Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Bapak Saya Seorang Dukun: Sebuah Cerita, Sederet Tanya

Eni Siti Nurhayati oleh Eni Siti Nurhayati
3 Oktober 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Bagaimana rasanya punya bapak yang ahli dalam ilmu supranatural? Orang boleh sebut sebagai paranormal, tapi kalau mau disebut dukun, saya bisa apa?

Satu hal yang tidak bisa saya pungkiri dari kehidupan ini adalah saya terlahir dari seorang bapak ahli klenik atau bahasa ilmiahnya; ahli supranatural. Bapak merupakan orang kejawen yang beragama Islam. Jadi selain mengamalkan ajaran agama yang dianut, Bapak juga mengamalkan kemampuan yang nyeleneh.

Saya tak tahu persis apa sebutannya, tapi barangkali bisa disebut Bapak sukses mengembangkan indra keenam versi Jawa-nya. Kalau kalian mau bilang Bapak saya adalah seorang dukun, barangkali saya juga tidak bisa protes.

Berkali-kali saya membuktikan sendiri kemampuan dukun bapak saya ini. Pengalaman masa sekolah, tiap mau ujian biar saya tidak gugup ketika mengerjakan soal ujian. Sebelum berangkat saya akan diberi air putih dalam gelas yang rasanya asin. Ya dikasih garam pastinya. Uniknya, hal semacam itu saya alami sampai lulus kuliah.

Nah, satu hal yang masih saya hafal adalah bacaan tiap mau meminum ramuan ini. Sesudah membaca Surat Al-Fatihah dan bacaan shalawat sebanyak tiga kali, saya akan disuruh merapal ini:

Mbah Slamet rama ibu Mbah slamet ingkang njangkungi guwa garba kula, nyuwun edi pangestunipun supados kekarepan kula saged kasembadan.

Setelah dilafalkan, lalu lanjut dengan menghentakkan kaki kiri ke tanah sebanyak tiga kali.

Itulah mengapa saya juga tidak akan bisa menjawab apakah kemampuan saya sendiri yang selalu membuat saya jadi peringkat satu mulai bangku SD sampai bangku kuliah? Atau karena ada andil juga dari bacaan aneh-aneh ala dukun itu? Yang  saya tahu setelah membaca semacam mantra itu hati ini jadi mantap menghadapi segala macam ujian. Entahlah.

Di samping kegiatan rutinnya selaku abdi negara, Bapak tiada henti menerima tamu yang meminta pertolongan. Mulai dari barang hilang, masalah rumah tangga, sampai minta doa supaya arisan cepat keluar. Wow.

Saya dengan setia akan duduk manis di samping Bapak, karena disuruh Ibu untuk menerima sekadar uang terima kasih dari para tamu. Alasannya sederhana, karena Bapak nggak pernah mau menerima amplop berisi uang dari tamu-tamu yang minta pertolongan tersebut.

Nah, kemampuan Bapak kemudian semakin berkembang saat saya ikut tes pegawai negeri. Tahu sendiri, kan? Tes pegawai negeri itu cukup berat karena harus berkompisi dengan ribuan pesaing lainnya. Beredar semacam celetukan di masyarakat saat itu bahwa kalau ingin jadi pegawai harus memiliki satu di antara empat D, yakni: drajat (jabatan/tahta), dulur (saudara), dhuwik (uang), dan dukun.

Sedangkan saya? Dengan berbekal ijazah, doa, dan melakoni syarat dari Bapak, Alhamdulillah saya bisa lolos dalam sekali tes. Memang apa syarat dari Bapak saat itu? Selain merapal bacaan di atas, saya juga diharuskan membalik kaus dalam yang sedang saya pakai ketika tes. Benar-benar di luar akal sehat sih, tapi ya bagaimana? Nyatanya saya lolos betulan. Saya pun tidak risih jika dikatakan bahwa saya menjadi pegawai dengan jalur D yang kedua dan keempat. Alias dulur dan dukun.

Begitulah. Tiap kali saya berurusan dengan sistem kepegawaian di tempat saya bekerja, saya jadi terbiasa untuk mendahulukan meminta syarat dulu dari Bapak. Seperti misalnya akan mengajukan kenaikan tingkat. Berkas yang sudah saya kumpulkan akan “disyarati” dulu oleh Bapak supaya lancar dan nggak kembali harus direvisi karena satu dan lain hal. Diwenehi pemanis, begitu istilahnya kalau tidak salah.

Bahkan ketika saya mengurusi mutasi antarkabupaten pun trik pemanis itu juga yang saya pakai. Maklum saja kan, mutasi tanpa penggantian selalu berkonotasi memakai uang pelicin. Ya isunya sih begitu. Untuk saya, selama saya jadi pegawai, saya nggak pernah pakai hal begituan, ya syukurlah. Gara-gara keseringan mutasi, saya ini tergolong sebagai pegawai kutu loncat. Selama 20 tahun jadi pegawai, saya sudah mengalami mutasi atas permintaan sendiri sebanyak lima kali.

