MOJOK – PSSI, yang rajin mengumpulkan denda dari klub Liga 1 dan Liga 2 itu kena denda juga dari AFC. Sungguh gambaran betapa menggelikannya konfederasi kita ini.
Jika saat liga bergulir PSSI setiap minggu rutin mengeluarkan denda melalui putusan Komisi Disiplin (Komdis), menjelang Lebaran, giliran asosiasi sepakbola kita itu terkena denda. Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) memberikan denda kepada PSSI untuk keteledoran yang menggelikan.
PSSI dihukum karena dianggap melanggar artikel 13.2 Regulasi AFC mengenai pertandingan internasional. Aturannya adalah, PSSI selaku federasi wajib memberikan laporan pertandingan internasional yang berada di lingkungannya ke AFC maksimal 48 jam setelah pertandingan.
Tapi, PSSI ternyata tidak memasukkan formulir pertandingan persahabatan antara Sriwijaya FC melawan Felcra FC (klub Malaysia), yang berlangsung pada 15 Maret 2018 lalu. Untuk kesalahan ini, PSSI dikenai denda USD 1.000 atau setara 13 juta rupiah.
Pelanggaran ini jelas menggelikan karena sebagai otoritas sepak bola tertinggi di negeri ini, persoalan tersebut merupakan hal yang elementer. PSSI mestinya tahu bahwa mereka mesti memberikan laporan.
Permasalahan administrasi tidak hanya kali ini terjadi. Anda masih ingat kasus Raphael Maitimo dilarang melawan Irak?
Raphael Guillermo Eduardo Maitimo, tidak diperkenankan melawan Irak di Pra-Piala Asia 2015 pada 6 Februari 2013 lantaran administrasinya yang belum lengkap. FIFA, selaku federasi sepak bola internasional tidak mengizinkan Maitimo bermain karena sang pemain naturalisasi belum melampirkan surat yang menyatakan dia tidak pernah bermain membela timnas senior Belanda.
Perlu diketahui, Maitimo yang berkewarganegaraan Belanda pernah berseragam Oranje ketika masih belia. Dia pernah lima kali bermain untuk timnas U-16 Belanda.
Isu lain terkait administrasi Maitimo, ada dokumen kewarganegaraan yang belum lengkap. Tapi tidak ada kejelasan tentang dokumen mana yang belum lengkap, karena Sekjen PSSI saat itu, Halim Mahfudz saja bingung apa yang belum beres. Konyol betul.
“Kami sudah mendapatkan info terkait masalah ini. Ada dokumen kewarganegaraan yang belum lengkap. Kami sudah berusaha maksimal untuk masalah ini. Entah KTP atau yang lain. Sebenarnya saya sudah jauh-jauh hari menyelesaikan. Yang jelas ini dampak dari kepengurusan sebelumnya,” kata Halim lima tahun silam.
Entahlah mana yang benar dan bagian mana yang bermasalah. Yang jelas Maitimo sudah berlaga di Piala AFF 2012 di Malaysia. Mungkin karena Maitimo sudah bisa membela timnas, masalah administrasinya tidak lagi diperhatikan. Padahal PSSI mestinya tahu kalau Piala AFF tidak masuk agenda FIFA yang bisa jadi FIFA tidak terlalu konsen pada Piala AFF dibanding gelaran Pra-Piala Asia 2015.
Tidak hanya PSSI yang mendapatkan denda dari AFC. Persija Jakarta yang tahun ini bermain di AFC Cup tak luput dari denda. Denda yang diterima oleh Persija jauh lebih banyak dan membaca rangkaian dendanya pelanggaran yang dilakukan seperti yang dilakukan oleh klub di liga lokal.
Macan Kemayoran didenda USD 5.000 atau setara 69 juta rupiah karena ada lemparan rol ke dalam lapangan saat melawan Johor Darul Ta’zim di Gelora Bung Karno, 10 April lalu.
Di laga melawan Home United, 15 Mei 2018, saat leg kedua semifinal AFC Cup, ada empat pelanggaran yang didakwa. Mulai dari adanya pemain yang menyerang ofisial keempat (denda 69 juta rupiah) dan sikap Marko Simic yang memperlihatkan pesan melalui shinguards yang digunakan saat berselebrasi gol yang diberi denda 27 juta rupiah.
Dua hukuman lain ditujukan kepada dua pemain dengan denda yang lebih berat. Daryono yang belakangan ini mengawal gawang Persija ketika Andritany cedera, dihukum larangan bermain selama enam bulan (4 Juni-3 Desember) di kompetisi AFC dan denda USD 5.000. Daryono dianggap bersalah karena protes keras kepada ofisial keempat.
Yang unik adalah hukuman untuk Ivan Carlos. Pemain asing Persija ini tidak masuk susunan pemain dalam pertandingan tersebut. Hukumannya sempat menimbulkan pro kontra dan perdebatan di media sosial, bagaimana seorang pemain yang tak terlibat dalam pertandingan bisa terkena hukuman?
Ivan Carlos dihukum karena melakukan protes kepada wasit dan ofisial keempat ketika berada di lorong menuju ruang ganti pemain saat pertandingan berakhir. Untuk itu dia didenda USD 5.000 dan dilarang bermain dalam enam pertandingan.
Apa yang menimpa PSSI dan Persija ini bisa menjadi cerminan kualitas liga kita. Liga masih belum mampu menempa seluruh stakeholder untuk bersikap profesional dan disiplin mematuhi aturan.
Kebiasaan yang menolerir berbagai kesalahan elementer di liga lokal dibawa ke kompetisi internasional. Alhasil, banyak pemain atau ofisial yang menerima hukuman ketika membela tim mereka di kompetisi internasionl.
Langkah PSSI melalui Komdis belum memberi banyak pelajaran berarti. Hal ini lantaran Komdis hanya peduli pada denda uang. Tidak ada usaha untuk melakukan pemahaman atau pendidikan pada para pemain agar lebih bisa mengontrol emosi di lapangan serta membangun sikap profesional.
Dengan uang denda yang diterima, sudah selayaknya PSSI dan Komdis memikirkan adanya langkah-langkah berarti untuk memberi pelatihan pada pemain dan ofisial terkait hal ini. Sebagai informasi, 31 Mei lalu, Komdis mengeluarkan daftar hukuman dengan denda yang mencapai 470 juta rupiah.
Uang sebesar itu rasanya cukup untuk membuat gebrakan program baru demi profesionalisme yang lebih baik di sepak bola kita.