Traktiran gratis parkir itu ide unik, tapi tidak menjawab permasalahan yang ada
Pertama, ini memang ide yang unik. Bayangkan saja, ada pemerintah daerah, menggratiskan sesuatu yang menjadi salah satu pendapatan mereka, yaitu parkir. Ya walau cuma sehari, sih, tapi pendapatan kota dalam sehari ini nggak sedikit. Tapi ide ini bakal jadi unik dan keren jika kenyataan di lapangan, atau sebut saja persoalan parkir di Kota Malang, ini sudah beres.
Ini yang jadi masalah, dan jadi bahan sambat warga Malang. Apa yang dilakukan oleh Pemkot Malang dengan memberi traktiran parkir gratis pada 1 April 2024 ini tidak menjawab, apalagi menyelesaikan masalah yang selama ini ada, dan memberatkan warga. Akhir-akhir ini, persoalan mengenai parkir memang jadi perhatian banyak warga.
Warga Malang sudah paham gimana brengseknya persoalan parkir ini. Parkir liar ada di mana-mana. Hampir di semua Indomaret/Alfamart ada parkirnya meskipun sebenarnya gratis. Di ATM ada parkirnya. Bahkan di trotoar tempat pedagang kaki lima juga ada. Hampir semuanya itu parkir liar. Ada parkir yang sebenarnya liar tapi mengaku resmi, tukang parkirnya pakai rompi, tapi ketika diminta karcis malah tidak nggak ngasih. Ketika hal ini diadukan ke Pemkot, eh pihak Pemkotnya malah diam aja, nggak segera ditindak.
Makanya, aneh ketika Pemkot Malang bikin traktiran parkir gratis sedangkan kenyataan di lapangan masih sangat jauh dari kata beres. Alih-alih beresin parkir, ini malah bikin gimmick parkir gratis. Udah cuma sehari, nggak di semua tempat pula.
Ibaratnya seperti bos sebuah kantor yang tidak bisa bayar gaji karyawan. Tapi, dia malah menganggarkan makan siang dan kopi gratis di kantor tapi cuma sehari saja! Ngapain? Bayar gaji karyawan dulu, dong!
Beresin dulu masalah parkir di Kota Malang. Kalian, Pemkot Malang, sudah disambati bolak-balik oleh warga soal masalah parkir ini. Nggak perlu bikin gimmick semacam traktiran parkir gratis. Itu nanti saja ketika persoalan parkir liar di Malang sudah beres. Ayolah, coba mikir yang tertib dan runut gitu, lho.
Kota Malang dan Pemkotnya yang tidak berhenti aneh
Saya dan mungkin semua warga Malang tahu bahwa Pemkot itu diisi oleh orang-orang pintar, berpendidikan tinggi, dan beradab yang seharusnya bisa membuat kebijakan yang benar serta masuk akal. Tapi nyatanya itu tidak terjadi, terutama dalam beberapa tahun terakhir ini. Kebijakan Pemkot malah aneh-aneh.
Mulai dari proyek penataan kawasan Kayutangan Heritage yang entah gimana itu konsepnya, hiasan lampu di trotoar Kayutangan yang “nyontek” Jogja, rekayasa lalu lintas yang malah semakin bikin macet, hingga soal parkir liar yang nggak beres-beres dan “hadiah” traktiran parkir gratis. Kebijakan-kebijakan tersebut seakan dibuat dengan asal-asalan saja, asal njeplak, asal nyocot, minim riset, tapi anggarannya minta yang besar.
Kalau kayak semacam ini terus, nggak salah kalau banyak orang menganggap Kota Malang itu kota aneh. Tidak hanya oleh warganya sendiri, tapi juga oleh orang lain yang bukan warga lokal. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti kota ini akan berada di level yang sama dengan Depok. Sama-sama aneh dan sama-sama menjadi bahan bercandaan dan ejekan. Aduh, amit-amit.
Nah, balik lagi soal “hadiah” traktiran” parkir gratis pada 1 April 2024, saya sih tidak berharap apa-apa, ya, dengan program atau gimmick ini. Saya cuma berharap di usianya yang ke-110, Kota Malang sadar apa yang selama ini jadi masalah dan keresahan. Semoga agar Pemkot bisa sadar bahwa apa yang selama ini mereka lakukan, terutama soal parkir, tidak pernah menjawab dan menyelesaikan masalah sebenarnya.
Yah, kita memang cuma bisa berharap. Saya sudah capek sambat dan marah-marah ke Pemkot Malang, terutama soal parkir ini. Kalau kata orang Jawa, mereka ini tambeng, atau angel kandanane, untuk tidak mengatakan mereka bebal!
Penulis: Iqbal AR
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.