Iklan

Memang apa saja ritual yang harus saya lakukan saat mengajukan mutasi?

Biasanya, awal pengajuan kan saya harus menghadap pimpinan untuk memperoleh lolos butuh. Nggak hanya satu orang, kalau antar kabupaten malah harus menemui banyak orang. Nah, saat menghadap itulah saya harus mengikuti hitungan naga dina dan hari baik dari bapak. Kapan saya harus menghadap, pukul berapa, bahkan sampai detail remeh semacam posisi arah duduk atau posisi badan selepas turun dari sepeda motor semua diatur! Urut dan runtut saya ikuti.

Rapalan mantra yang saya pun ditambah dari semula: Mbah Slamet rama ibu Mbah slamet ingkang njangkungi guwa garba kula, nyuwun edi pangestunipun supados kekarepan kula saged kasembadan.

Ditambah jadi: Mbah Mulyorejo Raden Musthofa Mbah Waliagung Mbah Demang Ponorogo jabang bayine bapak/ibu… saged manut dhumateng kula. Bapak/ibu … paring welas dhumateng kula. Sungguh, kalau saya ingat-ingat lagi kejadian tersebut saya sering terpana tak percaya.

Meski begitu, pernahkah saya abai terhadap kemampuan supranatural Bapak tersebut? Oh, jangan salah, saya pernah menolak alias tidak nurut dengan instruksi Bapak saya.

Saya pernah melarikan diri dari kekangan ilmu Bapak karena saya dilarang untuk menikah dengan pacar saya. Memangnya apa kata Bapak? Katanya, dilihat dari sudut mana pun pacar saya ini tidak berjodoh dengan saya.

Baik dari weton (hari lahir), arah rumah, dan arah kota. Menurut hitungan Bapak, pacar saya tidak baik untuk saya. Karena hal itu, saya pun melakukan aksi mogok bicara dengan Bapak sampai tiga bulan. Bapak pun luluh dan merestui pernikahan saya dengan syarat membuang ayam jago di setiap sungai besar yang nanti akan dilewati rombongan temanten. Oke deh, beres.

Setelah kejadian tersebut saya semakin menjauh dari kehidupan dan cara lelaku Bapak. Saya berusaha melepas semua kekangan rapal-rapal yang diajarkan Bapak pelan-pelan. Saya katakan setelahnya, berulang dan terus-menerus bahwa semua hal-hal tersebut bisa jadi membuat segala capaian saya ini jadi masuk kategori syirik kepada Allah.

Oleh karena itu, saya sangat akan membuktikan bahwa kemampuan Bapak ini salah. Salah satu yang saya lakukan adalah menikah dengan calon yang tidak direstui oleh Bapak.

Sampai kemudian prahara di usia pernikahan ke-15 yang tidak bisa saya cegah terjadi. Keluarga saya kolaps, hancur berantakan. Tiada tempat berlari selain kepada keluarga. Apa yang pernah ditakutkan oleh Bapak benar-benar terjadi. Cinta suami saya ternyata beralih ke lain hati.

Hal yang membuat saya jadi semakin bingung, siapa yang benar di antara kami selama ini? Saya yang ingin lepas dari kekuatan ilmu Bapak atau justru bapak saya?

Terakhir diperbarui pada 2 Oktober 2018 oleh

Tags: Al-FatihahalhamdulillahAllahbapakdukunijazahmutasipacarparanormalpegawa negerishalawatsupranaturalsyiriktesuang pelicinujian
Eni Siti Nurhayati

Eni Siti Nurhayati

Artikel Terkait

Sesal dulu bersikap kasar hingga menghina bapak. Kini ditampar realitas di perantauan dan mewak tiap pulang ke rumah MOJOK.CO
Ragam

Sesal Dulu Sering Kasar dan Hina Bapak, Kini Sadar Cari Duit di Perantauan dan Berkorban untuk Keluarga Tak Gampang!

28 Oktober 2025
Makna Khodam dalam Perspektif Islam dan Kejawen
Video

Makna Khodam dalam Perspektif Islam dan Kejawen

3 Agustus 2024
Peristiwa Banyuwangi Berdarah: Sejarah Kelam Tragedi Pembantaian Dukun, Kiai, dan Santri
Video

Peristiwa Banyuwangi Berdarah: Sejarah Kelam Tragedi Pembantaian Dukun, Kiai, dan Santri

5 April 2024
Kampus

Perdebatan Sarjana vs SMA di Dunia Kerja Harus Disudahi, Nyatanya Sarjana Memang Lebih Unggul dan Lebih Untung

5 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman

13 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.