Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Saudaraku, Tak Bisakah Kita Bersaudara Dalam Satu Jenis Islam Saja?

Esty Dyah Imaniar oleh Esty Dyah Imaniar
25 Februari 2016
A A
Saudaraku, Tak Bisakah Kita Bersaudara Dalam Satu Jenis Islam Saja?

Saudaraku, Tak Bisakah Kita Bersaudara Dalam Satu Jenis Islam Saja?

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Saudaraku, pernahkah kamu merasa menjelaskan identitas keagamaan menjadi sama repotnya seperti menjelaskan orientasi seksual yang tidak berterima di masa kini?

Untuk kamu ketahui, saya cukup sering direpotkan dengan pertanyaan bernada “Kamu Islam apa?”.

Kali pertama saya disodori pertanyaan begituan secara intens adalah ketika saya ngaji pluralitas agama di Amerika. Sengaja saya katakan Pluralitas Agama, meskipun secara tertulis programnya bernama Pluralisme Agama.

Pertama, selain karena perbedaan persepsi di sana dan di sini, saya bosan selalu disangka muslimah korban cuci otak Amerika kader sekularis-pluralis-liberalis. Kedua, saya sudah tidak lagi berbangga dengan identitas US Alumni untuk program itu.

Saya yang culun ini memang sempat merasa hebat bisa mempelajari toleransi dan pluralitas keagamaan langsung di Amerika. Padahal kalau mau keliling Nusantara, begitu banyak situs kebhinekaan yang bisa dipelajari. “Ngaji toleransi kok di Amrik,” kata kawan-kawan meledek.

Saudaraku, hampir seminggu ini saya hidup bersama puluhan santri pilihan se-Jogja Solo dalam rangka workshop menulis. Saya ikut sebagai panitia kegiatan setelah mendapat tawaran dari Kyai Anick HT. Tema workshop tersebut adalah Islam dan Kekerasan, dengan menonjolkan peran #SantriAdalahKoentji untuk menebarkan Islam rahmatan lil alamin melalui tulisan.

“Gue banget nih!” pikir saya seketika usai membaca TOR. Maka dengan berbekal semangat belajar dan mencari jodoh, saya pun berangkat ke Solo. Dan karena 99,99% peserta dan panitia berlatar belakang Nahdliyin, saya merasa akan aman dari pertanyaan “Kamu Islam apa?”.

Tetapi, sialnya, justru ketika menjadi 0,01% yang bukan Nahdliyin itulah pertanyaan annoying di atas terus muncul.

Sebagai satu-satunya panitia sekaligus peserta yang bukan santri (kecuali Pesantren Kilat bisa menjadikan saya santri), selalu ada dahi-dahi yang mengernyit ketika saya menyebut “Alumni UNS” dalam perkenalan, tanpa identitas ponpes tertentu.

Untungnya kita sama-sama membaca Mojok, sehingga kecanggungan itu bisa dipersatukan dengan membicarakan Mbak Kalis Mardiasih, yang menjadikan identitas “Alumni UNS saja” tidak terlalu salah untuk menjadi bagian kegiatan ini (meskipun Mbak Kalis belum menjadi alumni sih—mari kita mendoakannya).

Tetapi tentu saja Mbak Kalis tidak serta merta menyatukan kita begitu saja, sebab dalam waktu yang lain, pembahasan jilbab a’la Mbak Kalis justru menjadikan kita kembali berjarak.

Saudaraku, sungguh sebenarnya saya merasa terganggu ketika kalian membahas “para wahabi yang sibuk mengurusi jilbab panjang atau busana syar’i hanya untuk jualan baju”. Saya memang berjilbab lebar dan jualan gamis, tetapi apakah itu lantas menjadikan saya bagian dari Wahabi—yang dalam bahasan kalian diasosiasikan dengan Islam yang tidak rahmatan lil alamin?

Apakah pernah saya ribut-ribut soal para santriwati yang ukuran jilbabnya tidak selebar saya? Atau para santri yang celananya tidak di atas mata kaki? Atau pada penggunaan rok versus celana? Pernahkah saya menjadi menyebalkan dengan obrolan tampilan visual yang begitu-begitu saja?

