MOJOK.CO – Angan warga Surabaya dan Malang punya trem kota mesti dipendam kembali. Wacana reaktivasi jalur trem yang menghubungkan kedua kota perlahan-lahan menghilang.
Wacana membangkitan trem dari kematian sempat menyeruak kala Tri Rismaharini menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Sejak 2014, Pemkot Surabaya memulai penelusuran situs jalur trem di berbagai jalanan kota.
Bak gayung bersambut, niatan Risma kala itu mendapat dukungan dari Menteri Perhubungan Ignatius Jonan. Seusai pertemuan di Stasiun Gubeng 23 November 2014, Risma mengeluarkan pernyataan penting.
“Untuk ke depan, akan diupayakan mereaktivasi jalur-jalur trem yang dulunya pernah ada di kota Surabaya. Dalam upaya ini, istilahnya reaktivasi, mengaktifkan kembali, jadi bukannya membangun yang baru,” ujarnya, melansir majalahdermaga.co.id.
Sejarah perkembangan trem di Surabaya dan Malang
Jaringan trem Surabaya yang hendak dibangkitkan merupakan jejaring rel kereta api dan trem peninggalan Hindia Belanda. Pada 1881, berbekal izin dari pemerintahan kolonial, perusahaan Oost-Java Stoomtram Maatschappij (OJS) membangun jalan rel di kota Surabaya dan sekitarnya.
Pembangunan jalur tersebut bertujuan untuk meningkatkan hasil perdagangan sehingga bisa memberikan sumbangsih yang lebih besar bagi perekonomian kota.
Dalam rentang 1889 – 1920, perusahaan tersebut membangun jalur rel sepanjang 47 km. Jalur tersebut menghubungkan Ujung – Benteng – Surabaya Kota – Simpang – Wonokromo – Surabaya Pasar Turi – Pelabuhan Tanjung Perak dan rute Wonokromo – Sepanjang – Krian.
Sementara itu di Malang, perusahaan yang mengelola trem adalah perusahaan kereta api swasta Malang Stoomtram Maatschappij (MS). Konsesi pembangunan jalan trem mereka dapatkan pada 1894 dan selesai pengerjaannya pada 1901. Buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid I mencatat bahwa, di Malang, ada sekitar sembilan jalur trem.
Beberapa jalur trem tersebut menghubungkan Malang – Bululawang – Gondanglegi – Talok – Dampit – Gondanglegi – Kepanjen. Ada juga jalur penghubung Malang-Blimbing, Tumpang-Singosari, dan Sedayu-Turen.
Surabaya dengan Malang sendiri mulai dihubungkan oleh jalur kereta api pada April 1875. Perusahaan yang membangun jaringan tersebut adalah perusahaan kereta api swasta Staatsspoorwegen (SS). Rutenya Surabaya – Pasuruan – Malang. Sayangnya, perkembangan trem di dua kota tersebut mesti terhenti lantaran gagal bersaing dan sejumlah alasan lainnya.
Penyebab proyek ini gagal
Wacana reaktivasi jalur trem tersebut tidak semudah angan. Di Malang misalnya, dua kali jalur rel kuno ditemukan di Jalan Jenderal Basuki Rachmat di tengah proyek Kayutangan Heritage pada 2020 dan 2022. Namun, dua kali pula jalur tersebur dikuburkan lagi dengan aspal jalan.
Di penemuan kedua, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang mengusahakan agar jalur rel yang kemungkinan besar merupakan penghubung Jagalan-Blimbing pada 1903 tersebut menjadi cagar budaya. Namun, PT KAI membalasnya dengan mengatakan jalur tersebut sudah tidak layak untuk beroperasi kembali.
“Memang sayang jika dipendam lagi, kalau diangkat juga tidak mungkin. Karena PT KAI menyatakan sudah tidak layak dioperasikan,” tuturnya, dalam pernyataan di Detik.com.
Setali tiga uang, di Surabaya reaktivasi jalur trem perlahan-lahan menghilang. Padahal saat Risma menjabat Wali Kota telah ada upaya perbaikan dan pembangunan stasiun, depo, dan halte trem. Salah satunya ditandai dengan merobohkan bangunan untuk halte trem di Jalan Simpang Dukuh dan Jalan Gubernur Suryo.
Ambisi tersebut semakin menjauh menilik pembiayaan yang sangat besar. Pengoperasian kembali trem membutuhkan dana sekitar Rp 4,5 triliun atau setara setengah APBD. Biaya tersebut pemerintah anggap membahayakan Surabaya jika memaksakan menghidupkan kembali trem.
”Proyek trem belum bisa hidup lagi karena ada program yang sudah berjalan, seperti Suroboyo Bus, dan program transportasi lainnya yang segera diaplikasi dan perlu pengembangan,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, melansir Kompas.id.
Sampai artikel ini terbit, belum ada lagi kabar Pemkot Surabaya melanjutkan proyek reaktivasi ini. Tri Rismaharini, tokoh yang dulu mewacanakan, kini sudah sibuk dengan tugasnya sebagai Menteri Sosial.
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Agung Purwandono