I’m Sorry
Adlun si anak Halmahera akhirnya datang di Yogya. Konon ia dalam misi untuk gabung ke Jambore Mojok, bukan untuk menemui Mince. Gitu.
Sebelum pergi ke Jambore Mojok, Adlun memutuskan berkeliling kota. Dia senang sekali melihat keramaian di kota yang penuh kenangan itu. Beberapa wisatawan Indonesia maupun asing terlihat berlalu-lalang.
Karena terlalu asyik melihat-lihat kondisi kota, Adlun tak sengaja baku tabrak dengan bule satu.
“Duh, I’m sorry, Sir,” ujar Adlun meminta maaf.
Bule yang ditabrak Adlun pun merasa bersalah lalu menjawab, “I’m sorry too ….”
Mendengar jawaban tersebut Adlun yang memiliki kemampuan bahasa asing luar biasa menimpali, “I’m sorry three ….”
“Sorry for?”
“Sorry five.”
“Are you sick?”
“Oh, no, Sir. I’m seven.”
Toko Baru
Jambore Mojok selesai, Adlun kembali putar-putar di Yogya. Tak ia sangka, ia bertemu Yaklep, sahabat karib di kampung yang sudah lama pindah ke tanah Jawa. Adlun pun menumpang beberapa hari di kos-kosan Yaklep.
Pada satu hari tetiba Adlun bangun pagi sekali. Yaklep kaget karena hal itu sebenarnya nyaris mustahil bagi Adlun yang hidupnya mirip kelelawar.
“Weh, suanggi, kiapa pagi-pagi so mandi (wow, setan, kenapa pagi-pagi sudah mandi)? Ngana mo pi mana (situ mau ke mana)?” tanya Yaklep.
“Sa mo pi beli baju, sobat (saya mau beli baju nih, kawan).”
“Weh, di mana?”
“Ada toko di muka (depan) sana, dong (dia) jual baju murah-murah.”
“Beeeh. Di mana tu? Sa so (sudah) tinggal lama di sini tra (tidak) tahu.”
“Di muka toko dorang tulis: kaos 5.000, kemeja 10.000, jeans 15.000, jaket 20.000.”
“Ededeeeh, itu toko de pu (punya) nama apa?”
“Nggg … kalo tra salah ada tulisan di de pu muka toko, ‘LAUNDRY’.”
KFC
Malam tiba. Yaklep deng (dan ) Adlun memutuskan menghabiskan waktu untuk minum sopi. Kebetulan kiriman Yaklep dari kampung halaman baru tiba. Mabuk sudah dong dua.
Menjelang tengah malam Adlun deng Yaklep tandas akibat miras. Sopi habis, lapar pun mengadang. Bingung mau makan apa, Yaklep malah teringat iklan KFC.
“Wey, Dlun, co (coba) ngana telfon dulu KFC. Pesan suru antar kamari kong. Nanti sa bayar.”
Adlun mengangkat telepon, lalu dia putar nomor KFC.
“Haaalooo. KA-EF-CE kaaah?”
“Iya, betul,” jawab seseorang di ujung telepon.
“Wey, ngana jual ayam kaaah?”
“Iya ada, Bapak mau pesan?”
“Ah, trada, sa mau kase bakalae deng sa pu ayam (nggak, mau saya adu sama ayam saya).”
Stasiun Arah Mana
Adlun dan Yaklep akhirnya memutuskan mencari makan tak jauh dari kos. Dengan langkah gontai keduanya menyusuri jalanan. Tak lama mereka berjalan, seorang perempuan datang mendekat.
“Permisi, Mas. Boleh numpang tanya?”
Yaklep telan ludah seraya menjawab, “Oh … bisa, Ade. Tanya apakah?”
“Stasiun arah mana ya?”
“Apa?”
“Stasiun, Mas.”
“Adoh, stasiun?” Yaklep pasang muka bingung.
“Iya, Mas ….”
“Sa lupa-lupa juga. Tapi kalo sa lihat de pu muka (dia punya muka), mungkin sa kenal ….”
Ganti Rugi
Karena mabuk, Adlun dan Yaklep jalan tak keruan. Pas di tengah jalan, seorang tukang ojek tak sengaja menyambar Adlun. Ia pun tersungkur jatuh ke selokan. Tukang ojek panik lalu berhenti.
“Aduh, maaf, Mas. Mas ndak apa-apa to?”
“Weeeh, cukarica ngana! Ngana tida lihat ini?! Pokoknya bayar ganti rugi!” jawab Adlun kesal.
“Maaf ya, Mas. Maafin saya. Saya ndak sengaja.”
“Pokoknya ngana bayar. Uang sambar 1 juta, uang jatuh 1 juta, uang luka 1 juta. Total samua 3 ribu!!!”
Yaklep tertawa sejadi-jadinya.
Taat Lalu Lintas
Keesokan harinya adalah waktu bagi Adlun untuk kembali ke Halmahera. Ia duduk di dekat jendela, pas menghadap ke sayap kanan pesawat. Ketika pesawat sudah naik ke udara dan melayang-layang menembus awan, Adlun memperhatikan lampu yang menyala-nyala di ujung pesawat.
Semakin lampu berkedip-kedip dilihat, Adlun semakin penasaran. Ia tiba-tiba mengangkat tangan seraya melambai-lambaikannya, memanggil salah seorang pramugari.
“Halo, Nona Pramugari, datang sini dulu!”
“Maaf, Pak, ada yang bisa kami bantu?”
“Eeeh, Ade Nona … coba tolong ko kasi tahu pilot kalo de lupa kase mati (dia lupa kasih mati, mematikan) pesawat pu lampu sein sebelah kanan ….”