MOJOK.CO – ‘Subur’ dan ‘Sabar’ merupakan dua merek kerupuk kaleng maupun kemasan plastik yang populer di Jogja. Produknya mudah dijumpai di berbagai sudut warung makan, toko kelontong, hingga penjual sayur. Lantas bagaimana sejarahnya hingga merek ini bisa tersohor di Jogja?
Pengelola pabrik kerupuk ‘Subur’, Aulia Hamzah (40), menjelaskan bahwa usaha kerupuk keluarganya telah dirintis oleh ayahandanya sejak tahun 1965. Sang ayah bernama Haji Solihin yang merupakan perantau dari Ciamis.
Aulia atau akrab disapa Uli bercerita bahwa dulu Haji Solihin sempat bekerja di Salatiga. Ia ikut kerja dengan juragan kerupuk yang juga dari Ciamis. Di sana ia belajar banyak. Berbekal ilmu dan modal yang didapat akhirnya Haji Solihin hijrah ke Jogja.
“Bapak ke sini tahun 1965. Awalnya di daerah Jomblangan dekat Jalan Wonosari, kemudian pindah ke sini tahun 1970,” ungkapnya saat ditemui Mojok, Rabu (7/9/2022).
Ada cerita unik mengenai latar belakang penamaan ‘Subur’. Dahulu, Haji Solihin muda sempat beberapa tahun mengikuti orang tuanya berdagang tikar dan perabotan di Palembang, Sumatera Selatan.
Lapak dagangan milik mereka berada di depan sebuah toko bernama “Subur”. Akhirnya, saat mulai membuka usaha kerupuk di Jogja, Haji Solihin terpikir untuk menggunakan nama toko yang dulu ia lihat saat di Palembang.
“Karena Toko Subur itu ramai terus. Jadi bapak terpikir untuk menggunakan nama yang sama dengan harapan laris juga,” ujar Uli.
Pabrik ‘Subur’ kini berlokasi berada di Wonocatur, Banguntapan, Bantul sejak tahun 1970. Setiap harinya, sekitar 50 ribu kerupuk diproduksi di sini. Jumlah tersebut berasal dari adonan yang beratnya sekitar lima kuintal.
‘Subur’ merupakan salah satu kerupuk yang paling populer di kalangan masyarakat Jogja. Pelengkap makanan yang berbahan dasar tepung tapioka dan sejumlah bumbu seperti bawang putih ini telah diproduksi dengan mesin modern.
“Kini hanya ada sepuluh pekerja yang membantu proses produksi setiap hari. Dulu saat produksinya manual, karyawannya mencapai 50 orang,” ucap Uli.
Kerupuk ‘Subur’ hanya memproduksi kerupuk berwarna putih saja. Untuk pemasarannya, mereka mengandalkan sekitar 27 sales yang mendistribusikan dalam kemasan plastik maupun kaleng.
Kekerabatan dengan banyak pabrik kerupuk
Selain ‘Subur’, salah satu produsen kerupuk yang terkenal adalah ‘Sabar’. Keduanya ternyata masih punya kekerabatan dan sama-sama didirikan oleh putra kelahiran Ciamis.
Uli bercerita kalau pemilik ‘Sabar’ dahulu sempat bekerja di pabriknya. Namun akhirnya membuka usaha sendiri pada tahun 80-an.
“Pemiliknya itu masih saudara. Dulu sempat bekerja di sini. Kalau kumpul trah keluarga, kami masih sering bertemu,” jelasnya.
Meski ‘Subur’ terlebih dulu ada, tapi menurut penuturan Uli kini kerupuk ‘Sabar’ punya jumlah produksi harian yang lebih besar. Jumlahnya yang diproduksi mencapai tujuh kuintal adonan. Itu artinya, lebih dari 50 ribu butir kerupuk dihasilkan pabrik itu setiap harinya.
Selain ‘Sabar’, masih ada sejumlah pabrik lain di Jogja dan sekitarnya yang masih punya hubungan keluarga dengan ‘Subur’. Mulai dari Nining, ‘Subur’ cabang Gunungkidul dan sejumlah pabrik lainnya.
Produsen kerupuk di Jogja dan sejumlah daerah lain di Jawa diketahui memang didominasi oleh orang Ciamis dan Tasikmalaya. Diperkirakan, orang dari kedua daerah tadi telah mulai berjualan kerupuk sejak Indonesia belum merdeka.
Reporter: Hammam Izzudin
Editor: Purnawan Setyo Adi