MOJOK.CO – Wisatawan Malioboro keluhkan toilet umum di tempat tersebut. Selain jumlahnya minim, nggak ramah perempuan.
Sudah tiga puluh menit Indah Listya (25) menunggu gilirannya. Selama itu pula, ia berdiri bersama para wisatawan lain yang tengah mengantre di depan toilet umum yang terletak di depan Teras Malioboro 2.
Kepada saya, perempuan asal Garut, Jawa Barat ini mengeluhkan betapa sedikitnya toilet umum yang tersedia di Jalan Malioboro. Ia mengaku, ini sudah kali kedua ia berlibur ke Yogyakarta pada tahun ini. Namun, kondisinya masih sama, sulit menjumpai toilet umum di Malioboro.
“Aku kira udah dibikin toilet umum yang lebih proper, gampang dicari, ternyata masih sama aja,” terangnya, Kamis (21/9/2023) siang.
Pengalaman serupa juga Dwi Lidya Sari (26) alami. Kepada saya, ia mengaku juga cukup kesulitan menemukan toilet umum di sepanjang Jalan Malioboro. Terlebih toilet umum yang ramah perempuan.
Menurut pengakuan Lydia, hanya ada sedikit toilet yang tersedia bagi wisatawan. Itu pun bikin ia tidak terlalu nyaman, sebab “kamar mandinya kurang rapat”, dan kadang antara laki-laki dan perempuan pun sering tercampur.
Alhasil, ia pun harus masuk ke mal atau pertokoan terlebih dahulu sekadar untuk numpang kencing.
“Kesal juga tadi karena kudu jalan rada jauh. Tapi enggak apa-apa karena lebih ngerasa nyaman dan aman saja,” tuturnya.
Ada memang toilet umum yang sangat bagus, tapi lokasinya terbilang jauh untuk orang yang kebelet. Lokasinya di dekat Bank Indonesia atau kawasan Titik Nol Kilometer.
Perlu memperbanyak toilet umum di Malioboro yang ramah perempuan
Terkait minimnya toilet umum di Jalan Malioboro, khususnya yang ramah perempuan, Sekretaris Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) DIY Novia Rukmi angkat bicara. Ia mengaku cukup menyayangkan kondisi ini karena toilet umum harus menjadi fasilitas yang mudah diakses dan ramah pengguna, terlebih di lokasi wisata seperti Malioboro.
“Jadi, secara kuantitas pun harus diperhatikan, apakah toilet sudah mudah diakses atau masih sulit,” katanya saat ditemui di Kantor DPRD DIY, Kamis (21/9/2023).
Lebih lanjut, Novia juga menerangkan bahwa aspek lain yang tak kalah penting dari keberadaan toilet umum adalah keharusan untuk ramah perempuan.
“Misalnya, secara kuantitas jumlah toilet perempuan harus lebih banyak. Sebab, biasanya perempuan mengakses kamar mandi lebih lama ketimbang laki-laki. Apalagi saat sedang menstruasi. Aspek inilah yang harus lebih diperhatikan lagi,” sambungnya.
Sejauh pengamatan saya, sepanjang ruas timur Jalan Malioboro—yang dari depan Grand Inna Malioboro hingga Museum Benteng Vredeburg—hanya tersedia dua toilet umum. Lokasinya berada di depan Teras Malioboro 2 dan samping musala kantor DPRD DIY. Itu pun kondisinya cukup memprihatinkan: tempatnya tidak terlalu luas serta antrean laki-laki dan perempuan sering kali jadi satu.
Maka, tak heran jika para wisatawan, seperti Indah dan Dwi, misalnya, memilih untuk menggunakan toilet di mal ataupun pertokoan. Sebab, toilet di sana mereka anggap lebih nyaman dan aman meski terkadang harus berjalan lebih jauh.
“Idealnya ke depan, Pemda hars menambah jumlah toilet umum di Malioboro. Kondisinya pun harus menjadi perhatian, misalnya gender dipisah, tertutup alias tidak ada celah, terang, dan tentunya air harus bersih,” kata Novia.
“Selain ramah perempuan, yang harus menjadi perhatian lagi dan tak kalah penting harus ramah terhadap difabel,” pungkasnya.
Reporter: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Tugu Ngejaman Malioboro, Jam Kota Berusia 107 Tahun yang Kisahnya Terabaikan
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News