Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Malam Jumat

Kuntilanak Hijau Itu Menari Sambil Tersenyum, Salah Satu Penghuni Kos Dibawa Pergi dan Tak Kembali Lagi

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
5 November 2020
A A
Kuntilanak Hijau Itu Menari Sambil Tersenyum, Salah Satu Penghuni Kos Dibawa Pergi dan Tak Kembali Lagi MOJOK.CO

Kuntilanak Hijau Itu Menari Sambil Tersenyum, Salah Satu Penghuni Kos Dibawa Pergi dan Tak Kembali Lagi MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Cerita ini terjadi beberapa tahun yang lalu, ketika penghuni kos menghilang dibawa pergi kuntilanak hijau yang suka menari.

Desas-desus cewek cantik masuk kawasan kosan pria milik Pak Japardi santer diperbincangkan warga sekitar. Warga berkata, tindakan asusila yang melenceng dari norma harus segera ditindak. Apalagi, ini adalah kompleks kosan pria yang terkenal beradab sejak dulu. Mahasiswanya pun berasal dari kampus berbasis keagamaan. Tidak pernah ada kasus sebelumnya. Apalagi  tindakan asusila seperti ini.

Tidak ada yang mengira kalau cewek itu ternyata kuntilanak legendaris….

Pak Japardi, selaku pemilik kosan pun muntab. Dia tidak terima anak-anak kos ada yang berani bertingkah. Tapi, apa mau dikata, Bu Ety melihat sendiri seorang wanita masuk ke dalam kosan milik Pak Japardi. “Cantik banget, Pak. Kulitnya putih kayak orang Timur dan pakai gaun panjang warna hijau.”

Pak Japardi curiga pada satu nama. Adalah Toni, remaja begajulan anak Fakultas Filsafat tahun akhir. Ia anak baru bekas usiran kos sebelumnya.

“Senakal-nakalnya saya, palingan cuma onani di kamar, Pak. Serius, Pak. Saya nggak berani bawa cewek masuk kos. Saya nggak punya pacar, Pak, sungguh. Saya juga mikir-mikir kalau bawa cewek, setidaknya kosannya harus kamar mandi dalam….”

“Lha kamu kenapa diusir dari kosan sebelumnya?”

Sambil cengengesan Toni menjawab, “Nah, masalahnya, kosan saya yang sebelumnya itu fasilitasnya kamar mandi dalam, Pak.”

“Wooo, bocah edan.”

Esoknya Pak Japardi memasang CCTV. Selama ini, CCTV adalah hal yang paling Pak Japardi hindari lantaran dirinya selalu berusaha percaya sama anak-anak kos. Sejak kejadian ini, Pak Japardi, dengan terpaksa, pasang CCTV. “Untuk menghindari fitnah,” kata Pak Japardi di depan anak-anak kos.

Pergunjingan tindakan asusila di kos Pak Japardi bergulir bagai bola panas. Hingga pada akhirnya, ada lagi yang melihat cewek cantik masuk ke kos pada malam hari. Katanya, setelah wanita itu masuk, terdengar suara gamelan.

“Serius, Bu?” Tanya Pak Japardi kaget setelah mendapat laporan dari Bu Ningsih.

“Serius, Pak, ngapain bohong. Ceweknya cantik, sama kayak yang diceritain Bu Ety, pakai gaun warna hijau. Tapi, Pak….” Bu Ningsih berhenti bercerita. Dia memegang tangannya dan menggosok-gosok seperti sedang ketakutan.

“Tapi apa, Bu? Toni, ya? Masuk ke kosnya Toni, ya? Kos paling pojok itu?”

Iklan

“Bukan, Pak. Ada suara gamelan. Saya dekati to pintu pagar kosan, ternyata wanita berpakain hijau itu sedang menari di tengah halaman, Pak. Dia melirik ke saya, wajahnya pucat. Mak tratap saya lari.”

