Strategi Rano Karno dan Bangau
Di era itu, pasar lokal hanya mengenal 3 jenis motor; bebek, matik, dan kopling. Jialing melakukan siasat cerdik dengan mencoba mengenalkan jenis motor baru, yakni “kancil” dan “bangau”.
Istilah “kancil” digunakan pada motor dengan bentuk dan cc kecil, yakni hanya 70 cc. Sedangkan istilah “bangau” dipakai untuk membedakan motor keluaran mereka dengan motor bebek keluaran pabrikan Jepang. Untuk memuluskan strategi tersebut, mereka menggaet Si Doel (Rano Karno) dan Mas Karyo (alm. Basuki) sebagai bintang iklan.
Melalui iklan ini, Jialing ingin meraih posisi motor bebek yang sudah kadung tertancap di benak masyarakat. Hal itu terlihat dari narasi yang gamblang terucap lewat mulut Si Doel yang kemudian diamini Mas Karyo: “Buat apa beli bebek kalo sudah ada bangau”.
Pemilihan dua tokoh ini juga melambangkan jenis pasar yang hendak Jialing tuju, yakni menengah ke bawah. Sama seperti karakteristik penonton sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
Kendati demikian, usaha tersebut nyatanya tak mampu membawa Jialing mengalahkan kompetitor besar asal Jepang. Strategi menjiplak model, menjual dengan murah, dan memakai bintang sinetron lokal mungkin berhasil menarik konsumen untuk mereka, tapi itu tak berlangsung lama. Honda, Suzuki, dan Kawasaki terlalu digdaya di pasar lokal.
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Menolak Lupa “KTM Inul”, Motor Cina Penantang Supra pada Zamannya
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News