Saya, seorang petani kopi dari Lampung Barat yang tengah menimba ilmu di Jogjakarta, jaraknya sekitar 600-700 km dari kampung halaman. Setiap akhir pekan, ritme hidup saya menjadi semarak ketika orang tua, si ibu dan bapak, menelpon atau melakukan video call.Â
Namun, belakangan ini, perbincangan kita tak lagi segembira biasanya. Gara-gara musim panen kopi robusta yang bikin kepala pening.
Kok gagal panen di Lampung
Kejadian aneh terjadi di kebun kami dan seluruh kabupaten. Sepertinya iklim lagi bikin ulah. Saat kopi berbunga dan pembuahan, hujan terus menerus datang, bikin bunga gagal jadi buah atau malah jadi biji kopong.Â
Jangan salah, bukan hanya di kebun kami, tetapi di kampung-kampung lain yang menjadi basis produksi kopi juga gitu. Jadi, kita bertanya-tanya, apakah ibu bumi lagi nyinyir dan memutuskan nggak suka sama kopi?Â
Kopi adalah nafas kami, keluh bapak, ibu dan semua petani di sini. Jika gagal panen terus-menerus, bagaimana kami bisa bertahan? Selain merugikan pendapatan, ini juga mempengaruhi kualitas hidup kami.Â
Menyaksikan tanaman kopi yang kami rawat dengan penuh cinta gagal berbuah, seperti menyaksikan kisah cinta gagal tanpa akhir yang bahagia. Namun, semangat petani tak pernah padam.Â
Kami tetap berusaha mencari solusi dan mendukung satu sama lain. Sembari bersandar pada kisah-kisah lucu di ladang, kami menghadapi tantangan ini dengan tawa dan gigih.
Liga Champions Produksi Kopi, eits bisa degradasi?
Kemarin-kemarin, kita bangga banget, Indonesia posisi keempat dari sepuluh negara terbesar produsen kopi di dunia. Hore! Zona Liga Champions bagi dunia kopi! Tapi, berita terakhir bikin ge-er. Ada kemungkinan degradasi dari posisi itu, bisa-bisa kita di-relegasi. Apa nggak lucu? Dari liga elite kok bisa terjatuh begitu saja? Jangan sampe deh!
Ini bukan sekadar lelucon semata. Degradasi dari posisi Liga Champions Kopi bisa berdampak besar pada kesejahteraan para petani kopi. Sudah banyak perjuangan yang kami lakukan untuk mencapai prestasi ini, tapi seperti ada ‘hakim garis’ tak adil yang menghadang.Â
Pemerintah harus lebih serius mengatasi masalah ini. Mungkin kita tak bisa mengendalikan iklim, tapi pemerintah bisa melakukan langkah-langkah strategis untuk mendukung petani menghadapi tantangan ini.
Degradasi Kok Ngeri, Pemerintah Mesti PD!
Kita semua takut degradasi, termasuk pemerintah. Harusnya, pemerintah jadi PD dalam menghadapi masalah. Saling bekerjasama, saling mendukung, jangan ada yang mau melepaskan gengsi. Ini tentang masa depan industri kopi dan petani yang jadi garda terdepan menghadapi tantangan alam yang tak kenal ampun.
Sebagai petani, kami selalu siap bekerja keras dan menghadapi cobaan alam. Tapi kami juga butuh dukungan dan kejelasan arah dari pemerintah. Jangan biarkan degradasi meruntuhkan semangat kami untuk terus berjuang dan berkontribusi bagi negeri ini.Â
Jika pemerintah dan seluruh pihak terkait solid dalam menangani masalah ini, kami yakin keajaiban kopi Indonesia akan tetap terjaga, dan kami bisa berbagi tawa dan kemenangan bersama.
Kopi lagi ngetrend, petani kopi malah KO
Dunia kopi lagi ngetrend. Semakin banyak coffee shop dan skena kopi yang berkembang. Saking asyiknya, kita kayak lupa kalau petani adalah ujung tombak itu semua. Kalau nggak ada petani, nggak bakal ada kopi, kan?Â
Harusnya, sambil merayakan tren kopi, petani juga harus dijaga dan diberdayakan, dong. Bukan cuma fokus bisnis, tapi juga sama-sama mikirin penanganan masalah seperti iklim yang bikin nggak karuan.
Kita bahkan jadi bingung sendiri kalau urusan permodalan atau riset dan pengembangan untuk petani sering terabaikan. Padahal, di zaman digital ini, banyak teknologi yang bisa membantu petani menghadapi perubahan iklim.Â
Jangan hanya sibuk dengan cupping dan roasting, tapi juga bantu petani mencari cara adaptasi yang lebih baik. Jangan sampai petani yang kerja keras akhirnya jadi hanya penonton di panggung kopi yang semakin rame ini.
Pengolahan kopi ke, penanggulangan iklim ngaco
Pelatihan pengolahan kopi sih banyak, tapi nggak ada yang serius ngurusin penanggulangan masalah iklim yang makin kacau ini. Mungkin pihak terkait pada sibuk dengan resep-resep baru buat minuman kopi, sampe lupa hal-hal yang lebih penting. Padahal, kalau nggak ada kopi yang berkualitas, minuman kopi baru juga nggak bakal bergengsi, kan? Lucu deh!
Kami sangat mengapresiasi upaya untuk meningkatkan kualitas dan inovasi di industri kopi. Tapi, tolong jangan lupa sama kami, para petani. Kita butuh bantuan dan penanganan yang lebih serius dalam menghadapi perubahan iklim.Â
Selain itu, mungkin saatnya pemerintah mendengarkan para ahli pertanian dan botani yang mumpuni, agar strategi yang efektif bisa dirumuskan untuk menanggulangi tantangan ini.
Panggih Suseno Jl. Flamboyan II No.34,, Depok, Sleman, D.I.Y [email protected]