Rasanya kita masih ingat betul dengan bagaimana dunia sosial media riuh rendah dengan berbagai argumen dukungan ataupun cemoohan terhadap Jokowi yang salah menyebut Al-Fatihah sebagai Al-Fatekah ketika membuka acara MTQ Nasional ke-27 di Medan pada awal Oktober lalu.
Banyak orang-orang yang tak suka dengan Jokowi, atau setidaknya, orang-orang yang punya preferensi politik untuk mendukung Prabowo, mengolok-olok Jokowi habis-habisan.
“Presiden nggak paham agama.”
“Pantes saja sembarangan mengucap nama surat Quran, maklum, temennya penista agama.”
Dan banyak hinaan-hinaan lainnya.
Para pendukung Jokowi pun tak tinggal diam. Mereka berlomba-lomba memberikan argumen untuk membela Jokowi. Dari mulai argumen tentang aksen lidah, sampai kebiasaan pengucapan bahasa arab sesuai dengan daerah.
Wis, pokoknya seru lah.
Kini, perdebatan seperti itu muncul lagi. Kali ini bukan karena Jokowi, melainkan karena Prabowo.
Saat berpidato dalam acara reuni akbar alumni 212 beberapa hari yang lalu, Prabowo salah mengucapkan gelar Kanjeng Nabi Muhammad saw.
Harusnya Rasulullah Sallaallahu Alaihi Wassalam, namun oleh Prabowo diucapkan menjadi “Sallaallahu hulaihi wassalam.”
“Saudara-saudara sekalian, salawat dan salam kita tujukan kepada junjungan kita, baginda nabi besar Muhammad Rasulullah hullaihi wassalam, yang telah memberi kita agama dan peradaban,” begitu ujar Prabowo.
Kesalahan trsebut tentu saja langsung menjadi bulan-bulanan utamanya oleh para pendukung Jokowi.
“Kelompok yang katanya islami, tapi presidennya kayak gini.”
“Berdiri di hadapan banyak orang islam, berpidato, tapi tidak becus menyebut gelar nabi junjungan umat Islam.”
Dan olok-olok lainnya.
Sama seperti saat Jokowi salah mengucapkan Al-Fatihah menjadi Al-Fatekah, para pendukung Prabowo pun kemudian berlomba-lomba memberikan pembelaan.
Juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto – Sandiaga Uno, Andre Rosiade, misalnya, mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Prabowo itu wajar. Andre menyebut Prabowo terselalu bersemangat sehingga sampai salah mengucapkan gelar nabi.
Yah, dia kesalahan ucap yang dilakukan oleh dua calon presiden ini seharusnya menjadi pelajaran yang berharga. Bahwa sejatinya, dua calon presiden tidak ada yang jauh lebih islami dibandingkan yang lain. Keduanya sama-sama pernah berada dalam titik tidak becus menyebut istilah penting dalam Islam.
Jokowi tidak lebih Islami dari Prabowo walaupun calon wakil presiden yang mendampingi dirinya adalah seorang kiai. Begitu pula dengan Prabowo yang tidak lebih Islami dari Jokowi walaupun ia didukung oleh banyak ulama dan habaib.
Maka, betapa bodohnya orang yang sampai berdebat dengan orang lain demi mengklaim bahwa Jokowi atau Prabowo jauh lebih islami.
Sampai di sini paham?