MOJOK.CO – Sukarno pernah mengungsi di Jalan Patangpuluhan, Jogja. Situasi Agresi Militer Belanda I yang mencekam menjadi penyebabnya.
Jejak langkah Sukarno tertinggal di sebuah rumah yang terletak di Jalan Patangpuluhan No. 22, Wirobrajan, Jogja. Rumah tersebut merupakan kediaman Prof. Ir. BKRT Saluku Purboningrat, adik kelas Bung karno di Technische Hoogeschool (THS, sekarang ITB). Peristiwa itu terjadi di masa Agresi Militer Belanda I, di antara 21 Juli-4 Agustus 1947.
Saat itu Belanda hendak menduduki Jogja yang menjadi ibu kota perjuangan Republik Indonesia. Persinggahan Sukarno di rumah Purboningrat dilatarbelakangi oleh situasi mencekam yang terjadi di Istana Kepresidenan (kini Gedung Agung Yogyakarta). Kala itu, tepat pukul 06.00 pagi, pesawat Belanda berputar-putar di atas istana. Mengetahui hal tersebut, Sukarno seketika mengungsi khawatir kena serangan bom.
Agresi Militer I dan alasan Belanda mengincar Jogja
Setelah Perjanjian Linggarjati, Pemerintah Belanda terkesan hendak menjadikan Indonesia dari negara berdaulat menjadi negara boneka atau persemakmuran. Tujuan utamanya ialah menghapus TNI dan perwakilan Republik di luar negeri, sebab keduanya merupakan atribut negara berdaulat. Perwakilan Indonesia menolak upaya tersebut.
Penolakan tersebut mengusik Belanda. Agresi Militer I yang juga dikenal dengan Operatie Product pun berlangsung. Operasi utamanya berpusat di Sumatera Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemilihan daerah ini tak lepas dari kepentingan perekonomian Belanda. Seperti yang kita tahu, ketiga tempat tersebut merupakan lahan perkebunan, tambang, dan berdiri pabrik-pabrik besar.
Empat hari operasi berjalan, pada 25 Juli 1947, Jenderal Spoor mengusulkan pimpinan politik Belanda untuk melancarkan operasi ofensif untuk merebut Jogja dan Solo. Sebab, di dalamnya banyak pimpinan politik dan militer Republik Indonesia yang berpengaruh. Upaya tersebut tentu saja sangat membahayakan keamanan wilayah RI, termasuk juga keselamatan Presiden Sukarno.
Baca halaman selanjutnya…
Situasi mencekam di rumah Purbonidingrat selama pengungsian