MOJOK.CO – Presiden Jokowi telah melakukan terobosan penting dengan menunjuk Fachrul Razi dan Nadiem Makarim. Konvensi bahwa Mendikbud selalu dari Muhammadiyah dan Menteri Agama dari NU roboh di tangan Jokowi.
Bagi rakyat kebanyakan, bisa jadi pengumuman kabinet Rabu kemarin (23/10) tidak terlalu banyak berarti. Pada saat Presiden Jokowi mengumumkan nama menteri dengan lesehan di tangga Istana Merdeka, pasar tradisional dan kompleks pertokoan tetap ramai, seolah tidak peduli dengan acara live pada hampir semua stasiun televisi. Bagi masyarakat kita pada umumnya, tampaknya jauh lebih menarik menyaksikan live final Piala Dunia sepak bola, meski yang kita tonton adalah timnas negara lain.
Bagi rakyat kebanyakan (dan miskin), siapa pun menteri (termasuk presidennya sekalipun), tidak akan mampu mengubah hidup mereka secara cepat. Untuk menggambarkan bagaimana hubungan antara pengumuman kabinet kemarin dengan kehidupan rakyat kebanyakan, saya teringat pada bait terakhir dari lagu keroncong lama “Di Bawah Sinar Bulan Purnama”.
Di bawah sinar bulan purnama
hati susah jadi senang
si miskin pun yang hidup sengsara
semalam itu bersuka
Benar, bagi wong cilik, pengumuman kabinet tempo hari hiburan saja, tak lebih. Mungkin beda dengan kelas menengah di perkotaan, menonton pengumuman kabinet adalah sesuatu yang wajib karena mungkin ada pengaruhnya pada profesi atau kantor tempatnya bekerja. Sementara bagi rakyat, namanya juga hiburan, boleh ditonton boleh tidak.
Ketika nama-nama menteri mulai diumumkan, suasana hambar dan garing mulai terasa. Masih ada beberapa nama lama, seperti Luhut Panjaitan, yang seolah tidak ada matinya. Kemudian ada wajah-wajah baru, yang sesungguhnya masing rada asing bagi telinga dan mata. Segelap-gelapnya pengetahuan kita soal kabinet sekarang, ternyata ada juga sebersit titik terang, ketika muncul nama Jenderal TNI (Purn.) Fachrul Razi (sebagai Menteri Agama) dan Nadiem Makarim (sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan).
Berkat dua orang inilah kabinet sekarang masih enak untuk dibahas. Sejak sosoknya pertama kali muncul di tangga Istana, Fachrul sudah memberi harapan. Dia melambaikan tangan sambil berucap “Assalamualaikum”, sesudahnya dia duduk cengar-cengir sambil sesekali membetulkan kerah kemejanya. Fachrul seperti sedang merekonstruksi citra Kementerian Agama yang selama ini terkesan serius dan puritan.
Nadiem Makarim juga sebuah kejutan. Nadiem bakal membawahi birokrasi di Kemendikbud, yang banyak diisi profesor dan doktor, yang dikenal konservatif dan feodal. Nadiem harus berhasil menerobos kultur seperti itu di Kemendikbud. Kini para birokrat senior di Kemendikbud sudah mulai sport jantung, membayangkan bagaimana rasanya akan dipimpin seorang menteri dari generasi milenial.
Saya jadi ingat tulisan Ahmad Khadafi saat membahas Arteria Dahlan, anggota DPR RI dari PDIP, yang selalu ingin dihormati, dan karena itu Arteria sebaiknya jadi tiang bendera saja. Begitulah yang kini harus dihadapi Nadiem di Kemendikbud, terlalu banyak tiang bendera di sana, dan Nadiem harus berani melawan budaya feodal itu. Saya kira itu tugas utama Nadiem di Kemendikbud.
Presiden Jokowi telah melakukan terobosan penting dengan menunjuk Fachrul Razi dan Nadiem Makarim. Selama ini ada semacam konvensi, bahwa Mendikbud secara tradisional menjadi bagian unsur Muhammadiyah, sementara Menteri Agama dari NU. Kini tradisi tersebut sudah roboh di tangan Jokowi. Terobosan ini penting dibuat mengingat dua kementerian inilah yang paling banyak berurusan dengan rakyat.
Rakyat kebanyakan bisa saja merasa tidak berkepentingan dengan kementerian yang mengurus pariwisata misalnya, karena memang tidak punya dana untuk jalan-jalan, wong hidup sudah pas-pasan. Atau Kementerian Pertahanan, sebuah kementerian yang mengelola isu-isu elitis dan sangat tertutup. Namun, kita semua tidak bisa menghindar dari Kemenag dan Kemendikbud.
Rasanya kita tidak sabar menunggu gebrakan yang bakal dibuat Fachrul dan Nadiem di hari-hari mendatang. Bila kebetulan Fachrul rada mirip sosok legenda orkes melayu Rhoma Irama, tentu itu sebuah bonus tersendiri.
BACA JUGA Nasihat Puan Maharani Sang Menteri ‘Senior’ untuk Para Menteri Jokowi atau artikel Aris Santoso lainnya.