#3 Bioskop Indra
Bioskop Indra jadi salah satu lokasi nonton di Jalan Malioboro yang punya sejarah panjang. Dulu, letaknya berada di Jalan Margamulya, berseberangan dengan Pasar Beringharjo.
Melansir situs resmi kemendikbud.go.id, bioskop ini didirikan oleh lembaga perfilman Hindia-Belanda, Nederlandsch Indische Bioscoop Exploitatie Maatschapij, pada 1916.
Awalnya, bioskop ini bernama Al Hambra. Di dalamnya pun terdapat dua gedung, yakni Gedung Al Hambra yang diperuntukkan oleh kalangan elite, seperti orang-orang Eropa, kalangan Kraton, dan pengusaha Tionghoa; dan Gedung Mascot yang diperuntukkan bagi kaum pribumi.
Setelah Indonesia merdeka, bioskop ini berubah nama menjadi “Indra”, kepanjangan dari Indonesia Raya. Namun, persaingan bioskop yang makin menjamur di Jogja bikin Bioskop Indra gulung tikar.
Sejak 2013, lahan Bioskop Indra resmi diambil-alih Pemda DIY dan rencananya akan dipakai untuk lahan usaha lain yang orientasinya bagi UMKM. Kini, eks Bioskop Indra berubah menjadi Teras Malioboro 1.
#4 Bioskop Ratih
Bioskop Ratih jadi salah satu tempat nonton yang bersejarah bagi kalangan remaja 1980-an. Terletak di Jalan Mangkubumi, bersebelahan dengan kantor penerbitan Kedaulatan Rakyat, bioskop ini sudah beroperasi sejak masa kolonial.
Berdasarkan pengakuan sejumlah masyarakat yang pernah menikmati film di Ratih, lokasi ini cukup berkesan karena menjadi tempat nongkrong anak-anak muda kala itu.
Bioskop Ratih sendiri terbagi atas dua gedung, yakni Gedung 1 yang menayangkan film-film Mandarin dan Indonesia, serta Gedung 2 yang menayangkan film Barat.
Memasuki tahun 2000-an, Bioskop Ratih alami pasang surut dan akhirnya tutup. Bangunannya sendiri telah beralih fungsi, beberapa kali mengalami renovasi, dan secara bergantian jadi tempat usaha lain. Seperti showroom motor (2005-2013) dan sentra oleh-oleh hingga sekarang.
#5 Bioskop Senopati
Nah, kalau bioskop yang satu ini tentu namanya tidak asing bagi kalangan remaja 1980-an, khususnya yang menyukai film-film panas lokal. Ya, Bioskop Senopati, yang terletak di Jalan Panembahan Senopati, memang terkenal karena sering memutar film-film hot lokal yang memang sedang marak saat itu.
Tempat nonton ini begitu ramai pada masanya mengingat lokasinya yang amat strategis. Dahulu, di samping Bioskop Senopati terdapat terminal bus (pindah ke THR Purawisata Jalan Brigjen Katamso) dan pasar sayur (pindah ke Giwangan).
Namun, seiring berjalannya waktu, pada 2000-an eksistensinya mulai surut—seiring dengan masifnya pergerakan jaringan bioskop di Jogja. Akhirnya, Bioskop Senopati mati total dan gini bangunannya beralih fungsi jadi shoping center, lapak jualan buku di Jogja.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Mars KKN UGM: Diciptakan Mahasiswa, Dinyanyikan Para Penerus Bangsa
Cek berita dan artikel lainnya di Google News