Selamat pagi, siang, sore dan malam, Mas Atta Halilintar sedang menunggu saat bAHHAgia seminggu lagi. Saya warga biasa, Mas.
Sebagaimana warga biasa lainnya, terkadang saya juga iseng menonton konten Youtube artis, sebagaimana 26 juta orang yang dengan ikhlas dan rela hati menjadi pelanggan channel Mas Atta.
Saya juga termasuk warga biasa yang menonton acara lamaran Mas Atta lewat streaming Youtube RCTI, lho. Sebetulnya sore itu saya mengharapkan Mas Anang bilang, “Kalau saya sih YES, nggak tahu kalau Mimi KD.” Eh, Mas Anang malah pidato serius dan bikin terharu satu negara.
Begini, Mas Atta Halilintar.
Saya mendengar dari banyak berita soal Mas Atta yang bercita-cita punya 15 anak dari pernikahan dengan Mbak Aurel. Mas Atta bahkan sudah menyiapkan rumah dengan 15 kamar untuk calon anak-anak itu.
Konon, sebagai anak dari keluarga yang super besar, Mas Atta ingin agar Aurel juga seperti bunda Gen Halilintar yang melahirkan setiap satu setengah tahun sehingga punya tim kesebelasan, alias anak berjumlah sebelas.
Selain itu, Mas Atta juga punya anggapan, sepanjang orang tuanya mampu, kenapa nggak punya anak banyak? Mampu yang Mas Atta maksud, tentu merujuk kepada mampu menghidupi secara materi. Kalau urusan materi sih, saya yakin, kekayaan yang Mas Atta miliki hari ini bahlan lebih dari cukup buat semua anak satu kabupaten.
Tapi, Mas Atta, sebagai warga biasa, tentu saja tugas saya adalah berkomentar. Dibaca ya syukur, nggak dibaca ya lebih masuk akal dikarenakan Mas Atta sedang sibuk-sibuknya.
Lagipula, nasihat dari orang tua Mas Atta dan nasihat dari calon mertua juga pasti sudah terlalu banyak dan bikin Mas Atta semakin deg-degan jelang hari H. Untung saja ini bukan nasihat, melainkan ekspresi cinta dari warga biasa.
Pertama, nilai seorang perempuan bukan pada apakah dia memiliki anak atau tidak memiliki anak. Mas Atta pertama-tama mesti mencintai Aurel tanpa syarat. Mencintai, ya mencintai saja. Sebab Mas Atta ingin berbagi kasih sayang dengan hamba Allah yang sampean pilih untuk berjalan bersama melanjutkan hidup di jalan Allah.
Demikian juga Aurel, akan mencintai Mas Atta juga bukan karena bando pada rambut Mas Atta yang membuat sampean terlihat macho atau Ashiap sampean yang membuat tampak gagah, melainkan memang ia ingin melanjutkan hidup dalam samudera kasih bersama sampean.
Saya hanya khawatir, sebab sejak sebelum menikah Mas Atta sudah berencana punya anak kembar tiga pada kelahiran yang pertama dan mengutarakan itu ke semua media. Semua orang pasti akan memfokuskan pandangan ke Mbak Aurel.
Menghitung hari demi hari untuk sampean berdua mengumumkan berita bahagia bahwa Mbak Aurel posotif hamil lalu mengikuti tahap demi tahapnya hingga hasil USG menampakkan gambar potret bayi kembar tiga.
Feed Instagram Mbak Aurel juga sudah mulai endorse produk program hamil. Saya tentu juga percaya kualitas dokter yang sejak sebelum menikah menjadi rujukan konsultasi kesuburan Mbak dan Mas berdua.
Hanya saja, saya cuma nggak ingin Aurel terlalu panik berlebih apabila kehamilan itu kelak terjadi nggak langsung-langsung amat. Dan, publik juga tidak mengarahkan perhatiannya ke Aurel hanya sebatas menunggu kehamilannya, sebab Mbak Aurel adalah perempuan utuh sempurna yang lebih daripada rahimnya saja.
Kedua, anak itu tumbuh dalam rahim perempuan sejak sel telur hingga sebelum kelahirannya. Oleh karena itu, berikan Aurel kesempatan untuk punya pendapatnya sendiri perihal perencanaan kehamilan. Apakah yang benar-benar ia inginkan, bagaimana ia ingin mengatur waktunya.
Laki-laki bisa memberikan simpati dan berbagi empati, akan tetapi, sama seperti menstruasi, kondisi fisik secara biologis ketika menjalani pengalaman hamil dan melahirkan, tubuh perempuan yang benar-benar merasakan sensasinya.
Maka dari itu, dengarkan pendapat Aurel. Sampean hanya perlu memastikan bahwa sampean selalu siap untuk menjadi teman terbaik Aurel kapan saja ia membutuhkan.
