Jadi gini. Bulan lalu kan kita sudah ribut-ribut soal PKI dan sejenisnya tuh, eh Selasa, 17 Oktober kemarin, Pusat Deklasifikasi Nasional (NDC), bagian dari Badan Administrasi Rekaman dan Arsip Nasional Amerika Serikat (NARA), memublikasikan arsip-arsip rahasia “Jakarta Embassy Files” (dokumen-dokumen dari kedutaan di Jakarta) yang dibuat dalam periode 1964—1968.
Arsip-arsip itu menyimpan rahasia tentang kawat diplomatik Kedutaan Besar AS yang berkedudukan di Jakarta. Siapa aja duta besar Amerika saat itu? Mereka adalah Howard P. Jones (1958—1965) dan Marshall Green (1965—1969). Saat perang dingin terjadi, Amerika Serikat memang berusaha menjaga poros kekuatannya tetap teguh, hal ini kadang bablas sampai melahirkan tiran-tiran kecil untuk dikendalikan.
Lha, terus apa kaitannya dengan PKI?
Salah satu lembaga yang mengunggah dan memeriksa keabsahan dokumen itu adalah George Washington University. Mereka menyebut bahwa berdasar dokumen tadi, terbukti pemerintah Amerika saat itu tahu benar akan ada kekerasan dan kejahatan kemanusiaan terhadap orang-orang yang dituduh komunis. Lebih dari itu, pihak Amerika juga tahu jelas peran Angkatan Darat Indonesia saat ’65 terjadi.
Lho, memang kenapa kalau tahu?
Ya jelas penting tho ya. Selama ini kan kita berpikir tragedi ’65 itu terjadi karena PKI memberontak, Angkatan Darat menjaga keamanan negara, lantas sesudah itu Komunisme dilarang. Dengan dirilisnya dokumen ini kita bisa belajar, ada konteks politik internasional yang melatarbelakangi tragedi paling mengerikan dalam sejarah Indonesia ini.
Arsip Keamanan Nasional bekerja sama dengan Pusat Deklasifikasi Nasional Amerika Serikat sendiri telah memudahkan kita untuk mengakses dokumen itu. Ada 39 dokumen yang terdiri dari hampir 30.000 halaman yang bisa membuat para sarjana, jurnalis, dan peneliti Indonesia mengetahui bagaimana kondisi saat itu. Ada dugaan bahwa pembantaian ’65 itu disponsori oleh Amerika. Artinya, pemerintah Amerika saat ini bisa dituntut untuk tanggung jawab.
Kenapa ini penting? Karena dalam dokumen tersebut kita bisa melihat bahwa sejarah kita tidak monolitik, tidak tunggal, dan tidak satu versi. Dalam rilisnya, pihak Arsip Keamanan Nasional menyebutkan bahwa ada dokumen yang menggambarkan para diplomat dari Kedubes AS di Jakarta menyimpan catatan eksekusi mati pemimpin PKI, dan pejabat-pejabat AS mendukung secara aktif upaya Angkatan Darat Indonesia menghabisi gerakan buruh sayap Kiri.
Eladalah, kalau penting kok pada diem aja nih, netizen? Karena kemarin kita masih sibuk mengidentifikasi diri sebagai pribumi dan bukan pribumi? Padahal dokumen ini jelas penting untuk memulai rekonsiliasi nasional. Tentu kita perlu waspada, meskipun disebut sebagai dokumen rahasia yang dibuka, ya jangan ditelan mentah-mentah. Kita tidak tahu mana yang benar, mana yang salah, mana yang propaganda, dan mana yang terjadi nyata.
Kita hanya bisa menguji setiap klaim itu dengan verifikasi berganda, apakah di dalamnya ada nama yang disebut? Benarkah klaim yang ada dengan data-data dan dokumen sejarah, dan lebih dari itu, apa yang kemudian bisa dipelajari dari dirilisnya data ini.
Hmmm, kalau begitu kenapa ini dirilis? Kan berarti Amerika buka boroknya sendiri? Mengakui bahwa mereka punya keterlibatan dalam peristiwa ’65?
Amerika Serikat punya Undang-Undang Kebebasan Informasi AS yang bisa dipakai warga negara untuk mendesak lembaga arsip AS agar melakukan deklasifikasi dokumen rahasia. Misalnya, dokumen peran Amerika lewat pasukan pembunuh ELACH di Honduras dan penggulingan Salvador Allende oleh Augusto Pinochet di Chile.