MOJOK.CO – Area Stadion Glora Delta Sidoarjo sebagai venue Resepsi Harlah 1 Abad NU dipenuhi para pedagang. Mereka mengaku hanya ingin ikut bergembira dan menadah berkah.
“Monggo, monggo, makan gratis, langsung ambil mawon!”
Demikianlah teriakan-teriakan yang menyambut saya saat tiba di Stadion Gelora Delta Sidoarjo pada Selasa, (7/02/2023) pukul 17.20 WIB. Jiwa ke-NU-an saya mendorong agar saya ikut mengantre untuk mendapatkan nasi kotak yang dibagikan secara cuma-cuma tersebut. Sebab bagi nahdliyin, nasi kotak itu bukan hanya soal gratisnya, tapi berkah yang terkandung di dalamnya.
Tak selesai sampai di situ, ketika saya melintas di depan pintu masuk stadion sektor 8, teriakan serupa pun terdengar, keras dan bersahut-sahutan. Bedanya, mereka menawarkan es, kopi, dan jahe hangat gratis.
Setelah mengitari area stadion, saya baru sadar kalau hanya jamaah di depan pintu masuk sektor 8 saja yang menggratiskan minuman untuk para jamaah yang hadir. Mereka adalah sekelompok orang yang menamai diri sebagai Jamaah Kawula Pinggiran (JKP) asal Kediri, Jawa Timur.
Gus Gondrong dan JKP
JKP merupakan komunitas masyarakat yang bergerak di bidang sosial-spiritual di bawah asuhan Gus Gendeng. Para jamaahnya disebut rata-rata memiliki masa lalu kelam sebelum akhirnya dicerahkan oleh gus berambut gondrong tersebut.
Kepada kawan-kawan media yang singgah di poskonya, Gus Gendeng menjelaskan bahwa ia memang sering mengerahkan jamaahnya untuk terlibat dalam setiap kegiatan keagamaan. Mereka membagikan minuman secara gratis.
Khusus di momen Resepsi Puncak Harlah 1 Abad NU ini, Gus Gendeng mengaku sangat bersyukur karena bisa berbagi berkah dan kegembiraan dengan ribuan nahdliyin yang memadati stadion. Para jamaah JKP nampak tak henti-hentinya merebus air panas untuk menyeduh ribuah gelas kopi yang kemudian dibagi-bagikan.
“Yang paling banyak disediakan kopi karena ya santri NU itu identiknya sama ngopi. Ada jahe juga buat menghangatkan tubuh suadara-sudaraku yang kehujanan,” tutur Gus Gendeng.
Bagi Gus Gendeng, berbagi minuman gratis yang dilakukan KJP akan menjadi berkah bagi kedua belah pihak—yang memberi maupun yang diberi. Yang memberi mendapat berkah karena membuat orang lain senang. Sedangkan yang diberi mendapat berkah karena mendapat sesuatu yang diberikan dengan ikhlas dan niat yang tulus.
“Harlah NU ini dahsyat betul. Hujan berkah. Jamaah yang hadir luar biasa (banyak). Dari tadi malam personel kami ada yang nggak tidur untuk melayani,” ujarnya.
Bukan semata untuk cari keuntungan
Melihat saya yang mondar-mandir sambil membentangkan sarung untuk melindungi tubuh dari guyuran hujan, Mahmud (48), seorang pedagang pentol, menawari saya untuk berteduh di bawah payung besarnya.
“Damelke gangsal ewu nggeh, Pak (saya beli Rp5 ribu ya, Pak),” pinta saya pada Pak Mahmud. Bau kuah pentol membuat saya tergiur, maka sambil berteduh sekalian jajan tak apa lah.
Pak Mahmud mengungkapkan, pemasukan dari jualan di momen Resepsi Puncak Harlah 1 Abad NU ini jelas berkali-kali lipat dibanding jualan keliling di hari-hari biasa. Namun ia sendiri tidak terlalu memikirkan besaran untung yang ia dapat.
“Tak niati melu bungah ambek hajatane NU wae, Mas, mugo-mugo kecipratan berkahe (Saya niati ikut gembira dengan hajatannya NU saja, Mas, semoga keciprataan berkahnya),” ujarnya.
“Kalau dapat untung banyak, ya syukur Alhamdulillah, Itu kan salah satu berkahnya juga, tho,” sambung Pak Mahmud.
Tak aji mumpung
Jika ada event besar, umumnya para pedagang—terkhusus yang buka stand dadakan—akan menaikkan harga menjadi sedikit lebih mahal dari harga yang biasanya dipatok. Tapi tidak bagi Cak Gepeng (ia lebih suka dipanggil demikian), penjual mie ayam dorong yang ikut mangkal di area Stadion Gelora Delta Sidoarjo.
Cak Gepeng tetap menjual mie ayamnya dengan harga normal yang ia jual, yakni Rp7 ribu per poris. Ia tak mau menaikkan sedikit untuk meraup keuntungan besar, hitung-hitung aji mumpung Resepsi Puncak Harlah 1 Abad NU yang banjir manusia.
“Kalau pedagang lain mungkin begitu. Namanya kan peluang. Tapi saya ini NU tulen og, Mas. Lek tahlilan nomer siji (kalau tahlilan nomor satu),” ujarnya.
“Nomer siji turune, nomer siji nyandak berkate (nomor satu tidurnya, nomor satu ambil berkatnya),” sambungnya berkelakar.
Tak ada alasan serius mengapa Cak Gepeng terkesan tak mau aji mumpung dari semarak Resepsi Harlah 1 Abad NU. Selain mangkal untuk keperluan jualan, Cak Gepeng sebenarnya hanya ingin ikut merasakan suasana gegap gempita perayaan 100 tahun NU sebagai salah satu ormas Islam terbesar dan tertua di Indonesia.
Pasalnya, patut diakui bahwa perayaan Resepsi Puncak Harlah 1 Abad NU di Sidoarjo ini memang menjadi salah satu momen fenomenal di awal tahun 2023.
“Katanya ada Rhoma Irama sama artis luar negeri (Maher Zain). Niatnya nanti mau lihat di layar depan sana,” ucapnya.
Sayangnya, hingga acara purna jelang pukul 00.00 WIB, hanya Slank yang tampil menghibur para jamaah. Tak ada Rhoma Irama, apalagi Maher Zain.
Rezeki bagi ojek payung dadakan
Saat hujan mengguyur deras persis setelah opening oleh Cak Lontong dan Akbar, banyak jamaah yang berangsur meninggalkan stadion menuju tempat parkir masing-masing.
Banyak jamaah yang tak membekali diri dengan payung ataupun mantel. Akhirnya beberapa di antara mereka tampak nebeng ke jamaah lain yang kebetulan membawa payung.
Tak butuh waktu lama bagi pedagang-pedagang di luar stadion untuk menjadikannya sebagai peluang baru.Para pedagang yang memiliki payung lalu menyediakan jasa ojek payung yang dihargai Rp5 ribu per sekali jalan.
Dari satu orang, kemudian dua orang, kemudian bertambah menjadi banyak orang yang menyediakan jasa ojek payung. Semakin banyak pula jamaah yang memilih menyewanya di tengah guyuran hujan yang mak bress mak lhess.
“Berkahnya hujan, berkahnya Harlah NU,” kalau mengutip perkataan Haris (24), pemuda asal Surabaya yang tanpa sengaja berkenalan dengan saya saat kami sama-sama berteduh di sebuah ruko tidak jauh dari stadion.
Penuls: Aly Reza
Editor: Purnawan Setyo Adi