MOJOK.CO – Sutradara Fajar Nugros membuat film tentang kereta api di Indonesia. Hal ini didasari oleh minimnya film Indonesia yang mempunyai tema dan setting kereta api.
Banyak film-film di Holywood yang memanfaatkan stasiun Kereta Api (KA) atau dunia perkeretaapian sebagai setting ataupun tema cerita. Sebut saja The Taking of Pelham yang dibintangi aktor ternama Denzel Washington dan John Travolta, The Commuter yang menghadirkan Liam Neeson hingga Mission Impossible yang dibintangi Tom Cruise.
Hal ini berbeda dari film Indonesia yang jarang menggunakan setting dunia perkeretapian sebagai tema film. Padahal banyak stasiun KA di Indonesia yang indah sekaligus estetik.
Berangkat dari hal tersebut, sutradara asal Yogyakarta yang kerap menggarap film-film bergenre komedi, Fajar Nugros mencoba menggarap film omnibus atau gabungan film-film pendek berjudul “Strangers With Memories”. Diproduksi IDN Pictures, film dokumenter ini dibuat Nugros bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan KAI Commuter.
Bukan tanpa alasan Nugros membuat film berdurasi 51 menit ini. Ayahnya ternyata merupakan pensiunan pegawai KAI yang tinggal cukup lama tinggal di Pengok yang merupakan kompleks perkerataapian di Yogyakarta.
Nugros bahkan menjadi saksi hidup perkembangan kereta api di Indonesia. Mulai saat era layanan yang carut marut higgga berubah menjadi titik terbaik dalam pelayanan KA pada penumpang saat ini.
“Saya tiga bulan naik-turun kereta api, menempuh berbagai perjalanan untuk mengabadikan suasana dan ucap suka duka dari para penumpang dalam pembuatan film ini,” ungkapnya disela premiere film di Yogyakarta, Jumat (11/11/2022) malam.
Nugros bercerita, film dokumenter buatannya tersebut ditujukan untuk masyarakat luas dan tidak hanya penumpang atau pecinta kereta api. Dia mencoba memakai bahasa-bahasa kekinian untuk menjangkau banyak kalangan dalam film tersebut.
Film bergenre Traveler Report ini mengambil lokasi gambar di sejumlah daerah yang melayani kereta api baik di Jawa dan Sumatera. Diantaranya Jakarta, Bandung, Cibatu, Leuwigoong, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Klaten, Tanjung Karang dan Kotabumi.
Yang menarik, dalam pembuatan film ini, KAI melibatkan seluruh level pekerja. Mulai dari Direktur Utama, Kepala Stasiun, Masinis, Kondektur, hingga petugas Penjaga Jalan Lintasan. Juga artis baru Shalima Hakim yang merupakan putri artis sekaligus politisi, Wanda Hamidah sebagai salah satu pemain utamanya.
“Saya naik semua kereta ekonomi saat pembuatan film, gambarannya kalau di harga murah pelayanannya sudah sangat baik, apalagi yang di atasnya. Ini yang saya ingin sampaikan dan tunjukkan dalam film,” ungkapnya.
Sementara EVP Corporate Secretary PT KAI, Asdo Artriviyanto mengungkapkan, film ini mengajarkan kepada pengguna jasa, para millenials untuk memiliki rasa empati, saling peduli dan menghargai serta membantu sesama baik di dalam commuterline atau stasiun. KAI ingin menumbuhkan kecintaan dengan transportasi massal kereta api yang ramah energi bagi masyarakat.
“Kami ingin mengedukasi masyarakat terutama generasi milenial dengan cara kekinian, salah satunya melalui sebuah karya seni berupa film” ujarnya.
Wawan Arianto, Direktur Operasional dan Pemasaran KAI Commuter, menambahkan film itu merupakan upaya mendekatkan kereta dengan masyarakat. Selama perjalanan, banyak cerita masyarakat saat bersentuhan dengan KAI yang sangat menarik apabila diangkat dalam cerita film.
“Saat ini kami masih putar di layar terbatas, namun nanti harapannya bisa dinikmati masyarakat luas, mungkin bisa diputar di perjalanan kereta,” imbuhnya.
Reporter: Yvesa Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi