Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Rentenir Fintech, Cara Cari Untung dari Orang Susah yang Menyebalkan

Ester Pandiangan oleh Ester Pandiangan
24 Februari 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Zaman berganti, lembaga peminjaman uang berganti wajah lebih canggih dan kadang lebih jahat. Salah satunya financial technology alias fintech namanya.

Saya merupakan orang yang mengharamkan diri dari segala bentuk pinjaman atau utang. Saya lebih memilih membayar tunai atau debit. Ya lebih masuk akal aja bagi saya. Ini juga jadi sebab kenapa saya selalu mengabaikan tawaran kartu kredit dari bank.

Bisa jadi pengalaman orang-orang terdekat yang terlilit utang bunga pinjaman membuat saya punya kebiasaan seperti ini. Sekira tahun 2000-an kakak laki-laki saya terlilit utang kartu kredit yang membuat hidup kami sekeluarga dirongrong oleh debt collector.

Seperti serial killer, si penagih utang ini terus meneror keluarga kami dan mengatakan hal-hal yang jahat. Mengancam, mengumpat segala jenis kebun binatang sampai-sampai mengatakan akan mendatangi almarhum ayah kami yang menurutnya bakal masuk neraka karena anaknya terlibat utang!

Jujur, kami sekeluarga stres dan dihimpit ketakutan setiap kali ada dering telepon. Bahkan keluarga kami sempat memutus sambungan telepon supaya terhindar dari teror tagihan lewat telepon.

Namun, debt collector selalu punya cara lain menjatuhkan mental dan emosi dengan mendatangi rumah dan menunggu di depan rumah. Mereka nggak akan pergi sampai salah satu anggota keluarga keluar.

Beberapa tahun berlalu, kami akhirnya terlepas dari neraka teror debt collector kartu kredit. Tentu setelah berusaha mati-matian. Zaman lalu berganti, lembaga peminjaman uang berganti wajah lebih canggih. Financial technology (fintech) namanya.

Semua orang sekarang punya gadget dan dengan mudah bisa mengunduh aplikasi fintech. Buat siapa saja yang sedang kepepet, tanpa ribet, dana tunai segera dikucurkan ke rekening. Namun kemudahan yang diperoleh diiringi dengan bunga yang mencekik. Ada yang per hari, per 14 hari, per bulan, sesuka si aplikasi fintech saja.

Makanya jangan heran kalau utang fintech dari Rp500 ribu bisa berbunga sampai puluhan juta!

Saya miris mendengar kabar seorang supir taksi bunuh diri karena terjerat hutang online. Padahal yang dipinjamnya hanya Rp500 ribu. Dan dia membuat surat wasiat yang bikin tulang jantung saya ngilu, “Wahai para rentenir online, kita bertemu nanti di alam sana.”

Nama-nama fintech seperti Kantong Darurot, UwangTeman, RupiyahPlus, nama-nama yang bersahabat, meneduhkan seolah menjanjikan solusi. Namun, sekali kamu undur membayar tagihan, saya jamin kehidupanmu bakal hancur.

Kalau zaman dulu debt collector hanya akan mencecar di telepon, debt collector-nya fintech ini punya cara yang lebih canggih supaya nominal tagihannya dibayar yaitu MEMPERMALUKAN si peminjam.

Secara berkala aplikasi online akan mengontak daftar kontak si peminjam dan mengirimkan pesan; “Bayarkan tagihan ibu X 081xxxxxxx di APK Kantong Darurat karena beliau mencantumkan Anda sebagai kontak penanggungjawabnya.”

Padahal tentu saja si peminjam tidak mencantumkan nomor siapa-siapa sebagai penanggung-jawab utangnya.

Iklan

Pesan ini dikirimkan secara massal dan acak, jadi bisa diterima oleh siapa saja yang nomor kontaknya tersimpan di gadget si peminjam. Bisa anggota keluarga, teman kuliah, termasuk atasan si peminjam.

Kejinya, aplikasi fintech ini bisa saja tega mengontak atasan si peminjam dan menagih utang ke si bos. Kabar tentang utang ini bakal menyebar luas di kantor dan bukan tak mungkin menjadi cibiran setiap hari.

Bisa dibayangkan, bagaimana dari sesuatu yang disangka solusi malah menjadi bencana bola es yang menghilangkan kualitas hidup seseorang. Stres, depresi, bahkan ada kasus sampai bunuh diri gara-gara bunga utang yang nggak manusiawi.

