MOJOK.CO – Djaduk Ferianto meninggal mendadak karena serangan jantung. Sebelum berpulang, ia sedang sibuk mempersiapkan acara Ngayogjazz dan pentas Teater Gandrik.
Gregorius Djaduk Ferianto yang jadi panutan banyak seniman muda mengembuskan napas terakhirnya pada Rabu (13/11) di usia 55 tahun. Ia meninggal dunia pada pukul setengah tiga pagi, beberapa jam setelah menghadiri rapat Ngayogjazz, acara musik tahunan yang didirikannya di Jogja.
Butet Kertaradjasa, seniman yang juga kakak kandung almarhum, mengonfirmasi bahwa serangan jantung jadi penyebab kematian Djaduk.
“Tadi kurang lebih jam 2.30 WIB, Djaduk mendapatkan serangan jantung. Djaduk meninggal dunia di pangkuan istrinya. Yang pasti, di hari-hari terakhir ini Djaduk sangat sibuk untuk latihan musik dan sedang menyiapkan Ngayogjazz yang akan dilaksanakan tanggal 16 November di Godean,” ujar Butet kepada Kompas.
Dari persebaran info di kalangan seniman, jenazah akan disemayamkan di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) hingga pukul 2 siang. Setelahnya, akan ada pemberkatan dan proses pemakaman di makam keluarga Sembungan, Bantul, Yogyakarta.
Informasi kepergian Djaduk untuk selamanya ini pertama kali diterima publik dari unggahan foto Butet ke Instagram. Dini hari tadi Butet memasang foto hitam dengan tulisan “Sumangga Gusti” (Silakan, Tuhan) berwarna putih disertai caption “RIP Djaduk Ferianto”. Dari situ, ribuan ucapan untuk almarhum dan keluarga segera bermunculan.
Selamat berpulang mas Djaduk Ferianto… kearifan budi dan hangatnya tuan akan selalu manis dikenang….
— tompi (@dr_tompi) November 12, 2019
Turut berduka cita atas berpulangnya Mas Djaduk Ferianto.. sosok seniman istimewa, penuh kehangatan, kasih sayang, selalu membagi ilmu, semangat, dan harapan… sugeng tindak, Mas. Doa kami untukmu. Semoga keluarga diberikan kesabaran dan ketabahan. Aamiin.. [? @nalasatmowi ] pic.twitter.com/N6iGtFYODZ
— Endah N Rhesa (@endahNrhesa) November 13, 2019
Aji Wartono, sahabat dekat Djaduk, mengaku kaget dengan kabar ini mengingat pada malam harinya almarhum masih menghadiri rapat Ngayogjazz di Sekretariat Ngayogjazz di Jalan Munggur, Jogja.
“Kami kaget sekali, karena tadi malam masih rapat dengan kami untuk persiapan Ngayogjazz 2019. Benar-benar kaget. Pagi-pagi mendengar kabar Mas Djaduk sudah wafat,” ujar Aji kepada Detik.
Djaduk lahir pada 19 Juli 1964 sebagai anak bungsu dari seorang legenda seni Indonesia Bagong Kussudiardja. Djaduk muda bertekad mengabdikan hidupnya pada seni dengan menempuh pendidikan di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia (ISI). Ia memiliki istri bernama Petra dan lima orang anak: Gusti Arirang, Rajane Tetabuhan, Presiden Dewa Gana, Ratu Hening, dan Kandida Rani Nyaribunyi.
Sampai akhir khayatnya, Djaduk berhasil menjaga pesan ayahnya untuk melestarikan dan menghidupkan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, padepokan tari yang dibangun Bagong. Berpusat di padepokan tersebut, Djaduk mendirikan dan memimpin grup musik Kuaetnika, Ring of Fire Project, dan Orkes Keroncong Sinten Remen yang sudah mementaskan berbagai bentuk musik tradisi Indonesia sampai ke Eropa. Selain bermusik, ia juga pernah terlibat dalam penyutradaraan beberapa pertunjukan Teater Gandrik serta mengerjakan ilustrasi musik untuk sinetron dan film.
Seharusnya, kita masih bisa menikmati bakat seni sang maestro bermusik pada akhir pekan nanti. Apadaya, bakat seninya sepertinya lebih dibutuhkan di tempat yang lain. Selamat jalan legenda, Djaduk Ferianto.
(awn)
BACA JUGA Kenapa Bom Bunuh Diri di Medan Seperti Dilakukan Sembarangan atau kabar terbaru lainnya di rubrik KILAS.