MOJOK.CO – Kepada saudaraku di Solo, apa gunanya pariwisata yang romantis, ketika warga Jogja di dalamnya hidup meringis?
Kata leluhur, niat baik saudara harus didukung. Bukan dihalang-halangi, apalagi malah iri hati. Inilah yang saya rasakan ketika mendengar niat baik dulur Solo. Saudara tua Jogja ini punya niatan untuk hidup lebih baik. Niatan untuk menjadi destinasi wisata baru yang menyalip Jogja. Tapi wajar sih. Toh semua daerah ingin berlomba menjadi destinasi wisata baru. Karena sektor ini terlihat menjanjikan di atas kertas.
Tentu warga Jogja tidak boleh merasa tersaingi. Ingat, Mataram is Love! Sebagai saudara kandung bumi Mataram, sudah sepatutnya Jogja mendukung niat saudara tua ini. Apalagi Jogja lebih senior daripada Solo kalau urusan wisata.
Jadi, selain mendukung, sudah sewajarnya Jogja ikut berbagi pengalaman selama menggenjot sektor pariwisata. Bukan hanya pengalaman pembangunan dan beautifikasi saja, tapi juga bagaimana rakyat hidup dalam ekosistem wisata.
Oleh sebab itu, dengan penuh rasa hormat, saya mau menyapa dulur-dulur Solo. Menyapa Anda semua yang sedang bersorak dalam euforia pembangunan pariwisata. Dan dengan hormat, saya ingin sedikit cerita tentang hidup di dunia pariwisata. Bukan menggurui, tapi ngudo rasa serta mulat sarira. Pasti warga Solo tidak asing dengan ungkapan ini.
Pariwisata memang menjanjikan
Industri pariwisata tidak pengap seperti pabrik semen. Tidak juga berbahaya seperti tambang. Pariwisata menawarkan hidup romantis dan penuh estetika. Karena yang disasar adalah rasa dalam hati wisatawan. Apalagi kalau bercermin pada Jogja. Pasti akan merasa iri dengan “Rindu, pulang, dan angkringan.”
Tapi saya yakin dulurku sering mendengar suara sumbang di Jogja. Suara kesesakan dan juga kemarahan warganya. Dulurku, jangan sampai kalian berakhir seperti ini. Jangan sampai kalian mengulangi masalah yang kini menghantui Jogja.
Kepentingan pariwisata akan sering bergesekan dengan kepentingan warga. Dan pembangunan berdoktrin pariwisata akan sering meninggalkan masyarakatnya.
Baca halaman selanjutnya
Jangan terbuai, jangan sampai jadi tumbal