Justru saya sedih, ketika pada pagi hari saya hendak senam menggunakan celana training berlapis rok, ada yang mempertanyakan kenapa saya berpenampilan demikian. “Pakai celana saja lah, kan mau olahraga,” katamu karena kita hanya akan melakukan Senam Pinguin yang geje itu. Tapi dia tentu tak pernah tahu betapa saya sudah terbiasa menggunakan rok sekalipun untuk memanjat pohon rambutan di samping rumah.

Iklan

Saya juga sedih ketika para santri dan santriwati boleh saling mengatupkan tangan ketika bersalam-salaman sambil bersholawat, namun ketika tiba pada giliran saya kamu berujar, “Kan kamu bukan santri, jadi boleh salaman.” Sementara jika saya memilih tidak bersalaman, saya justru dibandingkan dengan anak Kyai yang mau bersalaman.

Cobalah kalian mengerti, ada manusia-manusia yang begitu mudah baper hanya karena disalami atau ditatap begitu dalam. Daripada saya baper dan menyusahkan hidup kalian, biarlah saya tidak bersalaman. Toh kita masih bisa Senam Pinguin bersama kan?

“Dari nama WhatsApp-nya, kukira dia mbak-mbak hijaber gaul modis, ternyata modis syar’i,” katamu kecewa. Mungkin dalam hati kalian mengira saya Wahabi karena jilbab lebar dan gamis longgar, sebelum saya mulai jualan memperkenalkan nilai-nilai perdamaian yang saya tuangkan dalam desain gamis.

Uh, betapa tabayyun bukanlah hanya untuk portal berita hoax.

Saya jadi takut, jangan-jangan kalau saya hadir sebagai muslimah bercadar, kalian juga akan langsung menjaga jarak dengan saya?

Ketika biasanya kalian para santri menjadi minoritas di antara girlband hijab, kalian tentu risih ketika mereka mempertanyakan tampilan kalian yang dilabeli “tidak syar’i, pemahaman kurang”, dsb. Padahal bisa jadi jumlah kitab yang kalian baca jauh lebih banyak dari mereka.

Tetapi, memang begitulah mentalitas mayoritas: sesuatu yang berbeda dari narasi mereka juga sudah pasti “perlu disesuaikan”.

Jujur saja, Saudaraku, dalam hal mentalitas mayoritas tadi, kalian  sama menyebalkannya dengan para girlband hijab itu.

Oh ya, dari tadi saya terus menyebut kalian Saudaraku, padahal belum tentu saya diterima sebagai Saudara kalian,  sebab saya kan bukan santri, juga bukan Nahdliyin.

Sungguh saya tak tahu, salahkah saya yang merasa begitu takdzim pada kepemimpinan Sang Kyai dengan juga mengagumi Sang Pencerah? Salahkah saya yang bergetar hatinya ketika mendengar sholawat Gus Dur dan juga menikmati puisi-puisi Rumi? Salahkah saya yang menyukai pemikiran Gus Mus sekaligus mengagumi keluasan pandang Salim A. Fillah? Begitu berdosakah saya yang sejak kecil ber-qasidah dengan lagu-lagu Haddad Alwi–yang katanya Syiah–lalu ketika besar menjalin pertemanan rumpi syahdu dengan Ukhti Fatimah Zahrah yang berbangga sebagai Ahmadi?

Saudaraku, tidak bisakah kita tetap bersaudara, sekalipun saya hanya menyebut identitas saya sebagai Islam saja, bukan Islam NU, Islam Muhammadiyah, Islam PKS Tarbiyah, Islam HTI, Islam Sufi, Islam Sunni, Islam Syiah, atau Islam Ahmadi?

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: Hari SantriIslampluralisme
Esty Dyah Imaniar

Esty Dyah Imaniar

Artikel Terkait

Dinamika Politik di Masjid Istiqlal dan Fenomena Muslim Tanpa Masjid
Video

Dinamika Politik di Masjid Istiqlal dan Fenomena Muslim Tanpa Masjid

30 Maret 2025
Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern
Video

Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern

15 Maret 2025
Makna Khodam dalam Perspektif Islam dan Kejawen
Video

Makna Khodam dalam Perspektif Islam dan Kejawen

3 Agustus 2024
mahasiswa surabaya kuliah di iran.MOJOK.CO
Kampus

Mahasiswa Asal Surabaya Nekat Kuliah di Iran, Rasakan Negara yang Dicap “Mengerikan” Ternyata Membuat Nyaman, Hidup Sebulan Modal 500 Ribu

30 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
ugm.mojok.co

UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

20 Desember 2025
Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.