MOJOK.CO – Bursa calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang semakin ramai. Hasil survei menunjukkan, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil menjadi dua nama cukup kuat untuk menggantikan Presiden Joko Widodo pada 2024 mendatang.
Sebut saja dalam survei Poltracking yang digelar pada 1-7 Agustus 2022 lalu. Elektabilitas Ridwan Kamil teratas untuk posisi cawapres, begitu pula dengan Ganjar Pranowo yang menjadi capres terkuat menggantikan Jokowi.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR menjelaskan, dari sepuluh nama, elektabilitas Ridwan Kamil paling tinggi sebagai cawapres Pilpres 2024 yang dipilih publik dengan 12,6 persen suara.
“Disusul Sandiaga Salahudin Uno 11,9 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 11,7 persen dan Erick Thohir sebesar 10,8 persen,” paparnya, Kamis (01/09/2022).
Selain Ganjar yang mendapatkan 26,6 persen suara, nama Ridwan Kamil juga mengemuka sebagai pilihan capres 2024 dengan raihan 3,9 persen. Angka ini mengalahkan Erick Thohir sebesar 2,8 persen, Sandiaga Salahuddin Uno 2,4 persen.
Bahkan Ketua Umum PDIP Puan Maharani yang digadang-gadang maju capres baru meraih 2,2 persen. Sedangkan Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa meraih 2,2 persen. Ketua Umum Partai Golkar yang diusung partai tersebut untuk capres, Airlangga Hartarto mendapatkan suara 1,7 persen.
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Zuly Qodir mengungkapkan fenomena munculnya nama-nama baru sebagai kandidat capres dan cawapres tersebut bukan tanpa sebab. Masyarakat Indonesia saat ini membutuhkan figur baru untuk memimpin negara ini.
“Masyarakat agaknnya sudah lelah dengan kandidat yang selama ini muncul. Oleh sebab itu munculnya Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo, ini tidak mengejutkan,” tandasnya.
Fenomena capres dan cawapres di medsos
Namun, hal perlu dipahami, lanjut Zuly dua sosok tersebut merupakan media darling. Bahkan media sosial (medsos) Ridwan Kamil dan Ganjar sangat kuat.
Karenanya bisa dikatakan ini fenomena capres dan cawapres via medsos. Karenanya mereka perlu mendapatkan kendaraan politik dari partai politik (parpol) besar agar tidak berhenti di medsos dan survei.
Ridwan Kamil misalnya harus terus melakukan komunikasi politik dan lobi politik dengan partai-partai, terutama partai besar. Jangan sampai terjadi clash politik dengan partai besar dan partai partai kecil sekalipun.
Lobi politik untuk maju sebagai capres atau cawapres memungkinkan karena Ridwan Kamil merupakan pemenang Pilgub Jabar 2018. Sebelumnya, jebolan Arsitektur ITB itu mengemban amanah sebagai wali kota Bandung.
“Peluang tergantung pada lobi politik yang berjalan dan dapat restu pemilik partai untuk dapat kendaraan. Jika dapat ya bisalah berpeluang,” paparnya.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Agung Purwandono