Dalam Peraturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan Data Konsumen Jasa Keuangan dan Peraturan Menteri (Permen) Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Nomor 20 Tahun 2016 terangkum tentang perlindungan data pribadi dalam sistem elektronik.

Terus? Yah, jelaslah aplikasi peminjaman online melanggar batas-batas pribadi dan upaya mencari keuntungan dari orang-orang kepepet!

“Kamu pindah gih, kok kayaknya aplikasi fintech ini ‘memeras’ ya?” saran saya ke seorang teman yang bekerja di aplikasi fintech.

“Iya, ini mau pindah doakan ya,” jawab si teman.

“Sebaik-baiknya bekerja ya kerjalah di tempat yang membantu orang jangan ‘membantu’ tapi malah menjerat,” kata saya lagi—bukan dalam rangka sok bijak.

Baru kemudian teman saya cerita, awalnya dia mengira kalau start up tempat dia bekerja punya misi sosial yang mengarahkan produknya ke pinjaman usaha mikro. Jadi niatnya memang untuk membantu tapi ternyata malah menghancurkan hidup orang yang udah kepepet.

Dari teman saya ini juga saya tahu bahwa dulu bunga peminjaman di tempatnya bekerja mencapai 1% per hari dengan tenor 10-30 hari. Sekarang-sekarang ini turun jadi 0,8 % per hari karena OJK baru memberikan teguran.

Melihat hal demikian, saya rasa sudah sewajibnya pemerintah, badan keuangan, atau lembaga apapun itu, melakukan tindakan keras pada rentenir-rentenir ini.

Mungkin benar, si pemilih utang juga salah karena mau-maunya berutang di lembaga-lembaga fintech yang memberi bunga dan denda pinjaman yang tak masuk akal.

Namun, itu semua karena rata-rata peminjam memang merupakan kelompok menengah ke bawah yang—kebetulan—tidak mendapatkan akses pendidikan yang mumpuni soal pinjam-meminjam. Dan jelas kondisi mereka kebanyakan memang sangat terdesak.

Kok ya, cari uang dari kesusahan orang lain sih? Plis deh.

Wahai para karyawan aplikasi online yang membaca tulisan ini. Bisakah kalian membayangkan berada di situasi almarhum supir taksi yang bunuh diri tadi? Atau punya anggota keluarga yang ditekan secara mental dan dipermalukan di lingkup pekerjaannya? Menjadi stres dan depresi?

Tapi, bentar, bentar, kok malah saya yang emosinal gini ya?

Yah, emosi lah, sebab saya merupakan salah satu penerima SMS tagihan rentenir bejat ini.

 

Terakhir diperbarui pada 25 Februari 2019 oleh

Tags: bungadebt collectorfintechpinjamanrentenirutang
Ester Pandiangan

Ester Pandiangan

Artikel Terkait

Shopee Paylater: Menguntungkan Seller, tapi Bikin Keuangan Pengguna Hancur, Siap-siap Gagal BI Checking! promo paylater
Liputan

Shopee Paylater: Menguntungkan Seller, tapi Bikin Keuangan Pengguna Hancur, Siap-siap Gagal BI Checking!

25 Juni 2024
Saya Tinggal di Babarsari, Ngekos Bareng Debt Collector (DC) di Jogja, dan Saya Takut Sekaligus Merasa Terlindungi.MOJOK.CO
Ragam

Saya Tinggal di Babarsari, Ngekos Bareng Debt Collector, dan Saya Takut Sekaligus Merasa Terlindungi

20 Juni 2024
Suharto Pernah Memberlakukan Student Loan yang Berakhir Kegagalan: Banyak Kredit Macet di Jogja karena Pemerintah Nggak Bisa Jamin Lapangan Kerja.MOJOK.CO
Kampus

Student Loan Adalah Skema Perbudakan Modern, Solusi Gila yang Bikin Masyarakat Indonesia Dicekik oleh Utang!

23 Mei 2024
Cerita Debt Collector yang Tobat dan Memilih Keluar Gara-gara Tak Tega Melihat Nasabah Kena Musibah tapi Dipaksa Membayar Angsuran
Ragam

Cerita Debt Collector yang Tobat dan Memilih Keluar Gara-gara Tak Tega Melihat Nasabah Kena Musibah tapi Dipaksa Membayar Angsuran

17 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.