Oya, jika setelah pengalaman reproduksi pertama, ternyata Aurel mengubah rencana kehamilannya ke depan, untuk punya 3 anak saja, misalnya, warga biasa ini berharap sampean bisa menerima pendapat dan keputusan Aurel itu. Sebab sekali lagi, proses reproduksi itu bergejolak dalam tubuh Aurel dan hanya ia yang bisa merasakan tantangannya.
Ketiga, ada waktu produktif yang hilang dari seorang perempuan ketika menjalankan pengalaman hamil, melahirkan dan menyusui.
Di luar sana, misalnya, jutaan perempuan akhirnya tidak melanjutkan kuliahnya ketika hamil atau tidak melanjutkan pekerjaannya karena hamil. Penyebabnya, bisa jadi karena orang-orang di sekitar tidak cukup mendukung atau tempat kuliah maupun kerja yang tidak cukup fasilitas untuk memberi kemudahan kepada perempuan hamil.
Tentu saja, laki-laki tidak mengalami hambatan itu. Laki-laki bisa tetap melanjutkan sekolah tanpa mempertimbangkan kondisi reproduksinya dan bisa selalu bekerja tanpa was-was karena tidak ada pengalaman reproduksi itu.
Mas Atta Halilintar menghitung bahwa Ibunda sampean dulu melahirkan tiap 1,5 tahun sekali sampai punya sebelas anak. Bukan, bukan maksud saya untuk mengatakan bahwa Aurel akan tidak lagi produktif selama 1,5 tahun dikali 15 dengan rencana punya anak 15 itu. Seperti Ibunda sampean yang tetap jadi pengusaha dan keliling dunia hingga sangat sukses dan kaya raya.
Tapi, Mas Atta, ingat kalau Aurel dan Ibunda sampean adalah dua entitas yang berbeda.
Sampean tidak boleh membandingkan apa pun yang ada dalam diri Aurel dengan Ibunda. Jika Ibunda sampean jago bikin opor ayam dan ternyata Aurel tidak, sampean tidak boleh kecewa. Jika Ibunda sampean bisa melahirkan setiap 1,5 tahun belasan kali dan ternyata tubuh Aurel tidak bisa seperti itu, sampean tidak boleh menyamakannya.
Saya yakin Aurel akan tetep produktif dan menjadi perempuan bermakna. Akan tetapi, Mas Atta mesti sadar bahwa selama 1,5 tahun dikali 15 itu, Aurel akan menjalani pengalaman reporoduksi, sedangkan tubuh Mas Atta tidak.
Mas Atta bisa tetap produktif produksi konten setiap hari tanpa beban fisik yang melelahkan dan berat, sedangkan Aurel akan tetap produktif namun sekaligus dengan tambahan beban fisik itu.
Maka dari itu, pahami pengalaman biologis perempuan itu. Ingat, dalam rentang 1,5 tahun itu Aurel tidak hanya menganggur lalu tiba-tiba muncul bayi yang besar sendiri, melainkan ada dinamika setiap hari di dalam tubuhnya yang dilanjutkan dengan proses menyusui yang meminta semua kesiapan fisik serta konsentrasi si Ibu.
Keempat, tantangan yang dijalani perempuan bukan hanya tantangan fisik, tapi juga mental atau psikis. Inilah yang utama.
Meskipun sampean berdua pasti punya dokter dan fasilitas kesehatan terbaik untuk selalu memastikan kondisi fisik Aurel baik-baik saja dan senantiasa siap terus bereproduksi, jangan lupa ada hal yang tidak tampak oleh pandangan mata yaitu kestabilan mental atau psikis.
Meski Aurel tidak mengeluh atau tidak menjelaskan bebannya, belum tentu ia selalu baik-baik saja. Pada celah itulah, bahasa cinta Mas Atta Halilintar diuji untuk selalu ingat menanyakan kepada Aurel, apalagi dalam masa kehamilannya kelak, “Apakah kamu baik-baik saja hari ini? Apakah mentalmu baik-baik saja?”.
Seperti apa pun kondisi mental itu, pastikan selalu berikan validasi kepada perasaannya. Terima kasih ya, sudah lelah. Terima kasih ya, sudah takut. Terima kasih ya, sudah mau cemas untuk menjalani pengalaman reproduksi ini.
Perasaan Aurel adalah valid bagaimana pun situasinya. Apalagi Mas Atta tahu, kondisi batin perempuan hamil sangat rentan dan mudah naik turun.
Begitu saja kecemasan-kecemasan yang ada dalam hati warga biasa ini, Mas Atta. Saya adalah warga biasa yang tidak akan memberikan tambahan beban kepada Aurel dengan kepo terlalu banyak perihal reproduksinya kelak.
Saya akan tetap melihat Aurel sebagai perempuan muda berbakat yang punya banyak enerji kreatif, dengan atau tanpa kehamilan. Wassalamualaikum Mas Atta Halilintar, saya selalu mendoakan yang terbaik untuk proses menuju hari bAHHAgia itu.
Kamu bisa baca kolom Kelas-Kalis lainnya di sini. Rutin diisi oleh Kalis Mardiasih, tayang saban hari Minggu.