Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Berharap Mata yang Sehat Jadi Rabun Biar Bisa Pakai Kacamata

Klaudius Marsianus Juwandy oleh Klaudius Marsianus Juwandy
15 Desember 2019
A A
ingin mata rabun merusak mata cuma biar bisa pakai kacamata alasan orang pakai kacamata mojok.co

ingin mata rabun merusak mata cuma biar bisa pakai kacamata alasan orang pakai kacamata mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Mungkin sebagian besar dari kita pernah merasakannya. Mata kita baik-baik saja, tapi bukannya bersyukur, kita berusaha merusaknya dengan nonton TV terlalu dekat atau membaca di kegelapan dengan harapan: Kelak bisa pakai kacamata.

Selama bertahun-tahun saya selalu mengidentikkan kacamata sebagai tanda kecerdasan dan kekayaan. Ingatan itu terpanggil lagi ketika kuliah Morfologi tempo hari.

Dengan cepat nama Tomi tiba-tiba menjadi buah bibir teman-teman di kelas hanya karena ada yang berbeda dari dirinya. Sebelumnya Tomi merupakan penghuni kursi bagian depan dalam kelas. Namun, mulai hari itu dia mengubah sejarah hidupnya dan memutuskan untuk duduk di pojok belakang ruang kelas.

Kini dia telah memiliki kacamata sebagai alat bantu penglihatan. Jika sebelumnya dia hanya bisa melihat orang cantik dari jauh, kini dia bisa dengan lancar membaca satu paragraf dari jarak kurang lebih 100 meter.

Hal ini menarik perhatian saya sebagai teman kelasnya. Awalnya saya menduga kerusakan mata Tomi disebabkan karena dia rajin membaca. Apalagi beliau ini. Sebagai anak organisasi, pastilah ia antikemapanan dan selalu mendukung ideologi alternatif dan bahan bacaannya jelas buku-buku yang tebalnya sampai 300 halaman.

Saya anak kampung dan karena itu, saya punya cara pandang tersendiri soal kacamata.

Ketika kanak-kanak dulu, tidak ada anak seusia saya yang mengenakan kacamata di kampung. Bagi kami, kacamata merupakan hal yang langka dan sangat mahal. Hanya orang-orang kaya saja yang bisa membelinya.

Lalu saya melanjutkan sekolah di kota. Ada banyak hal yang saya lihat begitu berbeda. Jika di kampung, kami berpikir bahwa yang paling kaya adalah mereka yang makan pagi atau makan siang ditemani mi dan telur. Soalnya, di kampung yang paling sering mengonsumsi mi hanya anak-anak guru atau kepala desa, dan mereka adalah tolok ukur kami tentang kekayaaan.

Ternyata, di kota makanan seperti itu menjadi jajanan sehari-hari anak TK.

Hal kedua yang saya lihat saat di kota adalah kacamata. Ini kelak memengaruhi cara pikir saya tentang kacamata dan pemakainya. Andre yang merupakan anak pemilik toko kue Tarzan adalah salah seorang teman kelas saya yang mengenakan kacamata. Ada dua anak lain yang menggenakan kacamata di kelas kami, yaitu Andre dan Ari. Kedua orang ini ikon kelas. Setiap ada perlombaan, baik antarkelas sampai antarsekolah, merekalah yang selalu diutus.

Bahkan, ketika lomba tingkat provinsi dan tingkat nasional, masih mereka juga yang dikirim. Didukung dengan keseharian mereka yang hanya berteman dengan buku, saya jadi yakin bahwa kacamata adalah peralatan milik orang kaya dan orang pintar saja.

Ketika melanjutkan sekolah ke SMP dan SMA pun kisahnya masih sama. Titin, misalnya, gadis cantik yang merupakan adik kelas kami, berkacamata dan menjadi ketua OSIS dan selalu mendapat juara kelas dan juara umum. Erlan, lelaki pendiam berkacamata itu, selalu masuk 10 besar peringkat sekolah.

Di gereja pun sama. Ketika misa, pastor yang memimpin perayaan menggunakan kacamata. Gaya dan cara mereka begitu meyakinkan dan terlihat sangat pintar berkat lensa itu.

Semua kejadian itu membuat saya bertanya-tanya: Kapan mata saya bisa sedikit rabun agar saya bisa berkacamata? Itu pertanyaan sekaligus cita-cita. Saya ingin diaku sebagai orang pintar dan banyak didekati perempuan.

Iklan

Sampai ketika saya kuliah, semua citra tentang kacamata itu runtuh semua.

Penyebabnya adalah teman-teman saya. Jika sebelumnya orang berkacamata yang saya kenal pintar-pintar dan rajin membaca, yang saya temui di kampus justru begundal lawan dari itu semua.

Tomi, misalnya, lelaki lugu yang memutuskan untuk mengenakan kacamata di awal cerita. Ia sangat berbeda dari teman SD, SMP, SMA, bahkan pastor saya. Kesehariannya sederhana: Memberi makan ayam kampung dan di malam hari sibuk membaca cerita seks atau menonton film porno. Ketika diberikan tuga dan diminta untuk mengumpulkan, Tomi selalu menyalin dari teman-temannya, termasuk saya.

Kadang saya berpikir, ini anak sudah menggunakan kacamata, kenapa masih saja menyontek tugas dari saya?

Dunia pendidikan juga akhirnya membantu saya dan “membersihkan” cara pandang lama yang salah. Di beberapa kesempatan saat les IPA, saya diberi tahu bahwa penyebab mata rusak karena kurang makan sayur.

Tapi saya masih meragukan jawaban itu. Teman SD saya yang berkacamata lahir dari keluarga yang kaya. Kami yang terlahir di keluarga biasa hanya melihat atau memakan wortel saat pesta, sedangkan mereka justru makan wortel setiap hari. Sayur pun mereka selalu punya banyak pilihan, sedangkan kami hanya makan the legendary one, sayur daun singkong.

Mungkin memang ada sesuatu pada orang berkacamata. Sayangnya, saya belum tahu itu apa dan kenapa.

BACA JUGA 5 Kesengsaraan Orang Berkacamata, dari Kecolok sampai Dikira Sombong atau esai-esai nyeleneh lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 15 Desember 2019 oleh

Tags: kacamataorang berkacamata
Klaudius Marsianus Juwandy

Klaudius Marsianus Juwandy

Alumnus STKIP Santu Paulus Ruteng, Manggarai, NTT jurusan Bahasa Indonesia. Sekarang bekerja di Seminari Pius XII Kisol.

Artikel Terkait

vherkudara mojok.co
Kilas

Merasakan Pengalaman Baru Menjajal Kacamata di Offline Store Vherkudara Eyewear

7 Juli 2023
lensa kacamata mahal kacamata anti radiasi sinar UV blueray antigoreng anti debu saphire lensa kacamata murah BPJS kacamata frame kaca mata jutaan mojok.co
Pojokan

Tak Selamanya Menjual Produk dengan Harga Murah Itu Baik Buat Bisnis

7 Juni 2020
orang berkacamata derita orang kacamata berkacamata saat hujan lensa anti air elon musk
Pojokan

Derita Orang Berkacamata Saat Hujan, Mata Normal Can’t Relate

15 Januari 2020
Ternyata Iman Saya Memang Masih Murah-Meriah
Pojokan

Ternyata Iman Saya Memang Masih Murah Meriah

30 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.