MOJOK.CO – “Himne Gadjah Mada” pertama kali berkumandang di Dies Natalis Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 19 Desember 1952. Hampir 71 tahun berlalu, himne yang terdiri dari dua bait itu masih sering dinyanyikan di acara-acara resmi UGM hingga saat ini.
Melansir laman Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama), I Gusti Ngurah Suthasoma atau yang lebih akrab dipanggil Pak Sut adalah sosok di balik himne berusia puluhan tahun itu. Pak Sut menciptakan lagu tersebut saat awal menjadi mahasiwa Fakultas Sastera, Ilmu Paedagogik dan Filsafat UGM. Asal tahu saja, Pak Sut masuk Fakultas Sastera pada 1952.
Saat itu Pak Sut ingin membuat sebuah lagu untuk mendorong semangat belajar untuk dirinya dan mahasiswa-mahasiswi lain di UGM. Dalam proses kreatif, Pak Sut membayangkan sosok Patih Gadjah Mada seperti yang ditulis Muhammad Yamin dalam bukunya. Ia ingin siapapun yang menyanyikan lagu itu merasa menjadi seseorang yang besar dan gigih seperti sosok Patih Gadjah Mada.
Proses penciptaan himne tidak memakan waktu lama. Ia menggunakan piano merek Niendorf buatan Jerman dalam prosesnya. Piano itu kini berada di kediaman putri sulungnya, I Gusti Ayu Irafani, di Jakarta. Piano masih dalam keadaan baik dan berfungsi normal hingga saat ini, walau memang sudah beberapa kali mengalami perbaikan dan renovasi.
Ia menggandeng komposer terkenal Kusbini untuk aransemen. Sebenarnya, ia sempat ditawari bekerja sama dengan komposer Rusia, tapi ia merasa lebih suka bekerja dengan kawan sebangsa. Asal tahu saja, Kusbini bukanlah komposer main-main, salah satu karyanya adalah lagu nasional “Padamu Negeri”.
“Himne Gadjah Mada” memang sudah diciptakan puluhan tahun lalu, tapi baru resmi menjadi statuta UGM pada 1992. Dua tahun setelahnya, di acara Dies Natalis UGM 19 Desember 1994, Pak Sut dan Kusbini mendapat penghargaan atas karya tersebut. Piagam penghargaan diserahkan langsung oleh Rektor UGM saat itu Prof. Dr. Sukanto Reksohadiprojo, M.Com.
Halaman Selanjutnya …