Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Menelusuri Sejarah Ancol, Pernah Jadi Tempat Jin Buang Anak hingga Pembantaian

Iradat Ungkai oleh Iradat Ungkai
16 Oktober 2023
A A
Menelusuri Sejarah Ancol, Pernah Jadi Tempat Jin Buang Anak hingga Tempat Pembantaian MOJOK.Co

Ilustrasi Ancol

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Siapa sangka Ancol yang indah itu dulunya pernah jadi tempat jin buang anak hingga tempat pembantaian oleh tentara Jepang?

Siapa yang tak tahu Ancol dan Dufan? Taman hiburan yang terletak di Jakarta Utara ini kerap jadi rujukan utama anak sekolah di Jabodetabek saat berwisata. Bagi kalangan umum, Ancol dan Dufan jadi tempat berlibur di akhir pekan bersama keluarga, teman, pacar, hingga teman rasa pacar.

Ancol ialah tempat wisata legendaris. Menurut Sugianto Sastrosoemarto dan Budiono dalam Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Impian Jaya Ancol, sejatinya sejak awal abad ke-17 kawasan Ancol telah menjadi daerah wisata. Kaum elite Belanda kalau ingin berlibur mengunjungi kawasan pantai Ancol yang kala itu indah dan bersih.

Dari tempat favorit kaum elite Belanda jadi suwung karena wabah malaria

Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-25 Adrian Valckenier (1737-1741) bahkan memiliki rumah peristirahatan yang besar dengan taman yang luas di sana. Selain rumah sang gubernur, berdiri pula rumah-rumah peristirahatan lain milik kaum londo.

Situasi agak sedikit berubah kala malaria melanda Batavia pada awal abad ke-19. Warga Belanda tak berani berkunjung ke Ancol apalagi tinggal di sana. Ahli Sejarah Jakarta, Ahli Shahab menulis bahwa kala itu Ancol berubah menjadi hutan belukar dan sarang monyet.

Kala malam tiba, kawasan itu menjadi tempat prostitusi di mana orang kaya kerap bersenang-senang di sana bersama pekerja seks komersial.

Pernah jadi tempat eksekusi dan kuburan massal anak bangsa

Beralih ke masa penjajahan Jepang, kawasan Ancol menjadi tempat eksekusi dan kuburan massal bagi para penentang tantara Dai Nippon. Pada 14 September 1946, terjadi pemakaman ulang korban pembantaian tersebut di Pemakaman Ancol. Tercatat ada 2.000 ribu korban jiwa yang kebanyakan dari mereka tak terketahui namanya.

Selepas merdeka, Jakarta berbenah. Kawasan yang sebelumnya terkenal dengan sebutan tempat “jin buang anak” berubah menjadi tempat wisata lewat Keputusan Presiden mengenai Panitia Pembangunan Proyek Ancol dan Peraturan pemerintah No.51 Tahun 1960. Sukarno yang menunjuk langsung Gubernur DKI Jakarta Soemarno Sosroatmodjo menjadi pelaksana mega proyek wisata ini.

“Marno, sebagai pemimpin, kamu harus mampu berpikir tentang apa yang bisa kamu perbuat untuk rakyatmu lima puluh tahun yang akan datang. Kamu harus mampu membayangkan apa yang dibutuhkan oleh rakyatmu, rakyat Jakarta… Bagaimana kamu bisa memberikan tempat yang bisa membahagiakan rakyat Jakarta agar penduduknya menikmati hawa segar laut, bisa melihat cerianya anak-anak bermain di pantai, ditingkahi debur ombak, dan tiupan angin yang semilir,” pesan Sukarno kepada Soemarno yang terekam dalam ingatan Soekardjo–mengutip Historia.id.

Ide membuat Ancol muncul setelah Sukarno pulang dari AS

Ancol merupakan proyek ambisius Sukarno. Keputusan membuat taman wisata muncul sepulang presiden dari Amerika Serikat. Sukarno mengunjungi Disneyland, Hollywood dan tempat hiburan lainnya dalam lawatan ke negeri Paman Sam yang berlangsung kurang lebih tiga pekan.

Soekardjo Hardjosoewirjo merupakan tokoh penting dalam realisasi proyek Ancol. Dia kemudian menjabat sebagai Direktur PT Taman Impian Jaya Ancol. Proyek ini merupakan proyek mandataris yang pendanaannya tak membebani anggaran negara atau daerah. Untuk memenuhi kebutuhan dana, proyek ini meminjam dana dari swasta.

Sedangkan proyek pengerjaan Ancol tahap pertama menggunakan kontraktor Perancis, Compagnic Industriale de Travaux (Citra). Tahap pertama pembangunan oleh Citra meliputi penimbunan rawa-rawa, empang, hutan belukar, dan pembebasan tanah seluas 552 hektar. Pembangunan tahap pertama ini selesai pada Februari 1966. Estafet pembangunan proyek kemudian berpindah dari Soemarno ke Ali Sadikin. Gubernur DKI Jakarta tersebut kemudian menunjuk PT Pembangunan Jaya untuk melanjutkan proyek.

“Jadikan Ancol setaraf Disneyland-nya Amerika,” kata Ali Sadikin kepada Ciputra CEO PT Pembangunan Jaya dalam Ciputra Quantum Leap.

Ciputra lalu menyodorkan rencana. Pemerintah setuju dan segera mengirimkan tim Ancol ke AS guna mempelajari Disneyland agar nantinya mereka bisa menuangkan hasil amatannya dengan wujud yang baru bernama Dunia Fantasi. Pada 17 September 1982, batu pertama pembangunan Dufan oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, R. Soeprapto.

Iklan

Pembiayaan pembangunan di atas lahan seluas 9,5 hektar meminjam dana dari Bank BNI 1946. Tiga tahun berselang, tepatnya pada 29 Agustus 1985 Dufan resmi membuka diri untuk umum. Hingga saat ini, Ancol dan Dunia Fantasinya masih eksis dan menjadi rujukan orang kala hendak berlibur. Tak hanya wisatawan domestik, melainkan juga dari luar negeri.

Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Mencermati Logo Baru Ancol yang (Katanya) Nggak Ancol-ancol Banget
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 17 Oktober 2023 oleh

Tags: AncoldufanjakartaSukarno
Iradat Ungkai

Iradat Ungkai

Kadang penulis, kadang sutradara, kadang aktor.

Artikel Terkait

UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Alumnus ITB resign kerja di Jakarta dan buka usaha sendiri di Bandung. MOJOK.CO
Sosok

Alumnus ITB Rela Tinggalkan Gaji Puluhan Juta di Jakarta demi Buka Lapangan Kerja dan Gaungkan Isu Lingkungan

12 Desember 2025
Nekat resign dari BUMN karena nggak betah kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Liputan

Nekat Resign dari BUMN karena Lelah Mental di Jakarta, Pilih “Pungut Sampah” di Kampung agar Hidup Lebih Bermakna

10 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO
Ragam

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman

13 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Jadi omongan saudara karena sarjana nganggur. MOJOK.CO

Putus Asa usai Ditolak Kerja Ratusan Kali, Sampai Dihina Saudara karena Hanya Jadi Sarjana Nganggur

12 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
Harga Paha Atas Olive Chicken Naik, Warga Jogja Resah (Unsplash)

Keresahan Warga Jogja di Balik Kabar Kenaikan Harga Menu Paha Atas Olive Chicken

12 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Video Terbaru

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.