Festival Sastra Yogyakarta (FSY) 2024 menggelar acara Sastra Boga yang memadukan tradisi kuliner klasik Jawa dengan filosofi sastra. Di sana, pengunjung mendapatkan pengalaman unik dengan menyantap menu tradisional favorit sultan serta memahami filosofi dibaliknya.
***
Festival Sastra Yogyakarta (FSY) 2024 berlangsung sejak Kamis (28/11/2024) hingga Sabtu (30/11/2024) di Taman Budaya Embung Giwangan. Acara tersebut bertema “Siyaga” yang mengusung semangat kesadaran interdisipliner dalam sastra.
Melalui acara tersebut, FSY 2024 ingin menunjukkan bahwa literasi tak sekadar aktivitas membaca dan menulis, tapi juga kemampuan seseorang untuk mengolah informasi dan pengetahuan.
Salah satu acara yang digelar oleh FSY untuk meningkatkan literasi adalah Sastra Boga. Acara itu memadukan keindahan sastra dengan kekayaan budaya. Pengunjung diajak menyelami sastra dalam hidangan tradisional.
Keheningan menyelimuti Festival Sastra Yogyakarta
Hidangan autentik tersaji di Taman Budaya Embung Giwangan pada Jumat (29/11/2024). Di sana, para pengunjung Sastra Boga dapat mencicipi setiap makanan tradisional.
Mereka tampil anggun mengenakan pakaian nusantara, selaras dengan suasana khas keraton yang diimbuhi dengan sentuhan modern.
Sebagai pemandu jalannya Sastra Boga, Kurator Museum Kraton Yogyakarta, Fajar Wijanarko, menceritakan kisah di balik setiap sajian. Fajar berbagi ilmu tentang sejarah, tata cara tradisional, hingga filosofi mendalam yang terkandung dalam setiap hidangan.
“Sastra Boga merupakan proses alih wahana yang menghidupkan kembali catatan kuliner sebagai warisan budaya,” ucapnya dalam Festival Sastra Yogyakarta (FSY) 2024, Jumat (29/11/2024).
“Melalui acara ini, menu jamuan para sultan dihidupkan kembali dengan inovasi yang tetap menghormati tradisi,” lanjutnya.
Dalam acara tersebut, para tamu nampak menyantap makan malam dengan hening. Alunan lembut musik gamelan menambah suasana tentram dan sakral. Suasana itu dibangun agar pengunjung Sastra Boga dapat menghayati setiap suapan dengan penuh kesadaran.
Selain itu, grup Gadis Gendhis asal Jogja juga turut memeriahkan acara dengan permainan musik keroncong. Lagu-lagu mereka mengalun lembut di telinga, sehingga menambah kesyahduan malam itu.
Mencicipi makanan khas keraton
Hidangan dalam Sastra Boga diracik dengan resep khusus. Resep itu diambil dari naskah Sastra Jawa Klasik. Menunya tak hanya mengunggah selera, tapi juga sarat cerita dan filosofi hidup.
Berbagai menu yang disajikan di Festival Sastra Yogyakarta (FSY) 2024 terinspirasi dari jamuan istana. Misalnya, pengunjung dapat memilih menu pertama, yakni Nasi Pandan Wangi dan Glendoh Piyik.
Menu itu menonjolkan keharuman nasi pandan dan kelezatan daging burung puyuh. Glendoh Piyik sendiri merupakan makanan khas Keraton Yogyakarta yang sering disajikan untuk sultan.
Kedua, Perkedal Tomat Daging dengan tekstur lembut dan menghasilkan rasa gurih. Hidangan itu menjadi salah satu menu favorit Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Ketiga, Bobor Daun Kelor. Bahannya dari sayur sederhana, kaya nutrisi, dan penuh kehangatan. Menu ini menjadi kesukaan Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
Keempat, Sambal Wijen. Pedasnya sambal tradisional ini berasal dari resep kuno yang tercatat dalam Serat Tata Cara. Untuk melengkapi harmoni rasa dalam setiap santapan, pengunjung dapat menambahkan kerupuk singkong.
Tak hanya makanan, pengunjung juga dapat memilih minuman khas yang disajikan. Misalnya, air jahe hangat yang menjadi favorit Sri Sultan Hamengku Buwono VIII.
Minuman lain seperti Bir Jawa, yakni ramuan rempah-rempah khas yang dipercaya bermanfaat bagi kesehatan. Atau Setup Jambu-Jelly Kunyit Asem yang memadukan rasa manis dan asam.
Sastra Boga: Kuliner adalah medium bercerita
Setelah santap malam usai, para tamu dapat berbincang santai di tepi Danau Senja. Di sana, mereka berbagi pengalaman serta melakukan refleksi atas acara tersebut.
Festival Sastra Yogyakarta (FSY) 2024 melalui Sastra Boga berhasil menghidupkan kembali nilai-nilai tradisional. FSY ingin menunjukkan betapa kayanya warisan budaya Jawa.
Sastra Boga menegaskan bahwa kuliner bukan sekadar urusan rasa, melainkan juga medium bercerita dan memahami filosofi kehidupan. Acara ini membuktikan bahwa sastra dan kuliner adalah perpaduan harmonis.
Baik sastra dan kuliner, mampu mendekatkan generasi muda dengan kekayaan warisan leluhur mereka. Dengan acara seperti ini, Festival Sastra Yogyakarta tidak hanya menjadi ruang berkarya, tetapi juga jembatan untuk merawat identitas budaya.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News