MOJOK.CO – Ratusan korban jiwa meninggal akibat gempa bumi skala magnitudo 5,6 yang menerjang Cianjur, Jawa Barat. Para peneliti menduga, bangunnya sesar tua Cimandiri menjadi penyebab dari bencana alam ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, sejumlah wilayah di Jawa Barat termasuk Cianjur, hingga Sukabumi, Lembang, dan Purwakarta memang rawan gempa. Hal ini karena kawasan tersebut masuk ke dalam wilayah seismik aktif.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, menjelaskan bahwa kawasan tersebut merupakan daerah jalur gempa karena memiliki banyak sesar. Salah satu sesar yang aktif adalah Sesar Cimandiri, yang menyebabkan gempa di Cianjur.
Menurutnya, sebelum ini sudah ada beberapa gempa besar yang terjadi akibat sesar ini, tiga di antaranya terjadi pada masa kolonial. Ia mencatat, gempa pertama terjadi tahun 1884 dan yang kedua pada 1910. Keduanya terjadi di Cianjur dan sekitarnya.
Sementara gempa ketiga, lanjut Daryono, terjadi pada 1921, yang membuat banyak kerusakan di Cianjur dan Sukabumi. Memasuki era kemerdekaan, gempa kembali terjadi pada 1968, yang mana banyak rumah roboh karenanya.
“Tahun 1982, gempa magnitudo 5,5 juga mengakibatkan banyak sekali kerusakan dan korban jiwa,” kata Daryono, dikutip Selasa (22/11/2022).
“Kemudian 12 Juli 2000, gempa dengan kekuatan 5,1 menyebabkan lebih dari 500 rumah rusak berat. Kemudian 14 November lalu, ada 3 gempa terjadi berurutan terjadi di Danau Cirata,” sambungnya.
Lantas, apa itu Sesar Cimandiri dan wilayah mana saja yang dilintasinya?
Apa itu Sesar Cimandiri?
Sebagai informasi, dalam kajian geologi “sesar” atau “patahan”, diartikan sebagai bidang rekahan akibat adanya adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya. Jarak pergeseran tersebut dapat hanya beberapa millimeter hingga puluhan kilometer. Sedangkan bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa sentimeter, hingga puluhan kilometer.
Secara umum, sesar terbentuk akibat adanya gaya pada batuan (dapat berupa gaya yang menekan, gaya yang menarik, maupun kombinasi keduanya), sehingga batuan tidak mampu lagi menahan gaya tersebut. Alhasil, daerah dengan sesar yang masih aktif bergerak, merupakan daerah yang rawan akan gempa bumi.
Di wilayah Provinsi Jawa Barat, setidaknya dijumpai enam struktur sesar. Antara lain, Sesar Cimandiri, Sesar Cipeles, Sesar Baribis, Sesar Lembang, Sesar Pelabuhanratu, dan Sesar Citanduy. Di antara struktur regional tersebut, Sesar Cimandiri yang paling berperan terhadap sebaran batuan berumur Paleogen di permukaan.
Berdasarkan penelitian berjudul “Teknonik Sesar Cimandiri, Jawa Barat” yang terbit pada 2017 lalu, Sesar Cimandiri sendiri disebut sebagai sesar tua yang terbentuk selama berlangsungnya orogenesa tahap II, yaitu pada waktu Akhir Eosen Tengah.
Dalam studi ini dijelaskan, pada saat itu batuan sedimen Formasi Ciletuh berumur Eosen Tengah, yang terbentuk di dalam Cekungan Depan Busur, sudah terangkat ke permukaan. Sejak saat itu, sesar ini terus aktif.
“Sesar ini terus aktif hingga menyebabkan terbentuknya tinggian purba (paleo hight) antara Lembah Ciletuh dan Lembah Cimandiri,” tulis Haryanto, penulis penelitian dalam jurnal Bulletin of Scientific Contribution Universitas Padjadjaran tersebut.
Studi ini juga menjelaskan, bahwa Sesar Cimandiri terdiri atas dua sesar regional. Pertama, sebagai sesar naik, yang dicirikan oleh deformasi lipatan batuan yang umumnya tegak. Kedua, sebagai sesar normal, yang dicirikan dengan terbentuknya gawir sesar dengan kemiringan di atas 50 derajat, bahkan di beberapa lokasi mendekati vertikal.
Sementara itu, menurut sebuah riset yang terbit di IOP Conference Series: Earth and Enviromental Science (2016), sesar ini diketahui bergerak 25 hingga 80 mm per tahunnya. Sesar ini juga punya ciri khas tersendiri, yang mana pada sisi barat dan timurnya, bergerak ke arah yang berbeda.
Sesar yang membentang dari Pelabuhan Ratu ke Padalarang ini juga diklaim sebagai sesar terpanjang di Jawa Barat, yang selama 20 tahun terakhir aktif dengan beberapa gempa dangkal.
Bahkan, Pakar Gempa Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, menyebut bahwa Sesar Cimandiri lebih aktif ketimbang sesar lain di Jawa Barat, termasuk Sesar Lembang. Menurut Irwan, hal ini mengingat komponen tekanan utama Sesar Cimandiri berasal dari zona subduksi pertemuan dua lempeng Eurasia dan Indo-Australia, yang jaraknya 300 kilometer dari garis pantai.
“Kalau berdasarkan riset yang kita kaji, dan apabila indikator dari tingkat aktivitas itu, misalnya jumlah kegempaan, memang betul bahwa jumlah kegempaan yang terjadi di sesar Cimandiri lebih banyak ketimbang sesar Lembang. Sesar lembang itu sedikit sekali gempanya, dibandingkan dengan relatif sesar Cimandiri,” ujar Irwan, dikutip dari Kumparan, Selasa (22/11/2022).
Alhasil, karena dekat dengan sumber energi gempa subduksi itulah, sesar Cimandiri diperhitungkan punya potensi gempa lebih besar dibandingkan patahan gempa lainnya yang ada di Jawa Barat.
Adapun, Sesar Cimandiri punya beberapa segmen yang melintasi sepanjang garis pantai selatan Jawa Barat. Segmen-segmen sesar Cimandiri tersebut antara lain, segmen sesar Cimandiri Pelabuhan Ratu (Banten) – Citarik (Sukabumi); Citarik Cadasmalang (Sukabumi); Ciceureum – Cirampo (Sukabumi); Cirampo – Pangleseran (Sukabumi); Pangleseran (Sukabumi) – Cibeber (Cianjur); dan beberapa segmen Cibeber sampai Padalarang (Kab. Bandung Barat).
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi