MOJOK.CO – Selama diperlakukan PSBB, mall mau tak mau harus tutup dan merugi sampai triliunan rupiah.
Sebagai kota yang sebagian nyawanya disusun oleh keberadaan mall dan pusat perbelanjaan, tentu saja tutupnya mall dan pusat perbelanjaan selama masa pandemi corona menyebar menjadi sebuah pukulan yang sangat berat.
Sejak diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tanggal 10 April lalu, praktis tak ada lagi kegiatan per-ngemall-an. Pemerintah DKI Jakarta benar-benar membatasi ruang gerak warganya.
Sialnya, PSBB ternyata diperpanjang melulu. Pada mulanya, PSBB oleh Pemerintah DKI Jakarta hanya diterapkan sampai 23 April 2020 alias dua minggu sejak pertama kali ditetapkan. Namun kondisi yang tak kunjung membaik membuat masa berlaku PSBB terus diperpanjang sampai 4 Juni mendatang.
Namun tampaknya, Jakarta memang tak bisa berlama-lama hidup tanpa mall. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta beberapa hari yang lalu mengumumkan setidaknya ada 60 mall siap kembali buka tanggal 5 Juni 2020 nanti alias tepat sehari setelah masa pemberlakuan PSBB DKI Jakarta berakhir.
“Soalnya PSBB yang sudah cukup lama ini membuat ekonomi tidak bergerak,” ujar Ketua APPBI DKI Jakarta Ellen Hidayat.
Menurut Ellen, mall bisa mulai buka dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan yang ketat dan juga penyesuaian jam operasional.
Kendati mall-mall sudah siap buka, namun sampai sekarang, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan belum juga memberikan lampu hijau. Ia mengatakan bahwa masa PSBB kemungkinan masih bisa diperpanjang.
“Kalau saat ini ada yang mengatakan mall akan buka tanggal 5 Juni itu imajinasi, itu fiksi. Karena belum ada aturan mana pun yang mengatakan PSBB (Jakarta) diakhiri,” terang Anies beberapa waktu yang lalu.
Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) APPBI Stefanus Ridwan mengatakan bahwa mall mau tak mau memang harus segera dibuka, hal tersebut demi menutup kerugian yang selama ini dialami oleh para pengelola mall.
Stefanus Ridwan mengatakan selama mall tutup, pengelola terus merugi sebab tidak ada pemasukan sama sekali, padahal di sisi yang lain, mereka harus tetap membayar biaya operasional.
“Operasional itu banyak karena listrik tetap menyala, papan reklame harus dibayar. Banyak sekali yang harus dibayar,” ujarnya Stefanus. “Pengusaha ingin buka secepatnya agar ekonomi tidak berantakan, kami tidak berharap ada yang bangkrut.”
Lebih lanjut, Stefanus mengatakan bahwa kerugian yang ditanggung oleh pengelola mall mencapai 9,8 triliun.
“Ini mall di seluruh Indonesia. Seharusnya dalam sebulan ada pendapatan Rp4,9 triliun, tapi dua bulan ini kami kehilangan pendapatan sekitar itu jadi dua bulan Rp9,8 triliun.”
Ah, urusan shoping memang selalu menjadi dilema. Ditutup gimana, buka gimana. Pusying.