Kota Semarang memang seperti dipenuhi bangunan-bangunan vintage. Manjadi penanda bahwa kota ini memiliki banyak jejak sejarah masa silam.
Ada banyak cara untuk mengenal dan memahami Kota Semarang melalui penanda-penanda yang bercecar itu. Salah satunya dalah melalui kartu pos bergambar yang merekam perjalanan kota sejak akhir abad ke-19.
Kartu pos dan lanskap Kota Semarang dari masa ke masa
Jumat (19/12/2025), berlangsung pameran dan peluncuran buku kartu pos bergambar yang digelar di gedung Oudetrap, Kota Lama.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menjelaskan, kartu pos yang dipamerkan dan dibukukan berasal dari periode 1890-an hingga 1942. Melalui visual tersebut, tersimpan beragam narasi tentang Kota Semarang, mulai dari kawasan Kota Lama, aktivitas pelabuhan, hingga perkembangan kota dari masa ke masa.
“Pameran ini merupakan potret Semarang masa lalu. Dari kartu pos bergambar, kita bisa melihat wajah kota, peristiwa, dan kehidupan masyarakat pada zamannya,” ujar Fadli Zon.

Kartu pos bukan sekadar gambar
Ada sebanyak 198 kartu pos bergambar yang berhasil dihimpun dalam proyek tersebut. Sebagian menampilkan bangunan dan kawasan yang masih ada hingga kini. Sementara lainnya telah berubah atau tidak lagi ditemukan.
Kata Fadli, tim penyusun butuh riset panjang untuk menyusun buku kartu pos tersebut. Setidaknya butuh waktu tiga hingga empat tahun. Sebab, tim harus menelusuri cerita di balik setiap gambar, termasuk latar sejarah dan peristiwa yang menyertainya, dan itu menjadi tantangan terbesar dalam proyek ini.

“Setiap gambar memiliki cerita. Misalnya Lawang Sewu, kapan dibangun, fungsinya apa, dan peristiwa apa saja yang pernah terjadi. Itu semua ditelusuri dari berbagai sumber sejarah,” jelas Fadli Zon
Ia pun menegaskan, kartu pos bukan sekadar media visual, tetapi juga sarana komunikasi dan dokumentasi sejarah yang merekam hubungan antarmanusia serta dinamika sosial pada masanya.
Belajar identitas Kota Semarang dari kartu pos
Fadli Zon berharap pameran ini dapat menumbuhkan minat masyarakat, utamanya generasi muda, terhadap sejarah dan warisan budaya.
“Saya mengajak anak-anak muda yang ingin tahu tentang kota-kota lama dan peristiwa masa lalu untuk datang ke pameran ini. Dari kartu pos, kita bisa belajar tentang sejarah dan identitas kota,” katanya.
Sementara itu, Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng menilai, pameran kartu pos menghadirkan pengalaman berbeda bagi masyarakat dalam menikmati sejarah Kota Semarang.
Melalui visual kartu pos, pengunjung dapat membayangkan kondisi kota di masa lalu serta perubahan yang terjadi hingga saat ini.
“Dari kartu pos ini kita bisa menduga seperti apa Semarang dulu dan bagaimana perubahannya sekarang. Ini akan menumbuhkan rasa cinta yang lebih kuat terhadap Kota Semarang,” ujarnya.
Kota Lama: Etalase pariwisata dan pintu masuk wisata sejarah
Bagi Agustina, kawasan Kota Lama merupakan etalase pariwisata Kota Semarang sekaligus pintu masuk wisata sejarah. Ia optimis pameran dan kehadiran buku kartu pos ini dapat menarik lebih banyak wisatawan dan pecinta filateli untuk datang ke Semarang.
Ia juga menegaskan komitmen Pemkot Semarang dalam merawat aset sejarah, termasuk rencana perbaikan gedung pertemuan bekas Gedung Sarekat Islam agar dapat dimanfaatkan sebagai ruang kegiatan masyarakat, khususnya kegiatan budaya.
Agustina juga berharap buku dan pameran kartu pos ini mampu menggugah ingatan kolektif masyarakat, terutama para sesepuh Kota Semarang, untuk membuka kembali arsip-arsip lama berupa foto maupun surat yang tersimpan.
“Kalau memori-memori lama itu digali kembali, sejarah Kota Semarang akan semakin kaya,” pungkasnya.***(Adv)
BACA JUGA: Cerita Ibu Tunggal di Kota Semarang: Putus Kerja usai 14 Tahun Jadi Buruh, Kini Jadi Penyapu Jalan demi Sekolahkan Kedua Anak atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan















