MOJOK.CO – Salah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) Kabupaten Bantul, Bagus Nur Edy Wijaya ditahan Kejaksaan Negeri (kejari) Bantul pada 4 Mei 2023 lalu. Penahanan itu karena pegawai di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga bagian Sub Koordinator Kelompok Substansi Kepemudaan itu diduga melakukan tindakan korupsi dana perawatan Stadion Sultan Agung.
Penahanan terhadap Bagus Nur berlangsung selama 20 hari agar tidak melarikan diri atau mengulangi perbuatannya. Kejari juga menyita sejumlah barang bukti berupa kuitansi dana rehabilitasi Stadion Sultan Agung dalam belanja langsung pada 2020-2021 lalu. Bagus menjadi terduga yang merugikan negara sebesar Rp170 juta dalam proses pembangunan sarana prasarana tersebut dengan nilai Rp800 juta yang berasal dari APBD.
Kuasa hukum Bagus, Muhammad Taufiq usai mendampingi tersangka di Lapas Wirogunan, Kamis (11/05/2023) mengungkapkan memprotes penahanan tersebut dan menuntut keadilan. Sebab bila memang ada dugaan korupsi, maka bukan berarti Bagus melakukannya sendiri.
“Apalagi di dalam jabatan, karena korupsi bukan delik yang berdiri sendiri,” ujarnya.
Karenanya Taufiq meminta penyelidikan lebih lanjut. Sebab kemungkinan melibatkan orang lain yang berpotensi turut terlibat menimbulkan kerugian.
Apalagi dari 22 saksi yang mengikuti pemeriksaan, hanya Bagus yang akhirnya menjadi tersangka. Padahal Bagus hanya selaku Sub Koordinator Kelompok Substansi Kepemudaan tidak bisa bekerja sendiri dalam melakukan pengadaan barang.
“Pasti ada yang bertugas untuk menyusun rumusan rencana teknis sarana dan prasarana keolahragaan dan pelaksanaan fasilitas pendidikan dan pelatihan keolahragaan,” tandasnya.
Tak suruh membuat nota fiktif
Menurut Taufiq, dalam pemeriksaan tersangka di Lapas Wirogunan oleh Kejari Bantul, setidaknya jaksa mengajukan 68 pertanyaan. Tersangka menyebut tidak pernah menyuruh membuat nota fiktif. Bahkan tersangka juga tidak pernah menerima fee atau komisi dari toko.
“Memang ada pemeliharaan lapangan yang tidak dianggarkan dan uang itu untuk membeli beli net, pasir dan tiang,” ujarnya.
Karena itu dalam pemeriksaan selanjutnya, pengacara akan menghadirkan 5 saksi meringankan. Mereka merupakan pegawai harian lepas.
Sebab dalam bukti nota fiktif, tercatat ada alokasi dana yang alih fungsi untuk pengadaan barang yang belum masuk ke dalam anggaran belanja perawatan Stadion Sultan Agung. Namun, alokasi dana tersebut tidak untuk kepentingan pribadi tersangka. Dalam kasus pengadaan barang tersebut, ada indikasi pihak yang berbelanja terlibat.
“Cuma karena korupsi itu merupakan delik formil, saya menuntut keadilan. Maka tidak mungkin korupsi itu tidak melibatkan orang lain. Karena dari jawaban klien kami tadi ada tiga hal penting. Antara lain, klien kami tidak pernah menerima fee dari toko tersebut, tidak menerbitkan kuitansi fiktif dan tidak menyuruh T untuk belanja yang ternyata fiktif. Dalam hal ini peran T sangat dominan,” paparnya.
Korupsi stadion dari penelusuran nota fiktif
Sebagai informasi, kasus dugaan korupsi perawatan Stadion Sultan Agung tersebut mencuat sejak Juni 2022 lalu. Saat itu Kejari mendapatkan informasi dugaan penyimpangan dalam proses pengadaan barang dan jasa untuk perawatan Stadion Sultan Agung yang dikelola oleh Disdikpora Bantul.
Setelah menemukan adanya bukti kuat, Kejari pun meningkatkan kasus tersebut ke tahap penyidikan sejak akhir Agustus 2022 lalu. Dugaan awal penyimpangannya berupa nota fiktif untuk pengadaan barang langsung peralatan kebersihan.
Namun, setelah ditelusuri, ternyata pemilik toko yang tertera dalam nota tersebut tidak merasa menjual barang ke Disdikpora. Selain itu ada juga nota yang nominalnya tidak sesuai dengan barang dari toko.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Polisi Tangkap Pejabat di Gunungkidul, Korupsi Rp470 Juta di RSUD Wonosari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News