Delanggu, salah satu kecamatan di Kabupaten Klaten, terkenal sebagai wilayah penghasil beras unggulan. Sejak zaman dulu, beras Delanggu sudah masyhur sampai ke penjuru negeri. Namun, berbicara soal Delanggu tak melulu soal berasanya, wilayah ini ternyata juga kaya dengan lokasi wisata hits.
Melacak asal-usul Delanggu, maka kita harus mundur hingga ke zaman kolonial Hindia-Belanda. Dokumen pemerintah kolonial mencatat, pada 1861, wilayah ini merupakan sebuah desa yang masuk dalam Karesidenan Surakarta.
Berdasarkan catatan Pieter Nicolaas v. Kampen dalam Aardrijkskundig en Statistisch Wordenboek Nederlandsch Indie, Eerste deel (1861), sampai periode tersebut Klaten memang baru terbagi menjadi 11 distrik atau kecamatan (sekarang 26). Antara lain Klaten, Gesikan, Sapuluh, Prambanan, Gedongan, Kalisongo, Kartosuro, Ketitang, Jenom, Taraman, dan Bendodalem.
Barulah pada akhir abad ke-19, Delanggu ditetapkan sebagai distrik yang membawahi empat onderdistrik (kelurahan), yakni Delanggu, Wonosari, Ngenden, dan Kebongede.
Sudah jadi wilayah yang subur sejak zaman dulu
Bukan hal aneh kalau Delanggu menjadi daerah penghasil beras unggulan. Salah satu alasannya, karena sejak dulu kecamatan ini memang terkenal subur.
Memiliki ketinggian 153 meter di atas permukaan laut, punya tipe tanah regosol kelabu yang mengandung abu dan pasir vulkanik intermedier, serta pengairan yang tercukupi, bikin daerah ini cocok dijadikan wilayah pertanian dan perkebunan.
Ditambah lagi, pada 1894 jalur lintas Jawa pertama yang menghubungkan Batavia dengan Surabaya melalui Maos, Jogja dan Solo, selesai dibangun. Lokasi Delanggu yang dilalui jalur kereta serta jalan utama Yogyakarta-Surakarta, mempermudah arus distribusi barang hasil produksi maupun perkebunan dari ataupun ke Delanggu.
Makanya, saking suburnya, wilayah sultan ground atau vorstenlanden Surakarta ini jadi kesayangan pemerintah kasunanan. Saking suburnya juga, pada periode 1890-an, Delanggu juga menjadi daerah penghasil gula karena banyaknya perkebunan tebu di sini.
Beras Delanggu, kesayangan raja-raja Mataram Islam
Varietas andalan Delanggu adalah beras rojolele. Memang, belum ada catatan pasti sejak kapan rojolele mulai ditanam. Yang jelas, beras yang punya rasa enak dan tekstur pulen ini merupakan varietas asli dari Delanggu, yang telah lama ditanam masyarakat secara turun temurun.
Soal penamaan sendiri, ada banyak versi yang beredar. Mulai dari kata “rojo” dipakai karena beras ini jadi kesukaan raja-raja Mataram, tapi tak sedikit juga yang memaknai kata itu karena kualitasnya paling tinggi seperti raja.
Catatan lebih tua bahkan menyebut kalau Paku Buwono II (1745) adalah penemu nama “rojolele”. Jadi, dikisahkan saat melakukan tendhak (datang menemui rakyat), penduduk Delanggu ramai-ramai memamerkan beras terbaik mereka kepada raja.
Kala itu, Paku Buwono II memanggil rakyatnya, yang kebanyakan laki-laki, dengan sapaan thole-thole (anak kesayangan). Sehingga muncullah kata “rojolele”.
Walaupun belum ada versi pasti dari awal penamaannya, yang jelas rasa nasi beras rojolele jauh lebih nikmat jika dibandingkan varietas lain seperti Gadis, Sinta, Bengawan, dan Slogo. Apalagi beras ini ditanam tanpa pestisida sehingga ramah lingkungan.
Tak melulu beras, Delanggu juga kaya tempat wisata
Meski terkenal melalui berasnya, Delanggu tak melulu soal itu, kok. Nyatanya, di daerah ini ada banyak lokasi wisata yang bisa dikunjungi.
Tempat-tempat ini pada umumnya merupakan wisata alam. Keunggulannya, ia sangat ramah anak, bisa jadi medium pembelajaran, dan bagi anak muda, tentunya hits alias instagramable.
Berikut tiga di antaranya:
1.Taman Sehat Rejosari
Taman Sehat Rejosari merupakan objek wisata yang menawarkan rekreasi dan edukasi.Ia mengusung konsep wisata alam dengan berbagai fasilitas, salah satunya wisata agrikultur.
View this post on Instagram
Melalui taman yang berdiri di atas lahan seluas lebih dari satu hektar ini, pengunjung dapat merasakan suasana khas pedesaan, lengkap dengan lahan pertaniannya.Â
Di Taman Sehat Rejosari, juga tersedia restoran dengan olahan ikan favorit pengunjung. Lokasi taman ini berada di Desa Rejosari, Sabrang, Kecamtan Delanggu.
2.Segaran Delanggu
Segaran Delanggu adalah obyek wisata yang menawarkan pemandangan sawah nan hijau dan indah. Salah satu yang paling diburu di Segaran, adalah jembatan bambunya.
Di jembatan yang cocok jadi spot foto itu, pengunjung dapat keindahan alam Delanggu yang membentang luas. Selain itu, pengunjung juga bisa menikmati sunset di Segaran.
Lokasinya berada di Dusun 2, Desa Segaran, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten.
3.Desa Gatak dengan Lumpia Duleg-nya
Sebenarnya, Desa Gatak yang terletak di Kecamatan Delanggu belum dibuka menjadi obyek wisata. Namun, desa ini memiliki potensi wisata berupa kekayaan kuliner yang tak dijumpai di daerah lain.
Desa Gatak memiliki kuliner khas bernama Lumpia Duleg. Ia merupakan kudapan otentik asal Dusun Lemburejo, Desa Gatak, Kecamatan Delanggu.Â
Sekilas, Lumpia Duleg sendiri hampir mirip dengan lumpia Semarang. Bedanya, ukuran panjangnya hanya sekitar 5 cm. Kulitnya pun terbuat dari tepung terigu yang dicampur dengan pati onggok. Sementara isinya berupa toge.
@nomnomklaten Jajanan khas Delanggu , Lumpia Duleg #lumpiaduleg #sosislompya #delanggu #kulinerklaten #nomnomklaten ♬ Kembang Wangi – New Normal Keroncong
Menariknya, pembuat Lumpia Duleg hanya berasal dari Dusun Lemburejo, Desa Gatak. Total ada 14 kepala keluarga yang menjadi pengrajin lumpia di desa tersebut. Eksis sejak 1950-an, Lumpia Duleg sekarang telah diajukan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menjadi warisan budaya tak benda (WBTB). Ia juga telah memperoleh Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemkumham).
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Klaten Adalah Tempat Pensiun Paling Ideal Mengalahkan Jogja
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News