Semampunya
Jika mendengarkan ceritanya saja tidak cukup, coba tawarkan bantuan yang bisa kita usahakan. Misalnya, mengajaknya bersenang-senang ria untuk melepaskan sejenak beban pikirannya. Seperti, pergi karaoke untuk bisa teriak-teriak dengan bebas hingga suara serak? Mengajaknya berlibur ke tempat yang memiliki suasana tenang, untuk membuat pikirannya lebih rileks? Makan gelato? Atau sekadar makan di Mas Kobis? Siapa tahu rasa pedas ayam cabe 10 di mulutnya, mengalihkan kepenatan di kepala.
Jika memang kegiatan untuk mengalihkan kegelisahannya itu tidak cukup. Mungkin, kita bisa menawarkan untuk menemaninya pergi ke psikolog ataupun psikiater—orang yang memang lebih ahli di bidang tersebut. Ya, daripada malah kita sendiri yang ikut-ikutan jadi stress karena nggak kuat mendengarkan permasalahan yang dialaminya. Lebih baik, serahkan saja pada ahlinya.
Tapi, kata-kata, “Kamu nggak sendiri, kalau ada apa-apa kabarin aku,” terkadang menjadi bantuan yang sangat berarti, sih~
Menghibur Semampunya
Memberikan sedikit hiburan padanya, bukan berarti kita sedang menyepelekan masalahnya. Kalau kita jago bikin tebak-tebakan, ya bolehlah mencoba untuk ngasih tebakan lucu—bukan garing. Kalau dia ketawa, ya syukur. Tapi kalau ternyata dia malah marah-marah—karena jengkel, sepertinya kita harus berhenti memberikannya tebakan.
Ehm, kalau contoh hiburan lainnya, apa, ya? Sik, belum kepikiran yang lain. Mungkin bisa ditambahin di kolom komentar. (Halah, hasil sensus malah masih nyensus).
Berikan Kepercayaan Kepadanya
Selain memberikan tempat untuknya bercerita ataupun mengajaknya beraktivitas untuk mengalihkan sejenak beban masalahnya, memberikan apresiasi padanya, juga bisa kita lakukan. Misalnya, dengan memberi dia kepercayaan bahwa dia sudah berusaha sebaik mungkin hingga hari ini. Tidak semua orang bisa bertahan hingga tahap itu. Jadi, tidak ada alasan untuk mundur dan tidak melanjutkannya proses tersebut.
Tanggapan yang Tidak Seharunya Dilakukan
Dari hasil Sensus Mojok, ada beberapa tanggapan dari para pembaca Mojok yang tidak seharusnya dilakukan ketika menghadapi teman yang mengaku sedang depresi. Memang sih, Mojok sering dianggap akun receh dan suka bercanda. Tapi, nggak kayak gini juga, sih~
Jawaban yang tidak perlu tersebut, misalnya,
“Kamu mau mati? Yuk nyari tempat sepi.”
“Ajak keluar ngopi di pinggir jurang. Kalau udah ngopi masih depresi, tinggal terjun bebas ke jurang.”
“Ajak ke gunung lalu tinggalkan.”
“Galau teroossss!!!! Mati aja sana. Nyusahin masyarakat doang !!!11!1!1!!!1!!!”
“Buruan bunuh diri aja, siapa tau viral dan beritamu dibuat artikel di Mojok”
Sayang, depresi tidak sereceh itu.
Jawaban Terbaik
Seperti biasanya, berikut jawaban terbaik versi Mojok Institute yang berhak untuk mendapatkan hadiah:
@Linidepansekali Cerita merasa depresi, tp tidak mau ke psikolog. Yg kaya gini enaknya dijawab apa ya?
@sattyananda0110 Ga bisa nyari jawaban lucu, karena depresi itu sebuah penyakit yg ga kerasa secara fisik, jadi harus disupport ketika ada temen yg mau curhat ttg kedepresiannya.
Oh ya, membantu teman yang sedang mengalami masalah, itu baik. Akan tetapi, kita juga harus tahu batas kemampuan diri kita sendiri. Jangan sampai, nanti malah jadi ikutan depresi juga.