Pak Japardi merasa ada yang aneh di sini. Ada yang nggak pas. Kalau memang cewek itu dibawa salah satu anak kos, ngapain malam-malam menari di tengah halaman. “Apa ya halaman kosku itu kelihatan kayak panggung wayang orang. Ada-ada saja.”

Tapi tetap saja, rasa curiga Pak Japardi ke Toni tetap ada. Paling tidak, dia merasa harus memastikan kebenaran soal cewek masuk kosan.

Pak Japardi mengajak Toni menuju ruang tamu untuk nobar rekaman CCTV. Rekaman dimulai, berkali-kali diputar, hanya ada Bu Ningsih yang terlihat kaget dan lari tunggang-langgang.

“Ini kita mau bahas janda satu anak itu, Pak?” Tanya Toni kebingungan.

“Hush, ngawur!”

“Lha nggak ada siapa-siapa selain Bu Ningsih, Pak.”

Pak Japardi masih agak bingung, tetapi tidak lagi terlalu kaget. Memang ada yang aneh di kosnya.

Akhir pekan itu kosan Pak Japardi sepi. Beberapa anak kos ada pulang, yang lain lagi main karena libur.

Pak Japardi terus memperhatikan rekaman video. Hingga pada suatu bagian, Bu Ningsih jringat kaget dan lari macam dikejar setan. “Loh, Bu Ningsih larinya kok seperti itu?” Gumam Pak Japardi.

Ketika asyik mengamati rekaman video itu, aroma bunga melati berganti-gantian dengan bau bangkai tercium. Pak Japardi melihat ke Toni, yang sama-sama kaget karena bau asing yang tiba-tiba datang.

“Bapak cium juga?”

“Iya! Kamu juga, kan?”

Toni tidak menjawab. Aroma bunga melati dan bau bangkai itu sebetulnya tipis saja. Namun, kata orang, kalau baunya tipis, kuntilanak yang membawa aroma itu justru sangat dekat. Konon katanya, jaraknya cuma sekian milimeter saja.

Tiba-tiba saja terdengar suara gamelan. Toni njondil dan mencoba membuka pintu ruang tamu kosan. Wajah Pak Japardi pucat bukan main.

Pak Japardi yang ketakutan dan kakinya ngewel pun mencoba mengikuti Toni yang pergi ke jendela. “Pak… ada cewek, Pak,” kata Toni.

Posisi Toni dan Pak Japardi belum sampai ke jendela. Jadi, keduanya melihat kejadian itu persis dari tengah ruang tamu. Keduanya melihat seorang wanita, menggunakan gaun hijau, di tengah halaman, sedang menari mengikuti suara gamelan.

Wajah kuntilanak itu tidak terlihat karena sedang memunggungi mereka. Mulut Pak Japardi menganga, wajahnya semakin pucat.

“Bajunya… hijau,” kata Pak Japardi lirih.

Toni sebetulnya takut juga. Namun, entah kenapa dia bisa setenang itu.

“Buka saja, Pak, pintunya. Takutnya orang gila… masak Pak Japardi takut.”

Pak Japardi agak kesal dengan perkataan Toni. Pak Japardi terkenal sebagai sosok agamis di kampung. Masak takut sama kuntilanak. Malu, dong.

Dengan hati yang bergejolak, Pak Japardi membuka pintu. Kreeekkk… suara pintu yang sudah reot itu terdengar nyaring.

Kuntilanak itu tiba-tiba bergerak cepat mengarah ke Pak Japardi. Kaget, Pak Japardi terjengkang. Mata kuntilanak itu sepenuhnya putih. Dari dekat, terlihat ada bercak-bercak darah di gaunnya yang berwarna hijau.

Pak Japardi tak bisa berdiri. Kakinya lemas. Dia hanya bisa mendaraskan doa. Mendengar doa Pak Japardi, kuntilanak hijau itu malah tersenyum lalu menari. Saking takutnya melihat senyum kuntilanak yang sedang menari, Pak Japardi sampai ngompol.

