Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Tiga Pengelana, Petunjuk Mimpi, dan Sepotong Roti

Irfan Afifi oleh Irfan Afifi
2 Juni 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Di tengah gurun pasir mereka menyadari, perbekalan mereka hanya menyisakan sepotong roti dan beberapa teguk air. Mereka memutuskan untuk meminta Tuhan lewat petunjuk mimpi untuk menentukan siapa yang berhak memakan makanan terakhir itu.

Syahdan di sebuah wilayah yang tak diceritakan nama tempat dan waktu kejadiannya, seseorang pengelana berjalan terseok-seok di tengah padang pasir yang panas dan kering. Ia yang terlihat keletihan itu tiba-tiba melihat beberapa pohon kurma tumbuh tak begitu jauh. Demi pemandangan itu, langkahnya dipercepat. Dalam hatinya ia berpikir bahwa setelah perjalanan yang meletihkan tersebut, akhirnya ia bisa berhenti sejenak. Terbayang betapa nyamannya berteduh dan tidur di bawah pohon kurma untuk beberapa saat.

Menjelang tiba di tempat yang dituju, pemuda tersebut melihat ada dua pemuda lain telah mendahuluinya berteduh sana. Mereka tampak tengah duduk-duduk santai. Ia pun memutuskan bergabung. Tak butuh waktu lama, tiga orang ini sudah terlibat sebuah percakapan yang akrab dan hangat.

Dalam riuh rendah percakapan mereka, mereka akhirnya tahu bahwa ketiganya sama-sama pengelana yang telah melakukan perjalanan berhari-hari. Ketiganya segera akrab dan kemudian saling berbagi pengalaman masing-masing. Mereka pun juga berbagi cerita suka duka sepanjang pengelanaan.

Pertemuan itu melahirkan kesepakatan di antara ketiganya untuk berkelana bersama. Mereka juga bersepakat untuk menggabungkan seluruh perbekalan makanan masing-masing menjadi milik bersama. Itulah ungkapan rasa solidaritas dan kebersamaan pengelana menghadapi perjalanan berikutnya.

Hari berganti hari, bulan baru muncul dan terbenam. Telah banyak tempat mereka kunjungi. Rasa kebersamaan benar-benar membuat mereka merasa menjadi saudara tak terpisahkan. Susah dan duka dilalui tanpa percekcokan yang berarti.

Hingga pada suatu malam yang remang, saat ketiganya berjalan di sebuah padang pasir, mereka benar-benar keletihan. Mereka berusaha mencari tempat persinggahan yang ditumbuhi pohon, tetapi tak jua menemukan. Mereka terpaksa mendirikan tenda di tengah padang pasir. Tanpa disadari, saat memeriksa perbekalan, mereka kaget menemukan fakta menyedihkan bahwa perbekalan makanan mereka hanya tersisa beberapa teguk air serta sepotong kecil roti yang cukup untuk satu orang saja.

Mereka berdiskusi dan terlibat perbantahan untuk menentukan siapa yang berhak memakan sisa perbekalan ini. Mereka awalnya berencana membagi roti tersebut, namun urung karena roti itu dianggap terlalu kecil untuk dibagi. Tidak terlalu jelas mengapa, mereka bertiga akhirnya bersepakat untuk menunggu Tuhan memutuskan masalah mereka. Mereka bersepakat menunggu keputusan Tuhan itu dalam mimpi. Untuk itu, sebelum tidur mereka berdoa agar mendapat mimpi yang bisa memberi petunjuk.

Pagi tampak lewat sinar matahari yang menerobos sela-sela pintu tenda. Pemuda pertama bangkit dan berkata, “Aku bermimpi tadi malam. Dalam mimpiku aku didatangi seorang lelaki bijak yang menuntunku ke sebuah tempat indah yang tak mungkin dilukiskan kata-kata. Sebuah tempat yang tenang dan tenteram.

“Lelaki bijak tersebut berkata kepadaku, ‘Kamu adalah orang yang pantas memakan roti dan meminum air yang tersisa dari perbekalan. Sebab, seperti tempat indah ini, masa lalu dan masa depanmu begitu bernilai dan mengundang decak kagum banyak orang. Jadi, kamulah satu-satunya yang berhak atas makanan itu.”

“Sungguh aneh mimpimu,” sela pemuda kedua. “Aku juga bermimpi tadi malam. Masa depan dan masa laluku diperlihatkan di dalamnya. Seorang lelaki berilmu tiba-tiba mendatangiku dan berkata, ‘Kamu lebih berhak atas roti dan seteguk air itu daripada temanmu yang lain karena kamu lebih terlatih dan penuh kesabaran. Kamu benar-benar telah terdidik dan ditakdirkan menjadi pemimpin orang banyak.”

Si pemuda ketiga yang sejak tadi diam mendengarkan akhirnya ikut bangkit dan berkata, “Tadi malam aku juga bermimpi, tapi tidak kulihat apa pun. Saya merasa tiba-tiba ada sesosok bayangan begitu menakutkan hadir dan mengagetkanku hingga membuatku bangun. Ia kemudian memakan roti kita dan meminum air yang kita simpan. Sesosok bayangan itu ternyata aku.”

Tak diceritakan lagi bagaimana kelanjutan cerita ini.

Dinukil, disadur, dan dikembangkan dari Idries Shah Tale of Dervish, 1969.

Iklan

Baca edisi sebelumnya: Kewajiban Orang Berilmu dan artikel kolom Hikayat lainnya.

Terakhir diperbarui pada 2 Juni 2018 oleh

Tags: #hikayatkisah sufipengelanapetunjuk allahpetunjuk mimpi
Irfan Afifi

Irfan Afifi

Artikel Terkait

Imam As'ad Lelah Miskin, Meniti Jalan Sufi dan Zikir, Malah Hidup Berkecukupan
Liputan

Lelah Miskin, Meniti Jalan Sufi, Malah Hidup Berkecukupan

4 Juni 2021
Kolom

Puasa Prasangka dan Kisah Sufi yang Angkuh karena Merasa Lebih Saleh

4 Mei 2021
pendapat argumen orang bodoh mojok.co pendapat argumen orang bodoh mojok.co Pentingnya Belajar Seni Membuat Alasan
Esai

Pentingnya Belajar Seni Membuat Alasan

7 Maret 2021
Hikayat-2019 - Mojok.co
Esai

Lebaran adalah Hari Kita Ikhlas dengan Keadaan Keluarga Kita

4 Juni 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.