Sebagai mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, sudah selumrahnya disibukkan dengan agenda perkuliahan dan di luar perkuliahan. Tidak cuma masuk kelas, absen, terus pulang. Juga tidak cuma sibuk organisasi dan nyambi kerja setengah hari. Ada tanggung jawab yang lebih penting: pengabdian dan penelitian.
Saya yakin, seluruh mahasiswa menantikan agenda ini, yah walaupun ada juga yang sama sekali nggak peduli. Kuliah Kerja Nyata (KKN), sebuah kegiatan yang sebagian orang menganggap sebagai keseruan, tetapi mungkin itu bagi kalian yang nggak kuliah di kampus saya yang terletak di belakang markas besar Kopassus Kandang Menjangan, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Di balik mitos keseruan KKN, sebenarnya alasan utama saya menunggu agenda tersebut hanya sekadar penasaran saja. Benar nggak sih omongan-omongan yang beredar soal manis pahit KKN. Ada yang bilang KKN itu menyiksa lah, ada yang bilang KKN itu membosankan lah, sampai ada juga yang nggak mau menggulangi kedua kalinya. Yah nggak mungkin toh bakal ngalami dua kali, itu cuma dilaksanakan sekali seumur hidup kok.
Tetapi kebanyakan omongan yang beredar, suka duka pasti bakalan dialami ketika KKN. Tetapi ada hal konyol di kampus saya. Belum sempat dipertemukan dengan masalah di masyarakat, justru saya sebelum berangkat KKN malah menemui masalah. Loh, bagaimana tidak, saya merasa dibuat kecewa (sekaligus senang) oleh pihak kampus. Perasaan yang demikian itu disebabkan oleh 4 kekonyolan dan keseruan drama yang sudah menjadi tradisi di kampus saya. Mohon izin menceritakan sedikit keluh kesah yang kami rasakan ya gaes…
#1 Di PHP sama dana anggaran KKN
Kita semua sama-sama sepakat ya gaes, bahwa KKN itu pasti butuh dana. Baik itu dana kebutuhan pribadi, dana kontrakan bila mana nggak dapat kontrakan gratisan, dana konsumsi hingga dana realisasi program kerja pasti kita butuh semua dana itu. Nah, kebetulan di saya terdapat dana setidaknya paling sedikit 30% yang dianggarkan oleh LP2M dari anggaran Dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri.
Angka persentase sekian bagi saya termasuk lumayan sih. Yah, walaupun saya nggak tahu, sebenarnya Dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri itu nominalnya seberapa. Tapi dana anggaran penelitian itu ditentukan oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan mahasiswa KKN itu kan banyak ya gaes, apalagi buat realisasi program kerja. Tapi kebijakan di kampus saya kok lucu juga yaa, masa iya mahasiswa cuma nerima banner (MMT) sama kaos aja? Iya gaes kalian nggak salah baca, 2 itu tok.
Jangan ngira banner yang diterima itu segede lapangan futsal, justru gedenya cuma setengah meja pingpong kok gaes. Kaosnya juga nggak bagus-bagus banget tuh. Yah nggak lebih tebal sama saringan tahu sih. Tapi sebagai mahasiswa yang berakhlak mulia harus husnuzan yah, nggak boleh suudzon. Nanti ndak dosa. Bersyukur itu lebih penting.
#2 Perizinan tempat yang tertunda, pihak kampus kurang sat set
Sebelum melaksanakan KKN, alangkah baiknya secara administratif ada surat perizinan yang dikirimkan pihak kampus kepada pihak terkait di desa yang akan ditempati untuk KKN, yah mungkin kepala desa. Itung-itung bukti bahwa kelompok KKN ini-itu adalah mahasiswa resmi yang diutus oleh pihak kampus untuk melaksanakan penelitian dan pengabdian. Hal semacam perizinan dan pelayangan surat memang hal wajar dan semestinya dilakukan. Punya kalian dulu lak yo begitu to gaes?
Namun jangan kira di kampus saya tertib dalam melayangkan surat perizinan. Seperti tahun 2022 misalnya, ada lho kelompok KKN yang tidak diterima di desa pelaksanaan. Tentu kalian bisa menebak penyebabnya. Yah, betul, mereka tidak diterima lantaran surat perizinan dari pihak kampus belum dilayangkan kepada kepala desa atau pihak terkait. Lho lho, kalo gini kan mesakne mahasiswa toh gaes. Harusnya bisa bersikap professional sih.
Semoga saja KKN di kampus saya tahun ini nggak bakal terulang lagi yah. Biar kegiatan KKN bisa berjalan dengan lancar.
#3 Buku panduan KKN telat terbit
Ketika menjalani sebuah agenda akademik, tentu mahasiswa akan mendapatkan buku panduan. Terlepas nanti dibaca atau tidak, adanya buku panduan itu masih diperlukan. Setidaknya oleh mahasiswa yang membutuhkan. Mungkin dengan maksud agar mahasiswa itu paham mekanisme dan prosedur ketika menjalankan kegiatan. Begitu pula ketika KKN, lak yo sudah menjadi fasilitas bagi mahasiswa toh buat mendapatkan buku panduan? Minimal biar mahasiswa itu nggak bingung.
Namanya aja buku panduan. Semestinya yaa diberikan sebelum melaksanakan kegiatan. Tapi di kampus saya itu unik gaes. Seperti tahun lalu, buku panduan yang seharusnya menjadi acuan mahasiswa untuk memudahkan mahasiswa melaksanakan kegiatan KKN, justru terbit telat. Habis KKN, terbitlah buku panduan. Kan aneh to, kalo pasca-KKN itu namanya buku laporan sih, bukan buku panduan.
#4 Mengadakan sayembara, biar bisa menemukan anggota kelompok
Yang satu ini memang unik gaes, dan terjadi tahun ini. Mahasiswa di kampus saya minggu-minggu lalu terlihat sibuk banget. Betul, sibuk mencari anggota kelompoknya siapa aja. Seakan-akan takut jika nggak kebagian kelompok. Tak jarang pula banyak mahasiswa yang panik, hingga mereka mengadakan sayembara. Sayembara ini bukan menentukan siapa yang menang, tetapi dilakukan untuk menemukan anggota kelompok. Kok semacam barang hilang ya gaes harus dicari dulu baru ketemu.
Memang benar begitu kok. Bahkan pernah satu hari penuh Snap WhatsApp berjejeran pertanyaan konyol. “Inpo kelompok 123? Bisa hubungi saya ya”. Drama banget kan ya. Bukan tanpa alasan mereka mengadakan sayembara semacam itu. Penyebab utamanya adalah pengumuman dari pihak kampus yang hanya menyertakan nama, program studi dan asal fakultas saja, tanpa ada nomor yang bisa dihubungi. Lantas wajar saja, mahasiswa mengadakan sayembara untuk menemukan anggota kelompok mereka. Jangan kira cuma sehari saja lho, sayembaranya bahkan berjalan berhari-hari.
Itulah gaes 4 kekonyolan dan keseruan drama KKN di kampus saya yang membuat mahasiswa merasa kecewa juga senang. Siapa yang nggak senang mendapatkan banyak hal baru dan drama yang seru? Semoga saja kekonyolan itu tidak terulang di kampus saya juga di kampus lainnya. Tentu kalian paham kan, bagaimana keseruan ketika KKN. Yah walaupun ada dukanya, tetapi tetap ada suka cita kok. Mulai dari pengalaman baru, teman baru, ilmu baru, hingga terkadang pacar baru.
Yoga Tamtama,
Kebakkramat, Karanganyar, Jawa Tengah
[email protected]