MOJOK.CO – Kasus hepatitis akut misterius diduga sudah masuk di DIY. Sri Sultan HB X minta segera diatasi. Penerapan prokes masih harus diutamakan.
Kementerian Kesehatan (kemenkes) RI baru saja merilis adanya dugaan kasus hepatitis akut misterius di sejumlah daerah. Tercatat ada 14 kasus muncul di delapan provinsi seperti Sumatera Barat, Jambi, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jatim, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan DIY.
Dari 14 kasus tersebut, satu kasus pending klasifikasi hepatitis akut disinyalir sudah masuk di DIY. Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X pun meminta kasus tersebut segera ditangani.
“Ya jadi harapannya saya bisa segera diatasi (kasus hepatitis akut),” ujar Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (24/05/2022).
Sultan meminta munculnya indikasi kasus hepatitis akut bisa segera dilokalisasi. Dengan demikian tidak terjadi penularan virus lebih luas.
Penanganan kasus ini pun harus cepat dilakukan. Jangan sampai kasus yang sama ditemukan kembali. Apalagi saat ini DIY masih harus menghadapi pandemi COVID-19 dan berada di level 2 Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
“Yang penting penanganannya cepat, harapan saya nggak terus menjalar,” ungkapnya.
Secara terpisah ahli kesehatan sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat (FKKM) UGM, Ova Emilia pun memberikan komentarnya terkait indikasi masuknya hepatitis akut di DIY. Ova yang juga rektor terpilih UGM periode 2022-2027 menyampaikan bila dilihat dari penyebarannya, kasus hepatitis akut di sejumlah daerah belum terlalu jelas fisiologinya.
“Tapi dari dokter-dokter yang menangani menganggap bahwa jalannya (penyebaran) tidak sama dengan biasanya seperti hepatitis (jenis) lainnya, makanya ini juga masih dipelajari” ungkapnya saat ditemui di UGM, Selasa Siang.
Menurut Ova, gejala hepatitis akut lebih cepat dari jenis lainnya. Kecepatan penularan ini disinyalir ada mutasi penyebabnya.
Penyebab penyebaran yang cepat ini yang harus segera dicari. Sebab kejadian tersebut mirip dengan penularan COVID-19 yang menyebar sangat cepat.
“Jadi itu yang harus diperhatikan (pada hepatitis akut) dan semua kemungkinannya harus ada berbagai indikator diagnosis itu,” ungkapnya.
Kasus hepatitis akut yang ditemukan lanjut Ova tidak hanya terjadi pada anak-anak, namun juga orang dewasa. Meski pada awal kemunculannya terjadi pada anak-anak dibawah 16 tahun.
Penularan ini yang perlu diwaspadai karena meski laboratorium yang digunakan untuk mendeteksi virus hepatitis tersedia, namun reagen, metode dan speknya berbeda.
Karenanya untuk mengantisipasi penularan yang lebih meluas, penerapan protokol kesehatan (prokes) masih harus diutamakan. Cuci tangan dan memastikan makanan yang dikonsumsi sehat menjadi wajib dilakukan.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA UGM akan Bangun GIK, Pengganti Gelanggang Mahasiswa dan kabar terbaru lainnya di KILAS.