Sadar doa-doanya tidak manjur, Pak Japardi memilih mengumpat. “Asu! Bajingan! Minggat!”

Toni cuma bisa melongo melihat Pak Japardi yang misuh-misuh, ngompol, dan menangis secara bersamaan. Kuntilanak hijau itu terus menari sambil tersenyum ke arah Pak Japardi. Seperti penari profesional yang sedang menghibur tuan tanah saja. Konon, kuntilanak hijau adalah seorang wanita yang mati mengenaskan.

Setelah puas menari di depan Pak Japardi, kuntilanak itu mengalihkan pandangan ke arah Toni. Kaget,  Toni bergegas lari ke arah kamarnya.

Kuntilanak hijau itu mengikuti Toni. Tidak ada lagi sosok cantik. Wajah kuntilanak hijau itu berubah menyeramkan. Lidah panjang terjulur, wajah putihnya menjadi pucat dan basah. Bau amis tercium.

Dengan cepat, Toni membuka pintu kamar kosnya. Telat. Kuntilanak hijau itu sudah dekat, lidahnya terjulur tepat di depan wajah Toni.

Anehnya, rasa takut malah tidak terlihat di wajah Toni. Toni berbisik, “Monggo… silakan masuk, Nyai….”

Kuntilanak hijau itu pun masuk ke kamar Toni yang sudah penuh dengan asap dupa. Toni dan suara gamelan hilang.

Pak Japardi menyaksikan pemandangan itu dengan mata terbelalak. Dia tidak percaya dengan apa yang terjadi. Bingung dan takut jadi satu.

Hingga kini, Toni menghilang dan belum ditemukan. Kamar penuh asap dupa itu tiba-tiba bersih. Tidak ada lagi bau melati dan bangkai. Tidak ada lagi suara gamelan.

Kos-kosan itu masih buka sampai sekarang. Tidak ada lagi gangguan. Tidak ada lagi keanehan. Satu-satunya perasaan aneh yang tertinggal di antara penghuni dan pemilik kos adalah nasib Toni setelah masuk ke kamar bersama kuntilanak hijau itu.

*Cerita ini berdasarkan kisah nyata, yang dituturkan kembali dengan bahasa penulis atas seizin yang punya cerita dengan sedikit bumbu-bumbu drama.

BACA JUGA Penampakan Kuntilanak Hantu Goyang di Rumah Pakdhe dan kisah mistis lainnya di rubrik MALAM JUMAT.

Terakhir diperbarui pada 25 Februari 2021 oleh

Tags: cerita hororkoskuntilanakkuntilanak hijauMalam Jumat
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Bercita-cita menjadi pelatih Nankatsu. Mahasiswa filsafat.

Artikel Terkait

3 Keunggulan Tinggal di Kos Campur yang Jarang Disadari Banyak Orang Mojok.co
Pojokan

3 Keunggulan Tinggal di Kos Campur yang Jarang Disadari Banyak Orang

8 September 2025
Kuliah di PTN Malang termakan gengsi. Sewa kos mahasiswa mahal ber-ac demi gaya, sementara orangtua di rumah hidup serba sekadarnya MOJOK.CO
Ragam

Anak Kuliah di PTN Malang Sewa Kos Mahal Ber-AC demi Gengsi dan Hidup Enak, Sementara Ortu Hidup Ala Kadarnya

24 Agustus 2025
Toko Buah Horor di Sudut Kota Jogja MOJOK.CO
Malam Jumat

Toko Buah Horor di Sudut Kota Jogja: Tentang Sosok Hantu Perempuan yang Muncul dari Tempat yang Tidak Terduga

22 Mei 2025
Asrama Horor di Sudut Magelang MOJOK.CO
Malam Jumat

Asrama Horor di Sudut Magelang: Tentang Bisikan Dingin yang Tidak Terjawab

6 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.